Ruqayya pulang sekolah dengan berjalan kaki, ia menghemat uang jajannya bahkan untuk tidak naik angkot. Cuaca sangat panas sekali, bahkan terasa hingga ketengkorak kepalanya. tubuh yang terasa lemah lunglai kerena lelah dan lapar, rasanya tak sanggup untuk menyeret kaki ini untuk berjalan lagi. “Ahhhh panas sekali hari ini”!!!
“Iyaa, Sepertinya nereka lagi bocor” tiba-tiba suara judes rahel terdengar di telinga ruqayya.
“Rahel?” ruqayya mencoba melihat dengan jelas orang yang mendorong sepeda di sampingnya.
“Iya, aYO bocengan! Aku Tidak tega melihat keadaan mu. Ayo cepat naik, jangan menolak, yang ada nanti kamu pingsan!” Ajak Rahel walaupun dengan raut wajah yang tidak bersahabat, tapi ia tulus.
Tanpa berpikir panjang ruqayya hanya menurut. Mereka terlihat seperti dua sahabat yang akrab, walaupun kenyataannya sangat berbeda. Karena tidak sabar ingin segera sampai ke rumah, Rahel mempercepat laju sepedanya
tiba-tiba “bruukkkk” kepala rahel dihantam oleh sebotol air mineral, seseorang tanpa sengaja melempar sebotol air mineral dari motor dan mengenai kepala Rahel hingga rahel pusing dan terjatuh.!
“Kamu tidak apa-apa kan? Kamu baik-baik saja?” tanya seorang lelaki tampan yang turun dari motornya, “Aduuhhh.! Sakit sekali kepala ku. Badan ku sakit semua” Rahel mengeluh dan melihat darah dilututnya, dan setelah ia menyadari keberadaan lelaki itu, ia mulai marah “ heiii jangan sembarangan ya kamu.! niihh coba lihat lututku, kan jadi berdarah. Aduuh Sakit sekali kepalaku, untung saja aku tidak amesia, coba kalau yang kamu lempar itu batu bukan air mineral, bisa-bisa nyawa kami berdua sudah melayang” tiba-tiba ia mengingat ruqayya, dan ia melihat ruqayya pingsan karena kepala nya terbentur batu.
Kedua nya panik, “Ayya, Ruqayya.! Aduuhh bagaimana ni? jangan keliling dunia dengan cara begini Ay… kamu harus bawa raga mu juga, bukan hanya jiwa mu.!!! Bangunn ayya banguunn”
Lelaki tadi juga ikut panik dan juga merasa jengkel karena Rahel yang terus-terusan berceloteh tanpa henti. Lalu ia ingat dengan air mineral dan memercikkan nya kearah ruqayya.
Rahel memeriksa kepala Ruqayya dan ternyata kepala ruqayya tidak berdarah.
“Syukurlah kepal nya tidak berdarah. kamu lihat kan akibat dari sebotol air mineral ini, maka nya lain kali jangan sembarangan…!!! Dasar kamu”
cerocos rahel Karena panik dan kesal. Lelaki itu hanya diam, dan ingin menelpon seseorang untuk mambantunya membawa Ruqayya kerumah sakit. Tiba-tiba ruqayya terbangun “ Aduuhh kepalaku sakit sekali”.
ternyata Rahel menyiram wajah Ruqayya hingga terbangun. Wajah dan baju Ruqayya basah.
“tuh kan, kamu sudah sadar! Maaf aku menyiram mu, aku tadi sudah memercikkan air beberapa kali, tapi kamu tidak bangun juga, jadi aku makin panik dan hanya cara ini yang tepikirkan olehku”
setelah mengerjapkan matanya beberapa kali, ruqayya melihat air mineral itu dan langsung meminumnya, sungguh sangat haus sekali, dahaganya tuntas. air itu terasa sangat sejuk di tenggorokannya.
Lelaki tadi hanya tertegun melihat kedua gadis itu lalu “ahmm, maaf, kerena kecerobohanku, kalian jadi terluka, dan ini, aku masih punya sebotol air mineral lagi, mungkin kamu mau” lelaki itu ingat air yang di dalam tasnya, ia hanya berniat memberi karena iba melihat perempuan tadi meminum air hingga tak bersisa.
Tidak bisa dipungkiri bahwa cuaca memang sangat panas dan memancing dahaga, hingga akhirnya rahel juga menyambut air mineral itu “okay, lain kali hati-hati, jangan sampai ada korban lain. Kamu tidak akan jadi pangeran botol mineral hanya karena kamu memberikan air mineral setelah melemparnya pada gadis-gadis seperti kami”.
“yaaa tuhan, gadis ini cerewet sekali” batin lelaki itu bergumam, “kalian sudah tidak apa-apa kan? Atau butuh sesuatu yang lain? jika tidak, aku ingin segera pergi” lelaki itu bersuara setelah melihat kedua gadis itu baik-baik saja.
“tunggu tunggu tunggu…!!! Boleh aku minta nomer ponsel mu,” tiba tiba Rahel bersuara
Lelaki itu hanya tersenyum, ini sudah hal yang biasa bagi nya, karena ia menyadari akan ketampanan dan pesonanya tapi dia tidak menyangka kalau perempuan judes ini juga terpikat pesonanya, dengan tersenyum lelaki itu menyebutkan nomer dan namanya “Pangeran”
“hah?” kedua perempuan itu tidak mengerti.
“iyaa nama ku pangeran, Pangeran Mirza Haris.” dengan senyum cool nya
“ohhh,” Rahelsa mengangguk, tapi ia menyimpannya dengan nama yang berbeda “Pangeran Botol mineral”
“dan sekarang tunjukkan aku tanda pengenal mu, KTP, atau kartu mahasiswa, atau KK juga boleh”
“hah untuk apa? Jawab pangeran dengan heran setelah mendengar ucapan Rahel.
“heiii kamu taHu kan kepala temanku terbentur, dan dari tadi ia tidak mengatakan apapun. Bagaimana kalau terjadi pendarahan di dalam kepalanya? Siapa yang akan bertanggung jawab? Kepala ku juga? Bagaimana kalau aku geger otak atau lutut ku tulangnya retak? Kemana lagi aku bisa mencari kamu?“
“Astaga” umpat pangeran didalam hati.
Saat bu Diyah dan Pak Lukman mengangkat tubuh Furqon, tiba-tiba langkah pak Lukman terhenti.“Bu, Bagaimana kalau Tuan Furqon sudah melaporkan kita ke polisi?” ujar pak Lukman tiba-tiba.“Huh? apa itu mungkin?” tanya bu Diyah dengan ragu.“Apa nya yang tidak mungkin, Bu? Ibu lihat sendirikan bagaimana dia seperti kerasukan tadi saat memanggil nama kita,” tukas pak Lukman dengan wajah serius.“Iya sih, Pak, tadi dia bilang ke Hasan untuk melaporkan kita ke polisi. Jadi ini bagaimana, Pak? Apa kita bunuh saja?” tanya bu Diyah yang sudah mulai panik.“Ibu, sih. Tadi kan Bapak juga udah bilang, harusnya dibunuh saja! tapi ibu bilang harus tunggu amnesia dulu,” gerutu pak Lukman yang mulai kesal.“Jadi ini bagaimana Pak?” ujar bu Diyah.“Sekarang kalau kita membunuh Tuan Furqon, itu tidak akan menguntung apapun bagi kita, jika kita biarkan hidup pun, kita juga pasti akan dipenjara,” ujar Pak Lukman dengan menatap tajam pada bu Diyah.“Ya sudah, bunuh saja, Pak, karena keadaan kita tidak ak
“Pangeran!” teriak Furqon menggelegar setiap cangkul itu melayang ke udara. “Kharisma!” teriak Furqon lagi. Furqon terus menggali tanah itu semakin lama tanah itu terasa semakin padat, “Apa ini? kenapa tanah ini semakin padat?” ucap Furqon. Tanpa mempedulikan kejanggalan itu, Furqon terus menggali tanah itu. Brukkk! Tiba-tiba ada yang memukul kepala Furqon, “Akh!” lirih Furqon. Seketika tubuh Furqon ambruk ke tanah. Pandangan Furqon menjadi buram dan berputar-putar, ia merasa pitam. Lalu ia mencoba untuk bangun, tiba-tiba tubuhnya ambruk lagi kerena tendangan dari seseorang dari belakang. Furqon seketika menggenggam erat tanah bekas cangkulannya, dengan sigap ia lempar tanah liat yang lembek itu kearah belakang. Namun Furqon sama sekali tidak mengenai targetnya. Dengan buram ia melihat bayangan seseorang “Pak Luk…man…” ujar Furqon, pandangan Furqon juga beralih kearah tangan pak Lukman yang memegang palu. Furqon tersenyum kecut, dan memegang belakang kepalanya, “Hanya luka keci
Brummm Brummm, “Cepat buka, Brengsek!” teriak Furqon dari luar pagar.Hasan yang saat itu bertugas menjadi kelabakan, dengan cepat ia membuka pagar yang telah di tabrak Furqon beberapa kali.“Hati-hati, Tuan, sabar, nanti pagar sama motornya sama-sama hancur…” lirih Hasan yang masih gemetar karena terkejut juga takut melihat reaksi Furqon.Dengan gas full Furqon segera sampai kedepan pintu rumah, “Lukman! dimana kamu? Diyah! Dasar kalian brengsek! Pangeran! Kharisma! Kalian dimana?” teriak Furqon.Hasan tiba-tiba datang dengan napas yang terengah-engah karena dari tadi ia berusaha mengejar Furqon.“Tuan muda, ad ada apa sebenarnya?” tanya Hasan dengan suara yang terpenggal-penggal.“Telepon polisi! Cepat!” perintah Furqon.“Cepat telepon, beritahu kalau Lukman dan Diyah sedang berusaha membunuh saudara-saudaraku! Cepat!” teriak Furqon.Furqon berlari Ke arah dapur dan meninggalkan Hasan, ia melihat bahwa dapur dalam keadaan kosong! Ia lalu berlari kearah gudang.“Pangeran! Kharisma! K
Furqon mendorong motornya menuju ke Pom bensin terdekat, atau tempat penjual bensin eceran. Suasana sangat ramai sekali, motor-motor lewat tanpa ada yang bertanya atau menawarkan bantuan pada Furqon. Furqon juga tidak memiliki teman atau kerabat yang bisa dimintai tolong selain Pangeran. “Ahh Pangeran, mungkin mereka sudah sampai di sebuah cafe atau rumah makan…” ujar Furqon.Furqon berlari kecil mendorong motor kesayangannya, ia ingin cepat menemui penjual bensin terdekat, karena ia mengkhawatirkan keadaan sepupunya itu, “Tapi aneh sekali, biasanya dia akan memberitahuku kemanapun dan kapanpun dia akan pergi, atau pulang kerumah…” ujar Furqon.Furqon berhenti mendorong motornya, ia mengeluarkan ponsel dari saku celannya dan mencari nama Pangeran.Teettttt Teetttt Teeetttt“Kenapa belum diangkat? apa mereka masih diperjalanan?” gumam Furqon. Furqon mendorong motornya sambil berlari, ia sangat khawatir dan perasaannya tidak enak, “Aku harap mereka baik-baik saja…” gumam Furqon.“Hei F
“Abang!!!” teriak Kharisma melihat tubuh Pangeran yang menggelinding dari atas, Kharisma yang berdiri di tengah-tengah anak tangga juga tidak bisa mengelak tubuh Pangeran mengenai kakinya hingga Kharismapun ikut terjatuh. Di anak tangga terakhir, Pangeran telah tidak sadarkan diri dan pendarahan di kepalanya juga tidak berhenti. Kharisma masih separuh sadar, pandangannya mulai buram, “Abang….” Gumamnya ketika melihat Pangeran yang tergeletak tidak sadarkan diri, perlahan kesadaran Kharismapun menghilang. Dringgg Dringgg nada dering dari ponsel Pangeran berbunyi, “Pak, Tuan Muda nelpon?” gumam bu Diyah seraya memandang pak Lukman dengan tatapan khawatir. “Jangan diangkat, Bu...” jawab pak Lukman dengan bergantian menatap bu Diyah dan posel Pangeran. Dringg Driing Dringg…. Suara telepon rumah berbunyi. Bu Diyah kembali memandang ke arah pak Lukman, “Angkat! Pasti itu Tuan Muda…” seru pak Lukman. Bu Diyah dengan cepat bergegas mengangkat telepon rumah, “Hallo, iyaa tuan. Tuan Panger
Pak Lukman menghampiri Pangeran yang masih berdiri di depan pintu kamar Kharisma, “Tuan, Hari ini saya memancing, jadi apa tuan mau ikut bakar-bakar ikan dengan kami?” tanya pak Lukman pada Pangeran. “Oh, Boleh Pak, tapi nanti saja setelah Furqon pulang. Saya takut kalau nanti Furqon marah. Bapak tau sendirikan bagaimana Furqon?” jawab Pangeran dengan santai. Pak Lukman menghembuskan napas pelan, “Hmm baiklah kalau begitu…” pak Lukman menunduk dan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Timbul rasa iba dari hati Pangeran melihat pak Lukman. Lalu tiba-tiba ponsel Pangeran berdering, Pangeran menjauhi pak Lukman beberapa langkah, “Halo maa, Akkhh!” Pangeran tiba-tiba merasakan rasa sakit dan nyeri yang menghantam kepalanya. Pangeran memegang belakang kepalanya, terasa cairan hangat membasahi tangannya, “Darah?” “Aaaaaaa Abang!” teriak Kharisma yang baru saja membuka pintu kamarnya. “Abang, kamu tidak apa-apa?” tanya Kharisma dengan panik. Ia menopang tubuh Pangeran yang hampir