"Aku tidak membelanya, tetapi kau mengganggu konsentrasi dengan teriakanmu tadi!" ucap seorang anggota Bajak Laut wanita yang umurnya kurang lebih sama dengan Sagara. Satu hal yang membedakan, dia menjadi anggota Bajak Laut dengan kemampuan yang mumpuni sebagai seorang Navigator.
Mendengar hal itu, jelas membuat lelaki dengan jenggot panjang itu terdiam, mengingat perempuan itu adalah atasannya. Melawan wanita yang kini di hadapannya adalah sama saja dengan melawan pimpinan kapal."Tetapi dia tidak bekerja, kita bisa tak akan makan jika dia seperti ini!" bentak lelaki Jenggot panjang itu tak mau disalahkan."Tugas memasak itu tanggung jawabmu, dia hanya membantu!" ucap perempuan tersebut lebih keras lagi. "Dia sedang bekerja membersihkan dek kapal!""Dia hanya melamun disini, Mei Ling!" bentak Jenggot Panjang tak terima dibentak oleh seorang wanita bersuara cempreng tersebut."Kau juga demikian, Feng Go!" bentak perempuan tersebut juga tak ingin kalah. Membuat keduanya saling kesal satu sama lain hingga siap membuka pedang mirip golok yang dibawanya. Siap menebas leher masing-masing, mengingat mereka sudah saling kontra satu sama lain sejak beberapa tahun."Apa yang kalian lakukan!" bentak seseorang yang baru saja datang menghentikan perbuatan dari Mei Ling dan Feng Go. Membuat keduanya terdiam melihat siapa orang yang membentak mereka, Ratu Bajak Laut."Lebih baik kalian kembali bekerja ke tempat masing-masing!" bentak perempuan dewasa dengan pakaian pimpinan Bajak Laut Bendera Darah. Sebelah matanya seperti tengkorak pertanda sudah melalui banyak pertempuran hingga menjadi seorang Ratu Bajak Laut, hidup dengan satu mata justru membuatnya lebih disegani.Feng Go dan Mei Ling tak bisa membantah jika urusannya dengan Ratu Bajak Laut. Feng Go memilih kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak tanpa adanya bantuan dari Sagara. Sedangkan Mei Ling kembali ke ruang kendali, dimana dia bekerja sebagai navigator bersama Ratu Bajak Laut."Sedangkan kau harus kembali menerima hukuman!" bentak Sang Ratu sambil menatap Sagara Byakta yang masih terduduk di lantai dek kapal. Paham jika sudah berurusan dengan Ratu Bajak Laut maka urusannya menjadi runyam. Dia harus menuruti keinginan dari Sang Ratu untuk melayaninya, jelas itu hal yang paling sulit bagi Sagara Byakta."Sekarang kau ikut denganku ke ruangan penyiksaan, ada yang ingin dibicarakan!" ucap Sang Ratu yang langsung bergegas pergi ke arah tempat yang dibicarakan sebelumnya.Mendengar hal itu Sagara hanya bisa mengikuti langkah wanita itu dengan tertatih-tatih. Sambil tertunduk karena semua awak kapal melihat dengan sinis pemuda tampan dengan tangan mirip jerangkong tersebut.Sagara Byakta paham tentang yang disebut Ruang Penyiksaan, tempat yang menjadi kamarnya selama lima tahun. Lebih tepatnya penjara sempit yang sangat kotor dimana itu berada di tempat dekat dengan kamar Sang Ratu Bajak Laut.Sedangkan Mei Ling hanya bisa melihat dengan tatapan iba kepada Sagara Byakta, mengingat hanya wanita itu yang peduli kepadanya. Sambil curiga dengan apa yang sebenarnya terjadi di ruangan tersebut, mengingat hanya Sang Ratu dan Sagara Byakta sendiri yang paham apa yang terjadi."Kapal apa itu?" keluh Mei Ling yang langsung memakai teropong. Melihat ada sebuah kapal besar yang menuju ke arah Kapal Bajak Laut Bendera Darah. Jelas membuat wanita itu kaget bukan main ketika mengenali kapal yang datang ke arahnya, kapal yang membuat mereka dalam bahaya besar."Apa jangan-jangan kapal itu?" keluh Mei Ling yang kaget setengah mati ketika melihat kapal itu sudah beberapa meter ada di depannya.Membuat perempuan cantik dengan mata satu itu segera menuju ke ruangan Sang Ratu Bajak Laut untuk melaporkan penglihatannya. Meskipun lokasi dari Sang Ratu ada di dalam kapal, harus melewati lorong yang panjang. Namun wanita itu memilih untuk tidak bicara kepada yang lain tentang situasi sebenarnya terjadi, akan membuat kegaduhan dalam kapal.Sementara itu, Sagara Byakta kaget ketika dirinya masuk ke ruang penyiksaan. Dimana dia sudah ditunggu oleh Ratu Bajak Laut dalam keadaan menggoda. Meskipun memiliki mata seperti jerangkong, namun jelas itu sangat cantik, meskipun usianya sudah empat puluh tahunan. Jelas dia adalah orang seorang wanita penggoda sebelum pada akhirnya menjadi Ratu Bajak Laut."Aku sudah siap, apa sekarang kita melakukan hal itu, lagi?" ucap Ratu Bajak Laut dengan senyuman indah ketika topengnya dibuka. Jelas membuat Sagara Byakta tertegun dengan apa yang dilihatnya."Kenapa kau hanya diam? Mendekatlah ke sini!" ucap Sang Ratu ketika melihat Sagara hanya garuk-garuk kepala melihat pemandangan indah di depannya. Betapa tidak, Ratu Bajak Laut sedang dalam keadaan ingin tidur dengan menanggalkan seragam yang selalu dipakainya."Aku tak bisa berbuat lancang seperti ini kepada Sang Ratu!" ucap Sagara Byakta berusaha menolak. Baginya dia adalah musuh ayahnya, tidak mungkin rasanya harus berbuat sesuatu yang tidak senonoh."Tetapi jika kau menolak, maka akan kembali ke ruang penyiksaan yang hampir membuatmu buntung itu. Aku hanya memberikan saran agar kau tidak menerima siksaan!" ucap Ratu Bajak Laut. "Sebagai gantinya kau harus menemani kesepian yang aku alami malam ini!"Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa