Mata tajam Intan menatap nanar pada Rahelsa.
“Kenapa juga si Rahelsa ikut campur. Sok jadi pahlawan…” Intan gergumam halus.
“Aku tanya sekali lagi, sejak kapan kemewahan tampilan jadi indikator kesopanan?” tanya Rahelsa sambil dengan menatap sinis Salsa, Intan dan Irma.
“Sudah, jangan ikut campur! Kamu tidak usah sok jadi pahlawan disin!” jawab Salsa dengan menyunggingkan senyum sinis seolah dia juga meremehkan Rahelsa.
“Apa? Pahlawan?” sahut Rahelsa sambil alisnya terangkat sebelah menandakan ia heran dengan jawaban Salsa.
“Iyaa nih, kamu tidak akan mengerti karena kamu sama saja dengan dia, beberapa orang dari golongan rendah tidak akan mengerti cara bersikap sopan santun…” Lagi-lagi Rahelsa diberi sunggingan senyum yang sangat menyayat hati teman Intan yang lainnya yaitu Irma.
“Hahaha ehhmm…” Rahelsa merasa hatinya sangat geli hingga ia sedikit te
“Halo… gadis itu sudah di dalam mobil…” sahut seorang lelaki berkulit kulit langsat, bertubuh tinggi dan menggunakan seragam sopir.“Yaa sudah, bawa dia ke salah satu hotel yang kedap suara…” jawab seoseorang dibalik telepon…“Yaa, baik lah Nona…” jawab Sopir itu. ia langsung masuk ke mobil dan melajukan mobilnya ke hotel terdekat.Rahelsa merasa hidungnya gatal karena bau sebuah sapu tangan yang berkeringat, ia berusaha menahan reaksi hidungnya yang seketika ingin bersin. Ia menahan napasnya dan akhirnya angina itu keluar dari bawah.“Pouttt!” suara kentut Rahelsa terdengar jelas sekali oleh sang supir.“What? Anak gadis kok tidur sambil kentut…” sahut sang supir kesal dan membuka penutup mobil.Yaa Rahelsa sebenarnya tidak pingsan sama sekali.*Flash Back*Ketika Rahelsa ingin membersihkan bajunya, tiba-tiba mulutya disumpal
Tubuh Rahelsa tergeletak dikursi belakang mobil. Sesekali ia melirik kearah sopir yang tidak menyadari bahwa sanderanya hanya pura-pura pingsan.Setelah sampai ditempat tujuan, Sopir itu membuka sedikit jendela mobil miliknya agar Rahelsa bisa bernapas.Selesai melakukan check in, sopir itu membopong tubuh Rahelsa dibahunya. Tubuh Rahelsa diletakkan dengan pelan diatas kasur persegi panjang milik hotel itu.“Apakah aku akan diperkosa?” Rahelsa membatin. Jantungnya berdetak kencang, antara takut dan nekat.“Hmmm kasihan sekali kamu nona, aku tidak bisa menentang permintaan Bosku, Orang tuaku sedang sakit dan butuh uang…” laki-laki itu bergumam.Kemudian ia menatap lirih kearah Rahelsa, “Aku harap sesuatu yang buruk tidak akan menimpamu…” ucap Sopir itu dengan hati yang sangat berat dan rasa bersalah menyergap dirinya.Sopir itu pelan dengan langkah yang teramat berat ia berjalan menuju pintu,
“Irma??? Kamu tidak apa-apa?” teriak Salsa lalu berlari menghampir Irma yang masih meringis. Lalu ia beralih menatap Rahelsa dan berteriak“Heiii apa kamu Psikopath? Haa?”Rahelsa lalu mencibir, hatinya terasa bagai digelitik oleh kalimat salsa, “Apa kalian tidak sadar, sejak dipesta tadi sampai sekarang, kalian hanya mengatakakan kata-kata yang seharusnya untuk diri kalian…” ucap Rahelsa sambil matanya nanar menatap Salsa.Rahelsa memutar bokongnya yang awalnya menghadap Intan didepan kasur, sekarang posisinya berada ditepi kasur. Kakinya menjajaki lantai kamar hotel itu. dengan lihai tangannya memutar benda pipih miliknya.“Awalnya sih, aku mau menyuruh seseorang untuk meniduri dia, tapi aku tidak setega itu… bisa-bisa dia tidak tersiksa tapi malah enak-enakan hahahha…”“Baiklah, jadi harus kita apakan?”“Aku hanya akan membuat dia menuruti segala permintaanku&h
Garpu itu tertancap sebagian di tangan putih mulus milik Salsa. Salsa merasakan sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya, “Aaaaaa….” Hanya teriakan itu yang mampu diucapkan Salsa.Tubuh gemetaran menahan sakit yang teramat sangat di tangannya. Seluruh wajahnya memerah, tubuhnya tertatih berjalan mundur kebelakang. Intan, Irma dan Rahelsa bisa melihat dengan jelas bibir Salsa yang gemetar menahan sakit, perlahan bulir-bulir air mata jatuh tanpa penghalang membanjiri seluruh wajah Salsa.“Saaakkkiiittttt Aaaaaaaaaa” teriak Salsa tak tertahankan. Intan dan Irma panik, begitupun Rahelsa. Ia tidak bermaksud mencelakai Salsa, ia hanya ingin menghentikan Salsa.Irma yang reflek langsung berlari kearah Salsa, “Saa… Aku cabut ya garpunya, kamu tenang ya…” ucap Irma dengan tubuh gemetaran.Intan yang jadi pikirannya kacau antara takut dan panik, tiba-tiba teringan dengan Rahelsa. Matanya dengan sinis langsung m
Napas Intan memburu hingga tubuhnya juga ikut bergerak seiring napasnya yang naik turun. “Irma, ayo kita keluar dari sini, kita harus bawa Salsa kerumah sakit…” ucapan Intan dengan suara yang terputus-putus karena kelelahan akibat terkurasnya emosi dan tenaganya.Intan melangkahkan kakinya yang hampir tak mampu menopang tubuhnya kearah Salsa dan Irma. Salsa masih meringis karena sakit yang menjalar keseluruh tangannya, darah yang tak berhenti mengalir juga membuat dadanya bergemuruh seperti badai.“Salsa, Irma… Ayo kita segera pergi, sebelum ada masalah lain yang akan muncul…” ucap Intan yang masih berdiri dihadapan kedua sahabatnya itu. Irma dan Salsa hanya mengangguk, lalu mereka mencoba berdiri dengan tubuh yang terasa lebih bera.“Tapi Intan… Bagaimana dengan Rahelsa? Apakah dia mati?” ucapan Irma seketika membuat darah Intan dan Salsa berdesir.“Aku… Aku… tidak bermak
Airin yang baru saja berhasil mengunggah foto pesta ulang tahunnya di Aplikasi Face***k terheran melihat akun atas nama Rahelsa Anshari mengunggah video Intan, Irma dan Salsa.Airin langsung saja mengklik tombol putar video dan suara.“Awalnya sih, aku mau menyuruh seseorang untuk meniduri dia, tapi aku tidak setega itu… bisa-bisa dia tidak tersiksa tapi malah enak-enakan hahahha…”“Baiklah, jadi harus kita apakan?”“Aku hanya akan membuat dia menuruti segala permintaanku…” ucap Intan dengan menyeringai jahat.“caranya bagaimana?”“Lucuti seluruh pakaiannya, aku akan memfotokan tubuh Tela***ngnya, aku bisa mengancamnya dengan itu…”Airin langsung menutup mulut dengan kedua tangannya. Benar saja, bukan hanya Airin, banyak yang tertarik untuk melihat video itu, karena Rahelsa yang terkenal judes mengunggah video brand Ambassador sekolah mereka yang t
Intan melihat tubuh Rahelsa yang tergeletak dilantai, Matanya tak lepas dari Rahelsa untuk waktu beberapa saat. Salsa dan Irma juga saling melempar pandangan melihat Intan yang dalam menatap lekat Rahelsa.“Intan, Apa kamu baik-baik saja? apa maksudnya kalau kita yang menjadi korban?” ujar Irma yang menatap heran kearah Intan. Dalam hati Irma sudah mulai takut dan curiga pada gelagat Intan.Intan segera menoleh kearah kiri meneliti setiap benda yang ada, lalu pandangannya beralih ke kiri. Disana matanya menangkap sebuah bendah pipih, yaa itu adalah remote AC.Intan melangkah dengan cepat lalu menggapai remote itu. Salsa dan Irma saling berpandangan saat mata Intan menatap lekat remote itu dan senyum jahat Intan terukir di wajahnya yang sudah acak-acakan karena keringat dan air mata.Ia kembali menoleh kearah Rahelsa yang masih tergeletak tidak bergerak di lantai. Dengan tatapan nanar dan senyum yang sangat ngeri, Intan berjalan menuju kearah R
Pangeran dan Furqon baru saja selesai makan malam, Furqon langsung naik ke kamar sementara Pangeran seperti biasa, dia ingin menonton TV diruang tamu.Pangeran sambil menyentuh TV itu pelan, kulitnya seperti tersengat rasa dingin saat kulitnya menyentuh TV dan receiver itu. “Kasian sekali kamu, TV. kamu dingin sekali, sudah seperti Freezer… kalau tidak ada aku, kamu mungkin tidak akan pernah digunakan, hanya dijadikan pajangan saja…” ucap Pangeran.Biasanya dirumahnya, ia bahkan tidak pernah peduli dengan barang apapun, hanya pergi sekolah dan pulang makan mandi dan pergi lagi untuk latihan sepak bola. Semua keperluannya dirumah sudah disiapkan oleh orangtuanya dan pembantunya. Tapi semenjak ia berada dirumah Furqon, ia jadi memperhatikan segalanya.Pangeran langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa big size itu, ia memilih chanel favoritnya. Sekitar jam Sembilan malam, ia mendapatkan notifikasi pesan dari aplikasi obrolan yang berlogo hija