KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 94
"Saya terima nikah dan kawinnya Sintya Maria Ulfa binti almarhum Hadi dengan mas kawin emas seratus gram dan seperangkat alat salat dibayar tunai," ucap Mas Amar lantang dan hanya dengan satu tarikan napas.
Sah
Sah
Sah
Mulai detik ini aku sudah resmi menjadi istri Mas Amar. Bulir bening kembali menetes di pipiku ketika tiba-tiba bayangan ibu melintas. Ucapannya waktu itu mengenai aku yang akan menikah tidak hanya sekali kini menjadi nyata, Bu. Sayang, ibu tidak dapat melihat pernikahanku kali ini.
"Selamat, ya, Ul. Kamu sudah bisa move on dariku." Mas Rey mengulurkan tangan dan kubalas dengan menangkupkan tangan di dada. Aku dan Mas Rey bukan suami istri lagi sehingga tidak perlu bersentuhan lagi seperti dulu. Sekarang yang boleh menyentuhku hanya Mas Amar seorang.
"Selamat, ya, Mbak. Aku minta maaf, kemarin sempat ingin berbuat jahat pada Mbak Ulfa dengan meminta Bella atau Tinah untuk menga
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 95"Jangan lupa berdo'a dulu sebelum menyusui bayi, Mbak," ucap Amar sambil mengangkat tubuh mungil Haikal ke dalam pangkuanku."Mbak? Kamu masih saja memanggilku Mbak? Apakah aku setua itu sehingga harus selalu dipanggil Mbak?" tanyaku dengan mengerucutkan bibir dan menggeleng.Lelaki yang sudah sah menjadi suamiku itu nyengir," Iya, maaf, Ul, eh, Dek. Aduh, lidahku masih terasa kaku saat memanggilmu Dek."Aku tersenyum," Kalau gitu panggil honey saja, Mas.""Hani? eh, itu nama pemilik warung kopi di kampungku. Aku adalah salah satu pelanggan di sana.""Wah, dia pasti sedih karena harus kehilangan salah satu pelanggannya yang paling ganteng.""Bisa jadi. Saat ini ia pasti sedang sibuk mencari-cari diriku. Eh, kita bicara apa, sih, tadi, kok bisa sampai ke honey segala." Lelaki yang kulitnya menjadi terlihat bersih setelah tinggal di sini itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 96"Mas?""Ya." Mas Amar yang tadi fokus debgan Haikal yang sedang menyusu kini beralih menatapku dalam jarak yang begitu dekat karena ia membungkuk dan aku duduk berselonjor."Em, aku mau tanya, tapi jangan marah, ya?" Aku nyengir.Lelaki yang selalu berpenampilan sederhana itu tersenyum," Sejak kapan mau bertanya harus minta izin, hm?""Sebenernya kamu ini benar-benar masih_" Belum sempat aku melanjutkan pertanyaanku, Tiba-tiba tercium bau yang kurang sedap dari arah belakang bayi."Sepertinya ia pup, Dek.""Iya, Mas, terus gimana?""Segera bersihkan dan ganti popoknya dengan yang baru agar tidak iritasi nanti."Haikal menggeliat, dengan sigap Mas Amar mengambil alih dia dari pangkuanku. Aku semakin takjub saat melihat ia membuka popok lalu membersihkannya tanpa rasa jijik padahal aku saja langsung mual melihat kotoran itu.Melihat ia begitu l
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 97"Bagaimana, Sayang? Apakah kamu sudah siap untuk membuktikan kalau aku masih perjaka?" Mas Amar maju dan tangannya terulur menyentuh pipiku, lalu membungkuk dan berbisik di telingaku," Aku tahu kamu pasti rindu dengan belaian lelaki, kan?"Aku memejamkan mata saat lelaki yang sudah sah menjadi suamiku itu mencium pipiku dan ini adalah ciuman pertamanya untukku selain mencium kening setelah akad nikah waktu itu."Haikal?" Aku mendesis lirih dan menggigit bibir bawah saat melihat anakku sudah kembali terlelap dan kali ini bayi kecilku itu tangannya terentang, belum sempat dibedong oleh Mas Amar, ia sudah tidur lagi."Kenapa? Ia nyaman sekali, kan, boboknya?""I--iya, ta--tapi kita tidak mungkin akan melakukan hal ini di saat aku masih nifas, kan?""Kalau hanya mencium tentu saja boleh, tetapi kalau mau menguji keperjakaan memang belum boleh. Sabar, ya, tunggu empat puluh atau enam puluh ha
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 98"Anakku, Sayang. Akhirnya bunda bisa memelukmu, Nak." Wanita itu mengangkat tubuh mungil Haikal ke dalam pelukannya."Anisa? Apa yang kamu lakukan? Dia anakku." Aku menatap tajam istri Mas Rey itu, tetapi aku merasakan ada yang tidak beres dengannya. Tatapan matanya aneh."Dia anakku." Anisa menciumi pipi Haikal berkali-kali."Dia ini anakku, Nis. Bukankah kata Mas Rey kamu sudah keguguran?" Aku mengulurkan tangan untuk mengambil anak itu."Enggak, dia anakku. Jangan coba-coba untuk mengambil dia dariku." Anisa mundur beberapa langkah dan dengan sigap Mas Amar mengambil Haikal darinya."Dia anakku," ucap Anisa lirih. Ia mengulurkan tangan pada Mas Amar.Wanita yang pernah merusak rumah tanggaku dengan Mas Rey itu terduduk dan tiba-tiba ia menangis dengan bibir terus berucap lirih," Anakku! Anakku!"Apa yang terjadi dengannya, kenapa ia terus saja mengatakan kala
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 99Mas Rey maju beberapa langkah, ia tersenyum getir."Kamu memintaku untuk menikahi gadis tidak waras itu? Apakah aku tidak salah dengar?" tanyanya dengan nada tinggi.Aku menggeleng," Aku sungguh-sungguh, Mas. Bagaimana pun keadaannya, kamu pernah mencintainya sepenuh hati. Aku kasihan melihat Anisa seperti itu. Di pasti akan baik-baik jika ia sudah punya sandaran hidup. Jadikan ia seperti Anisa yang dulu."Mataku mengembun melihat kondisi Anisa yang sangat memprihatinkan. Tubuhnya yang dulu seksi kini terlihat kurus, bahkan terlihat tonjolan di bawah lehernya. Matanya sayu dan wajahnya pucat. Sesekali ia tertawa, tetapi kemudian ia menangis.Mas Rey menggeleng," Enggak, Ul. Aku tidak mungkin menikahi wanita cacat sepertinya dan aku lebih memilih kamu.""Dulu kami begitu memujanya dan bilang akulah wanita cacat itu sehingga meninggalkan aku begitu saja, tetapi sekarang kamu ingin kembali
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 100PoV ReyhanHatiku benar-benar dibuat luluh lantak saat mendengar Ulfa pada akhirnya menikah dengan lelaki yang berasal dari kampung itu. Kok bisa Ulfa jatuh cinta dengan lelaki lain selain aku? Padahal sudah jelas kalau aku lebih baik darinya. Aku masih tidak habis pikir kenapa Ulfa begitu mudah melupakanku. Apakah ia tidak ingat bagaimana perjuangan kami untuk mendapatkan restu ibunya?"Makan, Rey?" Mama membuyarkan lamunanku tentang wanita yang kini sudah bahagia dengan lelaki lain itu. Aku hanya menoleh sebentar pada makanan dan minuman yang disuguhkan mama. Selain makanannya yang terlihat tidak enak, aku juga sedang malas untuk mengisi perut yang sebenarnya sudah lapar ini. "Kamu harus makan dan setelah ini mencari pekerjaan. Ulfa sudah bahagia dan sudah tidak harapan bagimu untuk kembali padanya. Hidupmu harus tetap berlanjut meski tanpa dia. Mama yakin suatu saat nanti kamu juga pasti akan menemukan wanita lain yang jauh lebih baik dari dia. Contohla
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 101Kudekap erat ponsel yang baru saja kugunakan untuk berbicara dengan Ulfa. Kuelus dan kukecup benda canggih ini dengan hati berbunga-bunga. "Akhirnya aku bisa bertemu Ulfa dan itu atas permintaannya. Aku tidak peduli dia sudah ada yang punya. Untuk saat ini, bisa melihat dia tersenyum saja sudah cukup membuatku bahagia dan inilah yang disebut dengan cinta sejati." Aku berbicara sendiri. Kulempar ponsel di atas ranjang dan bergegas membuka almari. Kukeluarkan satu per satu pakaian yang kumiliki dan kupandangi tubuhku sambil terus bercermin. Aku harus tampil maksimal saat bertemu Ulfa nanti. "Kaus ini warnanya terlalu gelap sehingga wajahku terlihat ikut gelap juga." Aku mendengkus saat mencoba memakai kaus berwarna cokelat tua dan merasa kurang pas jika memakai itu saat bertemu Ulfa. Aku beralih pada kemeja berwarna biru dongker, tetapi sesaat kemudian aku menggeleng. Aku ini mau menemui mantan istri yang sangat kucintai bukan mau rapat, kenapa pakai baju
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 102"Reyhan, Reyhan! Lihat ini?" Mama menunjuk sekeliling. "Ada apa, Ma?" "Ada apa ini, Rey? Kenapa kamarmu seperti kapal pecah seperti ini? Apa mungkin ada maling yang masuk ke kamarmu? Tapi, apa yang mau dicuri di kamarmu ini, hah?"Mama menunjuk pakaian yang berserakan di mana-mana. Aku tepuk jidat. Kamarku saat ini memang seperti habis dimasuki maling yang sedang mencari sesuatu tetapi tidak menemukan apa-apa sehingga mengobrak-abrik isi lemari. " Nggak ada maling yang masuk karena aku sendiri yang sudah membuat berantakan seperti ini," jawabku santai. Mama melotot mendengar ucapanku. "Apa maksudmu membuat kamarmu berantakan seperti ini? Stres?" tanya mama dengan nada tinggi. Tangan mama terulur dan hendak meraba keningku, tetapi aku segera mundur beberapa langkah dan menepis tangan yang sudah mulai berkeriput itu ketika sudah hampir mendarat di keningku. "Mama ini apa-apaan, sih?" Aku mengerucutkan bibir. "Kamu yang apa-apaan. Kenapa kamar dibuat be