Share

4

“Fur.!!! Kalau kamu takut para pembunuh itu kembali, kenapa kamu tidak pindah dari sini, kenapa hanya melarang kami untuk berkunjung? Atau kamu memang menunggu pembunuh itu datang?" Pangeran menghela napas "Apa kamu fikir kamu bisa menghadapinya sendiri? Kamu juga harus memikir keselamatan mu fur.!”

 “Terima kasih mie nya,” furqon hanya menjawab singkat lalu beranjak ke kamarnya.

"Furqon, tunggu.!" furqon lalu berhenti melangkah dan melihat ke arah pangeran.

"Furqon, kamu tahukan kalau aku sangat ahli dalam karate, kamu bisa mengandalkan aku. aku akan siap membantumu kapanpun dan dimanapun." pangeran mencoba untuk berusaha menyadarkan sepupunya itu kalau dia tidak sendirian, masih ada orang yang akan selalu siap sedia membela dan membantunya.

Furqon hanya melihat ke arah pangeran tanpa pangeran tahu apa arti tatapan furqon, sangat sulit di artikan karena furqon memiliki pribadi yang sangat dingin. "Kamu harus kembali ke kotamu besok" selesai mengatakan itu furqon langsung meninggalkan meja makan.

Pangeran menghela nafas putus asa , walaupun sepupunya meresponnya dengan sangat buruk tapi ia tetap merasa sangat iba dengan sepupunya itu. bahkan tidak sedikitpun ia marah ataupun kesal.

Selesai makan, Pangeran beranjak pergi, lalu ia tiba-tiba ingat dengan peraturan yang ada di rumah itu, bahwa para pembantu dilarang melayani tamu, baik memasak, menyiapkan ataupun membersihkan meja makan. Pangeran berbalik ke arah meja makan dan mengumpat kesal

“ahh, sial” pangeran dengan kaku mengangkat piring kotor ke dapur dan mencucinya.

“Tuan, maaf, ini kali pertama tuan mencuci piring ya?” Tanya bu diyah sambil menahan tawa

“Iyaa bik, seumur hidup saya belum pernah melakukan ini, furqon memang luar biasa. oh ya memang nya kenapa bik” jawab pangeran sambil menahan kesalnya

“Maaf tuan, tapi yang tuan pakai itu bukan sabun cuci piring, tapi sabun cair untuk lantai” bu diyah sambil menahan tawanya

“Haahh??? Ohhh iyaaaa, ini ada tulisannya, pembersih lantai, Ahhh sial. Kenapa aku tidak baca dulu”

Pangeran mengumpat menyadari kebodohan nya. ia merasa geli sendiri dan juga kesal

“Ya sudah tuan, biar saya saja”.

“Tapii biik” pangeran menjawab ragu

“tuan furqon tidak akan tahu, lagi pula tuan kan sudah membersihkan piring tuan, jadi saya tidak melayani tuan, sekarang tugas saya membersihkan rumah, dan mencuci kembali jika ada piring kotor”.

bu diyah menjelaskan dengan lembut, dan  akhirnya pangeran menurut, Karena ia sendiri sudah sangat lelah. Pangeran pergi ke taman belakang untuk bersantai, lalu ia melihat, seorang gadis dengan gaun putih, memegang boneka, rambut nya terurai panjang sepinggang dan lurus,

“siapa itu? hantu atau manusia?” gumam pangeran dalam hati. Lalu pangeran perlahan berjalan mendekat.

“maaf, kamu siapa? Tanya pangeran pelan. Lalu gadis itu berbalik, dan ia terkejut,

“Kamu siapa????” Tanya gadis itu panik.

“Aku Pangeran, sepupunya Furqon, kamu siapa?” Tanya pangeran dengan heran, sambil menatap manik mata gadis itu.

“Aku Larasati, Putri dari Pak Lukman dan Bu Diyah” jawab gadis itu sambil menunduk

“Ohhh,”  jawab pangeran singkat sambil meneliti gadis itu dari atas sampai bawah

“Maaf, tuan. Aku harus pergi” jawab larasati yang merasa takut dengan cara pangeran menatap nya.

Pangeran hanya mengangguk, dan membiarkan larasati berlalu pergi.

“Hmm, gadis itu seperti Rapunzel yang terjebak di sini, oleh si penyihir Furqon” lirih pangeran sambil menerawang awan di langit

Larasati yang tidak sengaja mendengar ucapan pangeran, terdiam sejenak. Entah apa yang ada dipikiran larasati, lalu ia melanjutkah langkah nya meninggalkan furqon.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status