Share

NAMA YANG BAGUS

“Kami sudah tidak bersama lagi,” balas Luna dengan senyum getir yang menghiasi wajah cantiknya.

Pada saat itu, mobil tiba di depan rumah kontrakan Luna.

“Aku pulang dulu, bye semuanya, sampai jumpa lagi besok.” Ucapnya dipenuhi dengan senyuman yang lebih tepatnya sangat ia paksakan.

Tanpa menunggu jawaban dari ketiganya, ia membuka mobil dan segera turun. Sean merasa bersalah telah bertanya hal itu pada Luna, jadi dia ikut turun menyusul Luna.

“Luna tunggu!”

Luna berbalik dan menatap Sean terkejut.

“Ada apa Mas Sean?”

“Emm, aku minta maaf.”

Ia tersenyum sebelum berkata, “It’s okey.”

Sean tersenyum lega dan dengan canggung berkata, “Salam buat baby kamu, aku pulang dulu.”

Luna mengangguk dan tersenyum dengan lembut, membuat jantung Sean berdegup kencang mendapat senyuman seperti itu dari Luna.

Ia berbalik dan kembali ke mobilnya. Reno dan Zacky berlomba berdehem menggoda Sean, tapi Sean bersikap cuek dan dengan dingin berkata, “Zacky, ayo kita pulang!”

Meski begitu di dalam hatinya ia merasa sangat senang.

Hal yang sama pun dirasakan Luna, hatinya berbunga-bunga dengan sikap Sean meski pekerjaan hari ini ia lalui dengan tidak mudah.

“Ehem, happy banget Lun.” Vania yang baru saja keluar dari kamar Xander, menggodanya.

Luna tersenyum malu dan ia menghampiri Vania.

“Xander sudah tidur?”

“Baru saja tidur, jangan mengalihkan pembicaraan! Kamu happy banget kenapa?”

Luna nyengir kuda dan ia merangkul Vania lalu menuntunnya ke sofa.

“Happy karena bisa bekerja dengan Sean, ternyata dia orangnya baik banget,” jelas Luna dengan senyumnya yang merekah.

Vania mengerucutkan bibirnya dan dia ikut senang meski sebenarnya ia khawatir dengan berita di media sosial hari ini, Aura pasti tidak akan segan menyakiti Luna, mengingat ia tahu sifat asli Aura, ia dan Aura dulu teman sebangku ketika SMA.

“Syukurlah, aku harap kamu betah dengan pekerjaan itu,” balas Vania dengan senyum yang dipaksakan.

Luna hanya mengangguk meski ada yang ingin ia ceritakan pada Vania soal Aura dan fans fanatiknya, tapi ia urung.

“By the way, Xander sudah kamu kasih susu formula Van? Kenceng banget dadaku gak diminum Xander seharian.”

“Sudah, makanya dia tidur pulas. Mandi dulu lah Lun, habis itu pompa taruh kulkas buat besok pagi. Kata Daren besok kamu harus ikut Sean syuting ke Bogor pagi-pagi sekali kan?”

“Okey Vania Sayang, tapi kamu jaga Xander lagi besok? Aku bawa dia ke tempat penitipan baby saja ya. Kamu gak mungkin jaga Xander setiap hari, bagaimana dengan toko kuemu?”

Vania memutar matanya malas ke arah Luna.

“Aku pemilik toko kue itu Lun, santai saja lah. Lagipula kalau aku sibuk, aku pasti tetap bawa Xander ke rumahku dan lebih baik aku suruh salah satu pelayan rumahku untuk membantu menjaganya.”

Hati Luna berubah menjadi hangat mendengar perkataan Vania, jadi dia tidak bisa menahan air matanya dan memeluk Vania dengan erat.

“Ya tuhan Vania, thanks ya. Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu.”

Vania tersenyum dan ia mengelus pundak Luna. Baginya kebahagiaan Luna adalah kebahagiaannya juga.

Sebegitu pentingnya Luna bagi Vania sejak ia tahu bahwa Jeremy, sepupunya menghamili Luna dan kemudian mencampakkannya.

“Sudah malam, mandi dan istirahatlah! Aku akan menginap malam ini, tapi besok aku akan pulang bersama Xander. Selama kamu di Bogor, dia akan tinggal di rumahku.”

Luna mengangguk dan kemudian dia teringat sesuatu.

“Van, tapi aku mohon jaga Xander dengan baik. Aku tidak mau seseorang mengambilnya dariku. Kamu tahu maksudku kan?”

Vania yang mengerti langsung mengangguk dan berkata dengan lembut, “Kamu tenang saja, aku tidak akan mengkhianatimu.”

Luna menghela nafas lega.

Keesokan harinya.

Luna bangun bahkan saat matahari belum terbit, ia membersihkan diri dan kemudian pergi ke dapur untuk memasak beberapa masakan jepang untuk Sean dan juga beberapa masakan lokal untuk Zacky, Reno dan para pengawal Sean.

Ia juga tak lupa menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Vania sebelum berangkat, nasi goreng ebi kesukaan Vania.

Vania langsung tergugah dengan aroma nasi goreng ebi buatan Luna dan dia langsung bersemangat untuk menghampirinya ke dapur.

“Baunya enak sekali.”

“Aku membuatnya untukmu Van, makanlah! aku mandikan Xander dulu.”

Vania mengangguk dengan tangannya sudah tidak tahan lagi untuk melahap nasi goreng kesukaannya.

Pada saat itu, suara ketukan pintu terdengar di luar. Vania mengerutkan keningnya dan melirik jam tangannya. Ini masih jam lima pagi, siapa yang datang?

Vania menepis penasarannya dan segera bangkit, ia membuka pintu dan ekspresinya langsung terkejut.

“Sean, Daren!” serunya.

“Ya honey, ini kami.”

“Dimana Luna?” Sean langsung menyelanya.

Vania hanya bergumam dan ia menyuruh mereka berdua masuk.

“Luna sedang memandikan baby Xander, duduklah! Aku akan membuatkan teh untuk kalian.”

Mereka berdua mengangguk dan duduk di ruang tamu. Pada saat itu Luna keluar dari kamar mandi dan memasuki kamar baby Xander yang dekat dengan ruang tamu.

Ia yang memakai daster midi rumahan dengan baby Xander di gendongannya, begitu terkejut melihat Daren dan Sean duduk di ruang tamunya. Ia tersenyum malu sebelum menyapa mereka berdua dengan canggung.

“Mas Sean, Daren. Sejak kapan kalian kesini?”

“Baru saja,” Sean langsung menjawabnya dan menatap Luna tanpa kedip.

Baginya, bahkan dengan tanpa makeup dan hanya memakai daster, kecantikan Luna justru semakin bertambah di mata Sean dan membuatnya semakin jatuh cinta.

Luna malu-malu mendapat tatapan Sean yang seperti itu dan langsung pamit masuk ke dalam kamar.

Tak lama kemudian, ia keluar dengan pakaian yang lebih formal dengan Xander yang tertidur di gendongannya.

“Kita berangkat sekarang?”

“Iya,” balas Daren sambil melirik jam tangannya.

“Lokasinya lumayan jauh, kalau tidak berangkat sekarang kita akan terlambat.” Lanjutnya.

Luna mengangguk dan kemudian menyerahkan Xander pada Vania, setelah puas mencium babynya ia ikut masuk ke dalam mobil bersama Sean dan Daren.

“Baby kamu lucu banget, siapa namanya?” Sean langsung membuka percakapan saat Luna baru saja mendudukkan dirinya di samping Sean di kursi belakang.

“Xander, namanya Xander.”

“Nama yang bagus.”

Luna tersenyum malu-malu dan hatinya tiba-tiba menjadi hangat. Selama ini Jeremy saja tidak pernah memuji nama Xander dan memperhatikannya, tapi Sean berbeda.

Pada pemikiran itu, Luna merasa bahagia, tapi kebahagiaan itu hanya sebentar.

Ponsel Sean berdering dan nama Aura tertera di layar ponselnya. Sean tidak langsung menjawabnya dan hanya mengeceknya, jadi jelas Luna yang duduk di sampingnya mengetahuinya.

Panggilan masuk berkali-kali dan akhirnya Sean terpaksa menjawabnya dengan malas.

“Ya Aura, ada apa?”

“Ban mobilku bocor Sean, jemput aku plis!”

“Hmm, kamu dimana?”

“Di jalan Bougenville.”

“Aku sudah melewati jalan itu karena aku dan Daren berangkat dari rumah Luna.”

Mendengar nama Luna, Aura mengepalkan tinjunya dan menggeram dalam hati, kemudian ia memaksa Sean agar tetap menjemputnya. Aura tidak ingin Sean dan Luna semakin dekat.

“Tapi Sean, kamu kan bisa putar balik sebentar. Ayolah! Aku hanya berangkat dengan Jane managerku," rengeknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status