Share

Kabur

"Baik Tuan ... titah Anda, akan segera saya laksanakan!" sahut pekerja salon kecantikan itu.

Radisha menelan salivanya. Bagaimana mungkin pria yang baru saja dia kenal memaksanya untuk melakukan perawatan di salon?

"Saya tidak mau!" ucap perempuan itu lantang.

"Kau jangan membantah!"

"Saya tetap tidak mau, meskipun kau paksa Tuan!" pekik Radisha.

"Nona, tolong diam. Jangan memberontak, kalau tidak Anda akan dibuat menyesal oleh Pria seperti Tuan Kamandanu!" ucap pekerja salon kecantikan menakuti Radisha, agar Radisha bersikap tenang.

"Memangnya, dia akan melakukan apa pada saya, jika saya membantahnya?"

"Pastinya dia akan membuat hidup Anda menderita, jika tidak menurut padanya. Dia ini adalah Orang berpengaruh di kota ini Nona. Sudahlah, lebih baik Anda menurut!"

Radisha menundukkan wajahnya, dan menuruti saran dari perempuan pekerja salon kecantikan itu.

*****


Sementara di tempat lain, Tifany sedang menunggu kabar soal Radisha yang sedang bertemu dengan calon tunangannya.

"Hum ... kenapa Perempuan Desa itu tidak memberiku kabar soal berhasil atau tidaknya pertemuannya dengan Pria bernama Kamandanu?"

Tifany memainkan ponselnya di meja, tempat rias di lokasi shooting.

"HUH!" Sambil menatap pada arah lain, Tifany menghela nafasnya.

"Permisi Nona Tifany, berikutnya giliran Anda utuk tag adegan ciuman!" ujar salah seorang crew.

Tifany bangkit dari tempat duduknya, dan menampar orang tersebut. Satu tamparan mendarat sempurna di pipi pria yang berdiri di hadapannya.

"Jangan kurang ajar pada saya ya! Sudah jelas-jelas di dalam dialog tag saya baca sama sekali tidak ada adegan seperti itu!"

Crew tersebut sontak terkejut. Ternyata, artis cantik yang sedang naik daun ini begitu tempramental. Jauh berbeda dari imagenya di depan publik.

"Nona ... kenapa Anda menampar saya, apa salah saya? Saya hanya menjalankan tugas saja. Kenapa Anda sampai semarah ini pada saya?"

"Jelas salah, kalau kau tidak salah. mana mungkin saya akan memarahimu!" ketus Tifany segera meninggalkan lokasi shooting tersebut.

Dengan langkah tegas, Tifany meninggalkan lokasi shooting dengan angkuhnya Tifany memarahi setiap orang di sekitar sana.

"Tifany!" panggil salah seorang pria berprofesi sebagai sutradara di film yang dibintangi oleh Tifany.

"Kamu tidak bisa meninggalkan lokasi shooting ini begitu saja Tifany!"

"Saya harus pergi Bang, saya tidak bisa melanjutkan shooting ini, jika Abang memaksa, saya akan keluar dari film ini!" ancamnya pada seorang sutradara.

"Kamu tidak bisa memutuskan sepihak Tifany! Ini adalah Perusahaan!" tegasnya.

"Kau marah pada saya Bang, kau tahu siapa orang tuaku kan?" sentaknya dengan tatapan mengintimidasi.

Seorang sutradara itu menelan salivanya dia takut dengan ucapan Tifany, bukan takut pada Tifany. Tetapi, lebih takut kepada pengaruh besar keluarganya.

"Baiklah, jika kau ingin pergi saya mengizinkanmu!"

"Kenapa tidak dari tadi memberi saya izin, kalau seperti ini tidak perlu saya membentak Abang!" tukasnya.

Tifany segera meninggalkan lokasi shooting, dia segera bergegas menuju mobilnya yang tidak jauh terparkir dari lokasi tersebut.


"Pak tolong antarkan saya ke Restoran tempat Radisha tadi kita turunkan!"

"Baik Nona!"

Pak sopir segera masuk ke dalam mobilnya, dan membukakan pintu untuk Tifany. "Ayo silakan masuk Nona!"

Setelah Tifany masuk ke dalam mobilnya, pak sopir pun segera menstater mobil, dan bergegas pergi dengan kecepatan sedang.

******

Tifany dengan sopirnya telah sampai di sebuah restoran megah, dia berjalan memasuki restoran, dan mencari keberadaan Radisha, asistennya.

'Ke mana perginya Radisha? Seharusnya dia berada di sini. Tapi ke mana dia pergi?' ucapnya dalam hati.

Tifany mengitarkan pandangan ke sekeliling. Namun, tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Radisha di tempat ini. Kemudian, Tifany mengambil ponsel di saku celananya, berusaha menghubungi Radisha.

'Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, silahkan hubungi kembali,'

"Aishhhh ... dasar menyebalkan!" geramnya. "Baru satu hari bekerja, dia sudah berani membangkang!" ketusnya.

Setelah lama berdiri di ambang pintu restoran tersebut, Tifany memutuskan untuk keluar dari area itu, dan mencari keberadaan Radisha di tempat lain.

Tifany memasuki sebuah mall yang tidak jauh dari restoran tersebut. Dia masuk, ke mal tersebut, lantaran, pikirnya Radisha akan berkencan dengan pria bernama Kamandanu di mall ini.

"Bukannya menjalankan tugasnya dengan baik, dia malah asyik-asyikan jalan-jalan di Mal, dengan Pria yang seharusnya jalan denganku!" gumamnya kesal, dengan mata yang terus melirik ke kanan, dan kiri sekitar mall tersebut.

"Lihat saja nanti! Asisten kurang ajar!"


Sementara itu, Radisha masih berada di dalam salon kecantikan dan tidak tahu sama sekali kemarahan Tifani.

Dia terus saja didandani, bahkan dia sempat terbatuk saat bubuk bedak dipoleskan di wajahnya.

"Selesai!" ucap sang perias tiba-tiba. 

Radisha sontak menatap cermin cukup lama. Dia terkejut melihat penampilannya.

"Kak, saya minta tolong panggilkan pria yang tadi bersama saya," lirih Radisha pada akhirnya.

*******

"Tuan ... Anda diminta masuk ke dalam ruangan tersebut oleh perempuan yang ada di dalam gerai salon kecantikan!"

Kamandanu Naratama yang sedang memperhatikan Tifany dari seberang begitu terkejut. "Untuk apa dia memintaku masuk?"

"Saya kurang tahu Tuan, lebih baik Anda masuk saja ke dalam!" titah pekerja salon kecantikan itu.

Mengetahui di mall ini ada Tifany yang asli, dia semakin bernafsu untuk membuat Tifany asli menyesal karena telah berani membohonginya.

"Tuan, bagaimana dengan penampilanku?" Radisha berdiri di hadapan Danu.

Tatapan Danu pun beralih pada Radisha, perempuan utusan Tifany untuk melakukan pertemuan dengannya.

Danu menatap lekat-lekat penampilan Radisha yang luar biasa. baginya. Bahkan, Danu tidak sedikitpun mengedipkan matanya. Lantaran perempuan yang kini berdiri di hadapannya itu sangat cantik. Berbeda dengan penampilan sebelumnya.

"Kau Radisha?" tanyanya menelan salivanya. Danu kagum dengan pesona milik Radisha.

"Kenapa? Apa Tuan tidak percaya, jika saya yang berdiri di hadapan Anda saat ini Radisha?"

"Tidak, bukan seperti itu maksud saya!"

"Lantas?" Radisha semakin dibuat heran.

"Kau berbeda!" ujar Danu kemudian. Perlahan Danu bangkit, dan menghampiri Radisha.

Danu berusaha meraih wajah Radisha. Tetapi, Radisha segera menepis tangannya. "Anda jangan berani menyentuh saya Tuan!"

Danu langsung menghentikan tangannya, setelah Radisha menyadarkannya dari lamunan. "Siapa juga yang akan menyentuhmu, dasar sok percaya diri!" gerutu Danu setelah sadar dari lamunannya.

"Huh ... baguslah jika seperti itu!" ujar Radisha menghela nafasnya lega.

Kemudian, Danu segera menuju kasir untuk membayar perawatan perempuan bernama Radisha, dengan senang hati Danu menggelontorkan dana hanya demi mempercantik perempuan yang akan menjadi alat balas dendamnya pada Tifany, karena telah menghinanya meskipun, secara tidak langsung.

"Ayo kita pulang!" ajak Danu setelah membayar kontan salon kecantikan itu.

Radisha masih gugup dengan penampilan barunya, bagaimana mungkin perempuan desa sepertinya bisa berdandan layaknya artis seperti Tifany Candler.

"Tuan,"

"Iya apa?"

"Apa saya tidak bermimpi?" tanyanya menatap Danu.

Sontak saja Danu mencubit pipi Radisha, hingga kesakitan.

"ARGH!" pekiknya merasakan sakit di bagian pipinya. "Dasar menyebalkan!" geram Radisha.

"Lagian ... kau ini masih saja bertanya jika semua kejadian ini mimpi!" timpal Danu terkekeh.

Radisha mengerucutkan bibirnya, dia sangat kesal dibuatnya. "Dasar Pria menyebalkan!" gumamnya pelan. Namun, masih terdengar oleh Danu.

"Apa katamu? Menyebalkan?" Danu menatap tajam pada Radisha.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status