Share

KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU
KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU
Author: Melodearose

01 : Mimpi Buruk Yang Tak Kunjung Usai

“Aku bakal menikahi Leria.”

Satu kalimat yang mengubah malam penuh suka di atas kapal pesiar mewah milik Malik Alsaki Setra. Laki-laki berusia 35 tahun itu melihat wajah sang istri yang menatapnya dingin dan tajam, tak perlu waktu lama sampai wanita dengan rambut hitam panjangnya itu meneteskan air mata.

“Aku … harus bertanggung jawab, Navia; aku nggak mungkin lari dari tanggung jawabku yang sudah menghancurkan hidup Leria.”

“Menghancurkan …?” Shanavia Arini membalas, suaranya gemetar, “kelihatannya perempuan itu baik-baik aja atau bahkan sangat senang ketika kamu menghancurkan hidupnya. Apa dia sukarela? Atau sejak awal dia memang berencana menghancurkan hidupnya dengan senang hati karena pelakunya adalah mantan kekasih sendiri?”

“Navia, apa maksudmu? Menurutmu aku dan Leria kerja sama untuk menciptakan ‘kecelakaan’ itu?”

Navia membalas tatapan Malik dengan tajam dan berkata, “Kenapa enggak? Bukannya aku ini orang ke-tiga dalam hubungan kalian? Mumpung kalian sudah pernah campur, kenapa nggak pakai itu untuk jadi alasan menikah? Bahkan meski itu berarti menentang izin dariku!”

Malik mengusap wajahnya dengan kasar, lama-lama naik pitam sebab Navia semakin membabi buta mendakwanya dengan kesalahpahaman.

“Navia, aku nggak melakukan ini karena aku masih mencintai Leria! Hubungan kita udah berakhir lama, kenapa kamu terus membahas itu seakan-akan yang nggak bisa move on di sini adalah kamu!?”

Navia tidak membalas; meski ingin sekali dia menjawab tapi sakit hati yang teramat itu berhasil membungkam mulutnya. Dia kewalahan, dia memutuskan, “Kamu nggak bakal menikahi Leria. Kamu boleh menikahi siapa aja, Malik, tapi enggak dengan Leria!”

Tapi keputusan mutlak Navia itu malah membuat Malik semakin kesal. Lelaki itu berusaha untuk menahan amarahnya, tapi tetap saja meledak dan membuatnya membanting gelas kaca yang dibawanya hingga hancur berkeping-keping.

Suaranya yang keras membuat Navia tersentak. Wanita itu sampai menutup matanya rapat seakan gelas itu akan melayang ke wajahnya.

“APA MAUMU, NAVIA!?” bentak Malik, tak tahan, “AKU SUDAH BERUSAHA MENJADI SUAMI YANG BAIK UNTUKMU, AKU MENERIMA KAMU DI RUMAHKU, DI HIDUPKU! TAPI KAMU BAHKAN NGGAK BISA MENGHARGAI KEPUTUSANKU! KAMU TAHU APA YANG BAKAL TERJADI KALAU SAMPAI AIB INI SAMPAI KE MEDIA!?”

Navia dengan tangan gemetaran, perlahan membuka matanya. Dia melihat Malik yang membentaknya, tampak sangat marah dan ini adalah kali pertama mereka bertengkar sehebat ini.

“Aku … aku bukan orang yang bisa hidup dengan nama buruk sedikit aja, Navia. Aku adalah seorang pebisnis—aku pemimpin bisnis keluarga Setra. Menurutmu apa yang bakal terjadi kalau sampai nama baik yang sudah aku bangun selama ini bakal hancur! Orang-orang bakal melihatku sebagai lelaki nggak bertanggung jawab yang menolak menikahi perempuan yang sudah dia hamili—”

“Kalau begitu jangan berbuat, Malik!” balas Navia, “seharusnya kamu sadar siapa kamu, seharusnya kamu nggak pergi dengan perempuan lain sementara kamu sudah punya istri. Kamu pikir ini salahku? Kamu pikir aku yang harus menanggung akibat dari kesalahanmu?”

“Kamu cuma perlu terima, Navia; kamu bakal tetap jadi istri pertama dan orang ke-dua di bisnis Setra.”

“AKU NGGAK PEDULI TENTANG ITU, MALIK!” Navia membentak, dengan napas tersengal-sengal, “kamu lupa apa yang kamu lakuin dulu? Kamu bahkan minta aku untuk tes DNA supaya bisa buktiin apa Kamal itu anak kamu atau bukan. Kenapa kamu nggak lakuin itu juga sama Leria? Kenapa kamu main setuju aja buat menikahi dia tanpa berpikir dulu apa dia benar-benar hamil anakmu atau bukan?”

“NAVIA!”

Navia kembali bungkam ketika Malik membentaknya lebih kencang.

“Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu? Apa kamu nggak punya rasa simpati? Kamu dan dia sama-sama perempuan! Bagaimana kalau kamu yang ada di posisi Leria?”

“Jangan ajari aku cara buat bersimpati, Malik. Aku tau betul perempuan kayak apa yang pantas buat dapat rasa simpatiku—dan pastinya, bukan perempuan yang menggoda suami orang seperti dia!”

Malik menahan rasa kesalnya, menyadari dia tidak bisa membuat keributan lagi sejak mereka ada di kapal itu untuk merayakan sesuatu. Malik berkata, “Terserah apa katamu, aku nggak peduli apa pendapatmu—aku bakal tetap bertanggung jawab atas Leria dan anak kami!”

Air mata Navia kembali lolos dengan mudahnya mendengar bagaimana Malik menyebut anak dalam kandungan Leria sebagai anaknya. Malik memutar tubuh, punggungnya tegak seakan tak akan goyah meski Navia menangis darah. Keputusannya bulat, dia pikir sampai di situ saja urusannya dan dia bisa kembali ke aula tempat pesta dilakukan.

Tapi Malik salah.

Malik tidak tahu kalau Navia bisa lebih gila demi menghentikannya, sehingga terbelalak mata Malik saat ia berbalik dan melihat Navia yang berlari menuju geladak kapal tanpa ragu.

“Navia!” Malik meneriaki, dia segera bergerak mengejar, tapi Navia berbalik dan memberinya tatapan tajam dan mengutuk.

“Kamu juga bisa ngelakuin apa aja yang kamu mau, Malik; kamu boleh bersikap dingin dan nggak peduli, kamu boleh anggep perinkahan kita cuma kontrak. Tapi aku enggak, Malik … aku mencintai kamu, aku selalu serius dengan pernikahan kita. Jadi kalau kamu masih mau menikahi perempuan itu, lakukan, Malik. Silakan menikahi perempuan itu tapi maaf, aku nggak mau jadi tamu di acara pernikahan suamiku.”

Tubuh Navia oleng, bukan karena angin laut yang kencang—tapi dia sengaja melakukannya. Wanita itu menjatuhkan diri, dan Malik berusaha merentangkan tangannya sejauh mungkin untuk menggapai sang wanita tapi semua sudah terlambat.

“NAVIA …!”

BYUR!!!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status