Share

EPISODE 02 KEMBALI UNTUK SATU TUJUAN

Richard menatap sosok wanita yang sudah tidak pernah dia lihat kembali wajahnya setelah lima belas tahun terakhir. Yang dia ingat dalam ingatannya, lima belas tahun yang lalu wanita ini pernah mengunjunginya di pusat rehabilitasi. Entah apa yang dia lakukan saat itu, akan tetapi dia yakin jika wanita ini pasti memiliki maksud dari kedatangannya.

“Aku tidak mau jika perusahaan itu hancur. Selama di bawah kepemimpinanku, perusahaan keluarga masih baik-baik saja. Tidak ada masalah dari itu semua dan kau tidak perlu meminta pada Richard untuk menduduki singgasananya. Fokuskan saja dulu dia pada pengobatannya supaya bisa kembali pulih seperti sedia kala.”

Jojo menggelengkan kepalanya pelan sebagai tanggapan pada ucapan dari Lusiana, “tuan besar sekarang baik-baik saja. Anda bisa melihatnya bahwa kali ini dia datang dengan kondisi yang jauh lebih baik. Bukankah ini sangat berbeda dengan ketika Anda mengunjunginya lima belas tahun yang lalu?” Jawaban dari orang kepercayaan Sandi itu, membuat Lusiana bungkam dan tak bisa berkata-kata.

Dia akui jika saat ini kondisi dari Richard jauh lebih baik daripada lima belas tahun yang lalu, ketika dia mengunjungi anak laki-laki itu. Terakhir kali, dia harus mendapatkan banyak cakaran dari Richard, yang entah kenapa tiba-tiba dia begitu marah dan mengamuk pada setiap orang.

“Namun, meskipun begitu. Kau tidak bisa melepaskannya sendiri. Memberikan Richard posisi sebagai presiden direktur di perusahaan, bukankah sama saja seperti melepaskan seekor kucing di kawasan para singa? Dia akan menjadi mangsa para pemegang saham dan menjadi bahan olok-olokan mereka semua.”

Seperti tak mau kalah, Lusiana terus saja memberikan ultimatum supaya Jojo berubah pikiran. Jangan sampai laki-laki itu benar-benar melepaskan Richard untuk memimpin perusahaan dan menjadi direktur utama.

Bukankah keberadaan Richard akan membuat posisinya berada dalam bahaya?

“Keputusan saya untuk meletakkan Tuan di perusahaan itu sudah bulat. Silakan Anda sampaikan segala keluh kesah itu nanti saja, ketika rapat para pemegang saham dilakukan. Kali ini, saya masih harus membawa Tuan Richard untuk beristirahat,” kata Jojo.

Laki-laki itu kemudian menoleh pada wanita setengah baya yang berdiri tepat di samping Lusiana, “Santi, apa kau sudah menyiapkan kamar untuk tuan?” tanyanya.

Wanita yang dipanggil oleh Jojo pun menoleh, “saya sudah menyiapkan kamarnya. Silakan lewat sini, Tuan!” kata Santi, mempersilahkan Richard untuk mengikutinya.

Richard mengekor di belakang Santi. Akan tetapi, ketika melewati Lusiana, laki-laki itu dengan sengaja menginjak kaki ibu tirinya dan membuat wanita jahat itu berteriak kesakitan.

“Aaaa! Dasar anak idiot yang tidak tahu diri!” teriaknya.

Lusiana yang marah hendak menyusul langkah Richard, tapi Samuel segera menghentikan ibunya. Karena dia tahu, jika sang Ibu akan melakukan sesuatu yang bisa membuat Richard marah dan menjadi tantrum.

“Ma, sudahlah! Jangan diteruskan! Dia akan membuat kekacauan jika Mama sampai memukulnya.” Samuel berkata dengan lembut sembari memeluk ibunya dengan pelukan sayang.

“Dia benar-benar anak yang kurang ajar. Bisa-bisanya dia menginjak kakiku. Apalagi kakinya itu sangat besar, bukan? Dasar anak tidak tahu diri!”

"Ya, tapi mama juga harus memahami kondisinya saat ini," bela Samuel.

Lusiana merasa sangat kesal dengan apa yang baru saja dilakukan oleh anak idiotnya. Meskipun dia tahu bahwa apa yang dilakukan oleh Richard bukanlah sesuatu yang bisa dia dabatkan, tetap saja dia merasa sangat marah.

"Seharusnya Mama bisa memaklumi bagaimana keadaan kakak. mentalnya tidak normal untuk bisa kau maki seperti itu, Ma," sambung Richard.

Perkataan dari Samuel semakin membuat Lusiana merasa kesal.

"Dia itu memang anak idiot yang tidak tahu diri. Kenapa Jojo membawa anak memalukan seperti itu kembali ke rumah ini? Seharusnya biarkan saja dia tetap berada di Prancis daripada harus kembali ke sini dan membuatku merasa sangat tertekan dengan kehadirannya."

"Bukankah seharusnya kita yang tahu diri? Rumah ini adalah rumah peninggalan kedua orang tuanya dan seharusnya kita yang malah tidak memiliki hak untuk berada di sini dan menguasai semuanya," kata Samuel.

Tatapan tajam Lusiana seketika beralih pada Samuel yang kini sedang memeluknya.

"Mereka sudah mati dan setelah kematian mereka itu, semua harta kekayaan dari keluarga Arbeto tentu saja dialihkan kepadaku. Tidak ada lagi orang yang lebih berhak menerima ini."

"Ada, Ma. Kakak berhak mendapatkan itu. Dia berhak memiliki harta itu lagi."

**

Sementara di sisi lain, Richard tersenyum dengan tipis setelah berhasil menginjak kaki wanita yang tidak dia sukai itu. Dirinya merasa puas, karena pasti kaki dari Lusiana terasa sakit setelah dia menginjaknya dengan begitu keras.

Hal tersebut tentu saja diperhatikan oleh Jojo yang telah. “Anda benar-benar sangat jahil, Tuan.”

Richard hanya menanggapi gumaman lirih dari Jojo dengan sebuah senyum tipis. Mereka kemudian kembali berjalan menuju kamar utama yang dulu menjadi kamar kesukaan seorang Richard kecil.

Ketika pintu kamar itu terbuka, sebuah perasaan menyesakkan terasa di hatinya. Bayang-bayang dua puluh lima tahun yang lalu ketika orang tua dari Richard masih ada, kembali terbesit.

"Kamar ini masih sama, bukan? Tapi aku merasa bahwa tempat ini sangat berbeda," ujar Richard dengan lirih.

"Masih dengan tempat yang sama dan barang yang sama. Yang membedakan hanya suasana yang berbeda. Baik suasana rumah, maupun suasana hati, Tuan," jawab Jojo.

"Ayahku memiliki kebaikan hati. Tapi, kebaikannya seringkali dimanfaatkan."

Meskipun saat itu ayahnya memiliki dua orang istri, akan tetapi dia selalu membagi kasih sayangnya dengan rata bahkan dengan Samuel yang bukan anak kandungnya. Semua itu terasa membahagiakan dan Richard tak pernah merasakan hidupnya serba kekurangan baik itu materi maupun kasih sayang.

Akan tetapi semuanya berubah menjadi mimpi buruk ketika kecelakaan itu terjadi dan menewaskan kedua orang tuanya dalam waktu dan tempat yang sama. Kecelakaan di jalan tol, membuat nyawa dari kedua orang tuanya harus terenggut.

"Andai kecelakaan itu tidak terjadi, aku masih memiliki keluarga yang utuh. Kebahagiaan yang aku dapatkan juga pasti masih penuh. Takdir, dia suka bermain."

Dengan langkah yang perlahan, Richard mulai memasuki kamarnya dengan perasaan hampa dan tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ada rasa sedih, sakit sekaligus menyesakkan. Kamar ini memberikan dia sejuta kebahagiaan tapi juga memberikan sejuta luka yang tak pernah bisa dia sembuhkan selama ini.

“Saya sudah menyiapkan kamar ini sejak kemarin. Jika kiranya ada sesuatu yang tidak diinginkan oleh Tuan, Anda bisa meminta saya atau pelayan yang lainnya untuk mengganti. Tapi semua ini saya pasang sesuai dengan keinginan dari Tuan besar, lima tahun yang lalu.” Yang dikatakan oleh Santi itu benar adanya.

"Terimakasih, Bibi Santi. Kau memberikan pelayanan terbaikmu padaku dan pada rumah ini," ujar Richard dengan tulus.

"Tuan. Saya masih bisa menikmati dunia atas kebaikan ibu Anda. Jadi, mana mungkin saya tidak mendedikasikan hidup yang tidak berguna ini, jika bukan karena kebaikan itu?" Santi berkata dengan lembut.

Kamar ini benar-benar mirip dengan kamar dari Richard puluhan tahun yang lalu. Sprei dengan motif iron man, segala macam pernak-pernik pahlawan super dan tirai yang bergambar senada, benar-benar menjadi kesukaan dari Richard.

“Siapkan air minum di meja makan! Aku akan mengambilnya setelah menyiapkan Tuan untuk istirahat. Sekarang, kau bisa keluar!” titah Jojo pada Santi.

Wanita paruh baya itu kemudian membungkukkan badannya dan pamit untuk keluar dari dalam kamar. Tak lupa juga wanita itu menutup pintunya, membuat Jojo segera mengunci pintu tersebut.

"Anda mau mandi sekarang, Tuan?" tanya Jojo.

Hening.

Richard berjalan menuju pembaringan dan mendudukkan dirinya di atas kasur yang empuk, sembari menatap kosong pada dinding.

“Ternyata dua puluh lima tahun telah berlalu dengan sangat cepat dan kita kembali lagi ke rumah ini, Tuan.”

Richard pun menoleh dan menganggukkan kepalanya pelan.

“Apakah tidak seharusnya kita di sini, Tuan? Keadaannya bisa saja menjadi berbahaya. Anda bisa menjadi incaran mereka yang gila akan kekuasaan!”

Richard terdiam, tetap menatap pada dinding dengan tatapan yang kosong.

“Lebih baik kita batalkan saja keinginan Anda untuk mencari mereka dan kita bisa kembali ke Perancis untuk melanjutkan aktivitas tanpa diganggu oleh orang lain,” nasihat Jojo.

“Aku tidak akan pergi sebelum mengungkapkan dalam dibalik kematian kedua orang tuaku. Aku juga akan membasmi tikus-tikus kecil itu karena dia dengan berani mengusik kehidupanku.”

Rasa khawatir tentu saja menyelimuti perasaan dari Jojo yang selama ini telah membersamai Richard. Dia tahu bagaimana perjuangan dari tuannya itu.

"Aku kembali dengan tujuan dan aku akan membalas dengan cara yang lebih kejam."

Namun, akankah ia bisa mengungkap itu? Dengan keterbatasannya kali ini, apakah Richard mampu?

"Kematian orang tuaku harus dibalas. Aku tidak akan pernah membiarkan orang-orang itu bisa tertawa setelah melenyapkan orang lain. Aku tidak akan membiarkan pembunuh keluarga bisa bergerak dengan bebas. Aku kembali untuk membalaskan dendam. Aku kembali untuk satu tujuan. Aku akan membalas dengan lebih kejam, supaya mereka merasa, hidup segan mati tak mau."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status