"Tidak Tuan ... saya tidak berbicara apa pun!" Radisha menundukkan kepalanya, lantaran takut membuat Danu semakin marah padanya.
"Tolong jangan macam-macam denganku, jika kau masih ingin mempertahankan kesucianmu!"Ketika Danu mengancamnya, Radisha ketar-ketir meminta maaf. Ia begitu takut terhadap Danu, takut akan ancaman pria yang baru dikenalnya. "Maafkan saya Tuan, tolong jangan lakukan hal itu pada saya!" ucap Radisha dengan bibir bergetar.Danu semakin mengerjai Radisha, ketika dia tahu jika Radisha termakan oleh ancaman yang tidak serius itu.'Hem ... aku harus membuatnya bertekuk lutut padaku, dan aku akan terus mengerjaimu wahai Gadis Desa!' batin Danu berseringai."Tidak! Saya tidak akan memaafkanmu," ketusnya."Saya mohon Tuan," Radisha sangat takut terhadap Danu. " Ini pertama kali saya bekerja di Jakarta Tuan. Tolong, jangan buat saya takut!" lirihnya."Makannya jangan membuat aku marah!" tegas Danu. "Ayo ikuti saya!""Kita akan ke mana lagi?""Sudah, jangan banyak bertanya. Kau akan tahu nanti!" paksanya pada Radisha.Danu menggenggam erat tangan Radisha, dia membawanya ke dalam mobil. Kali ini Radisha berusaha memberontak, karena takut dengan ucapan Danu yang akan merenggut paksa kesuciannya."Saya tidak mau!" tolak Radisha memukul pergelangan tangan pria tampan ini."Jangan memberontak! Sudah saya katakan, saya akan membuatmu menyesal karena telah bersekongkol dengan Tifany untuk membohongi saya!""Tuan ... saya mohon, saya tidak mau ikut dengan Anda, tolong jangan lakukan ini pada saya, kesucian saya hanya untuk Pria yang akan menjadi Suami saya Tuan," rengek Radisha memberontak di depan banyak orang.Suara gaduh yang diciptakan oleh Radisha, membuat perhatian orang di sekitar menatapnya, dan semakin membuat Danu kesal terhadap tingkah Radisha."Tidak bisakah kau diam!" bentaknya sarkas. "Kau pikir saya sudi menyentuh tubuh Perempuan Desa sepertimu?"Radisha terdiam, dengan bibir mengatup. Dia tidak menyangka perkataan kasar akan terlontar dari mulut pria terpelajar seperti Kamandanu Naratama."Huh ... makannya kalau tidak sudi lebih baik kau lepaskan saya saja! Baru saya akan percaya!""Sudah ya diam!" Danu membentaknya lagi.Sehingga Radisha terkesiap kaget, dan tidak berani membantah lagi pada Danu."Nah, kalau diamkan saya juga tidak akan membentakmu!" ujar Danu dengan tatapan masih menatap pada Radisha yang masih enggan masuk ke dalam mobil."Cepat masuk, kenapa kau masih berdiri di situ?""Saya tidak mau Tuan, saya takut pada Anda!" Radisha mengitarkan pandangan ke sekeliling, berusaha kabur dari pria angkuh seperti Danu.Begitu Danu lengah, Radisha segera berlari. "HEY!" seru Danu dari dalam mobilnya, berteriak pada Radisha. "Dasar Perempuan menyebalkan, berani sekali dia kabur!" gumamnya.Danu keluar dari dalam mobil, berusaha mengejar Radisha yang terus berlari menjauh darinya.Danu gagal mengejar Radisha, lantaran Radisha lebih dulu menghentikan kendaraan jenis Bajaj yang lewat tepat di hadapannya."Kita mau ke mana Nona?""Ke alamat ini, Pak!" ucap Radisha terengah-engah, dengan suara nafas menderu.Keringat bercucuran dari tiap kulit Radisha. Meskipun telah lolos dari Danu, namun Radisha dihadapkan lagi dengan persoalannya yang baru.Kurang lebih memakan waktu perjalanan sekitar satu jam, Radisha telah sampai di rumah keluarganya Tifany.Radisha turun dari Bajaj, dan membayar ongkos untuk sopir. Kemudian Radisha berteriak memanggil Satpam, dari balik pintu pagar untuk di bukakan pintu gerbang rumah itu."Permisi!" teriak Radisha dari balik pintu pagar berukuran tinggi itu. "Pak Satpam, tolong buka pintunya!" pinta Radisha.Seorang Satpam segera menghampirinya, dan membuka pintu gerbang untuk Radisha. "Neng Radisha, kenapa Neng sudah pulang? Seharusnya kan Neng bersama dengan Nona Tifany?""Ceritanya panjang Pak, nanti saya ceritakan ya, tapi tidak sekarang!" Radisha terengah-engah lantaran ketakutan terhadap Danu.Ketika Radisha berinteraksi dengan pak Satpam, tiba-tiba saja sebuah mobil mewah membunyikan klakson.Pak satpam langsung membuka pintu gerbang, untuk Tifany yang baru saja datang. Setelah Tifany keluar dari dalam mobilnya, dia segera menghampiri Radisha."Kau ikut saya, saya perlu bicara denganmu!" Tifany terlihat marah pada Radisha, entah apa yang akan terjadi pada Radisha."Nona, maafkan saya!" pintanya.Namun, Tifany mengacuhkan permintaan maaf Radisha. Tifany terus melangkahkan kakinya menuju kamar."Ayo masuk, tunggu apalagi!" Tifany membentak Radisha, sehingga membuat Radisha terkesiap kaget."Baik Nona!" Radisha sangat gugup, dan takut akan kemarahan Tifany.Setelah Radisha masuk, ke dalam kamarnya. Tifany segera menutup rapat pintunya. "Kamu ke mana saja seharian?" tanyanya dengan suara lantang."Saya bertemu dengan pria yang akan bertunangan dengan Anda, Nona!" jawab Radisha dengan menundukkan kepalanya."Jangan bohong!""Sungguh Nona, saya tidak berbohong!""Kenapa pada saat saya mencari kamu di Mall, kamu tidak ada di sana?""Saya diajak pergi oleh Tuan Kamandanu Nona," Radisha masih menundukkan kepalanya, ia merasa takut terhadap Tifany.Mendengar nama Kamandanu, Tifany mulai merasa penasaran dengan pria itu. Pria yang seharusnya bertemu dengannya hari ini."Menurut kamu seperti apa sosok Kamandanu itu?" tanya Tifany penasaran, sambil menatap Radisha dari ujung kaki hingga ujung rambut."Dia pria menyeramkan Nona!""Menyeramkan?" tanya Tifany. "Apa dia jelek?""Tidak Nona, dia tidak jelek!""Ah sudahlah! Saya tahu selera orang desa seperti kamu, sudahlah. Lagi pula, saya tidak berminat bertemu dengan Pria itu!" ujar Tifany tidak mau melanjutkan pertanyaannya."Cepat kau kembali ke kamarmu, tapi tolong rapikan dulu barang-barangku ini!" perintahnya pada Radisha."Baik Nona!" Radisha menyanggupi perintah bosnya.Padahal, Radisha sudah memberitahu pada Tifany, jika Kamandanu benar-benar pria rupawan. Namun, tetap saja Tifany tidak mau mempercayai Radisha.Dengan telaten Radisha membereskan barang keperluan Tifany Shooting, setelah selesai Radisha kembali ke kamarnya. Dia ingin segera menghubungi ibunya di kampung halaman.'Halo Ibu ... apa kabar?" tanya Radisha pada Prasasti di seberang sana, di kampung halamannya.'Halo Nak, Ibu baik-baik saja sayang! Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa majikanmu baik padamu Nak?''Alhamdulillah Ibu, pekerjaan Radisha ringan. Bahkan Nona Tifany sangat baik pada Disha!" ucap Radisha merasa rindu dengan ibunya.'Syukurlah Nak ... kalau pekerjaanmu ringan, dan majikanmu itu baik, Ibu lega mendengarnya,'
'Iya Ibu, Disha pun lega mendengar Ibu baik-baik saja di Kampung,' ujar Radisha. 'Bagaimana dengan Juragan Komar, dia tidak terus-terusan mengganggu Ibu kan?''Tidak Nak ... Juragan Komar sepertinya sudah melupakan persoalan dengan Keluarga kita!' ujar Prasasti diseberang sana.'Kalau begitu Ibu Istirahat ya, tidak baik untuk kesehatan Ibu, lagi pula ini sudah larut malam!' ucap Radisha, dan segera memutus sambungan.Radisha memeluk ponselnya, dan memejamkan matanya dia sangat merindukan ibunya. Tetapi, Radisha baru mulai bekerja ia belum punya cukup uang untuk menemui ibunya di kampung.Hari ini adalah hari tersial bagi Radisha, bagaimana tidak sial, hari ini dia di beri tugas untuk menemui calon tunangan bosnya sendiri, dan hampir saja dia tidak bisa lari dari pria bernama Kamandanu Naratama itu."Radisha!" Suara seseorang dari balik pintu kamar menyadarkannya dari lamunan."Iya sebentar!" sahutnya segera beranjak menghampiri orang yang memanggilnya. Radisha buru-buru membuka pintu."Lama sekali kamu membuka pintu!""Iya, Nona. Maaf!" ucap Radisha pelan."Ayo ikut saya sekarang!" Tifany meraih pergelangan tangannya, dan memaksanya mengikutinya."Kita akan ke mana Nona?""Jangan banyak tanya, ikuti saja saya!" Radisha pun tidak berdaya menolak Tifany, dia hanya mengikutinya dari belakang."Saya memang kabur dari Pria itu Nona, semua itu saya lakukan karena saya takut pada Pria itu!" jawab Radisha terbata-bata."Alasan seperti apapun, saya tidak terima Radisha. Yang jelas, kamu sudah membuat hidup saya susah. Kenapa sih kamu ini tidak menurut saja pada Pria itu!" kesal Tifany terus menyalahkan Radisha di sela mengemudikan mobilnya."Bagaimana saya akan menurut pada pria itu, Nona? Sementara, pria itu mengancam saya akan merenggut kesucian saya!" lirih Radisha berterus terang."Dan kamu langsung kabut begitu saja?" tanyanya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya."Semua gara-gara kamu Radisha, kamu tahu tidak akibat perbuatanmu saya kena marah Papa saya, karena Pria bernama Kamandanu itu mengadu kalau saya kabur darinya!""Maafkan saya Nona, saya yang salah!" Radisha merasa bersalah pada Tifany, atas tindakan yang telah dia lakukan."Maaf saja tidak akan bisa mengembalikan ke adaan Radisha! Intinya kali ini saya minta kamu harus melakukan tugas dengan sempurna!" ujar Tifan
Kamandanu ternyata memperhatikan itu semua dari jauh.Dia tidak akan membiarkan rahasia Radisha terbongkar di hadapan umum. Dia masih membutuhkan penyamaran Radisha, untuk membalas Tifany."Kamu ini apa-apaan Dek? Dia ini benar-benar Tifany. Kakak sudah menemui kedua orang tuanya!" sela Danu memotong ucapan adiknya, Audrey.Audrey menelan kembali ucapannya, dia masih yakin jika perempuan yang saat ini berhadapan dengannya bukanlah Tifany Candler."Kakak yakin Perempuan ini Tifany? Kenapa segampang ini Kakak percaya?!" ujar Audrey masih meyakini jika perempuan di hadapannya ini berbohong.Danu menimpali Audrey, dan meyakinkannya. "Ya, tentu saja Kakak mempercayainya. Lagi pula tidak ada alasan untuk Kakak mencurigai Calon Istri Kakak ini!"Audrey berjalan menjauh dari Danu, dan Radisha. 'Saya harus mencaritahu siapa sebenarnya Perempuan ini?' Tapi bagaimana caranya saya membuktikan jika Perempuan itu bukanlah Tifany!' batinnya masih penasaran.Hingar bingar pesta membuat kepala Radisha
Audrey heran dengan ucapan Danu, ia masih berusaha mencernanya. "Bagaimana bisa Tifany menipumu Kak? Jelas-jelas Perempuan itu yang telah berbohong pada kita!""Dia di suruh oleh Tifany agar berbohong pada kita Audrey!" tutur Danu menyampaikan.Audrey menggeleng kepalanya, dia masih tidak bisa menerimanya. "Tunggu, Kak. Sepertinya Tifany tidak menyuruhnya ini pasti hanya akal-akalan Perempuan itu saja, siapa tadi namanya?""Radisha!""Ya pokoknya dia lah, yang berbohong." Audrey tetap bersikukuh menyalahkan Radisha.Danu menatap Audrey, dan tidak percaya pada adiknya yang malah menyalahkan Radisha. Padahal, sudah jelas Tifany lah yang menolak untuk bertemu dengannya, dan malah mengutus Radisha untuk berpura-pura menjadi dirinya."Kakak capek jika harus berdebat denganmu Audrey, sudah Kakak katakan barusan bukan. Perempuan bernama Radisha itu tidak berniat membohongi kita!" tegasnya meyakinkan Audrey."Jikalau dia tidak b
Audrey Terus mengemudikan mobilnya, demi menyusul Danu--kakaknya.Sementara Tifany telah sampai di rumahnya, dia memaksa Radisha untuk segera keluar dari dalam mobilnya. Kali ini Tifany sangat marah pada Radisha, pikirnya selama ini Radisha telah menipunya."Saya tidak habis pikir ya sama kamu Radisha! Ternyata dibalik wajah polosmu ini tersimpan sejuta kelicikan!" "Saya mohon maaf Nona!" lirih Radisha memohon supaya di maafkan oleh Tifany. "Saya tidak bermaksud membohongi Nona!""Halah ... kau pikir ada maling mau ngaku, jika maling mau ngaku sepertimu maka penjara penuh!" tukasnya. "Kau jangan mengelak lagi, kau mau merebut Calon Tunangan saya kan?"Tifany tetap saja tidak percaya pada pengakuan Radisha. Kebaikan Radisha selama ini rupanya tidak bisa membuatnya merasakan jika yang dilakukannya saat ini salah.Tifany membabi buta memarahi Radisha. Bahkan, dia mengancam akan memulangkan Radisha ke kampungnya lagi. "Apa perlu say
"Radisha ya ampun ... kenapa tidak masuk saja ke Rumah!" Tifany keluar dari rumah dengan tangan menggenggam payung. Danu bersama dengan Radisha menoleh pada Tifany, yang tengah berdiri di depan pintu rumah."Kenapa kau baru keluar? Oh-saya tahu ini pasti ulah kamu kan? Kamu marah sama Radisha karena aku tidak bisa bersamamu?""Danu, kau ini ngomong apa? Aku tidak sekejam itu, kau jangan menilai aku dari cangkangnya saja dong, kau belum mengenalku. Jadi jangan menyimpulkan kalau aku seburuk itu!" Sedemikian rupa Tifany berusaha bersikap baik di hadapan Danu, lantaran ia tidak mau Danu berpikir buruk tentang keluarganya.'Dasar Radisha, apa sih menariknya dari Perempuan Desa ini?' batinnya sangat kesal.Kemudian Tifany bergerak mendekat, dan mengajak Radisha untuk masuk ke dalam rumah. "Radisha, ayo ikut saya masuk!" ajaknya menggenggam tangan Radisha dengan keras. Kemudian berbisik di telinga Radisha.'Jangan
"Iya yang dia katakan benar, saya sengaja memintanya agar tetap bekerja di Rumah kita!" balas Tifany menimpali pertanyaan ibunya.Stevani kembali menatap pada Radisha. "Ya sudah kau letakkan saja makanannya di meja!" perintah Stevani.Radisha pun segera meletakkan makanan yang diminta oleh Tifany di meja ruang tamu itu. Tidak mau kena marah lagi oleh Tifany, Radisha segera bergegas meninggalkan ruangan tempat berkumpulnya keluarga Candler itu."Tunggu Radisha," panggil Tifany. Radisha menoleh lalu menyahutinya."Ada apa Nona? Apa Nona membutuhkan sesuatu?" tanyanya menoleh."Kemarilah, duduk di sebelahku sampai aku menghabiskan makanan ini!" pinta Tifany.Dengan langkah gemetar, Radisha kembali menghampiri Tifany. Ada rasa takut yang mulai menghantui isi kepalanya. "Silakan dilanjut Mom's ... sampai di mana tadi kita membahas pertunangan aku dengan Danu!" ucap Tifany sengaja mengencangkan volume suaranya, ia sengaja ber
Sinar mentari pagi perlahan naik kepermukaan, suasana pagi dengan aroma bau tanah yang masih basah tercium begitu kental di kota Cianjur. Pagi ini Prasasti Aulia, ibu kandung dari Radisha Adelia tengah berjalan menuju pasar. Niat hati ingin berbelanja, sialnya ia malah bertemu dengan para penagih hutang, anak buahnya Juragan Komar.Prasasti semakin mempercepat langkahnya, kala itu dia berada di tempat sepi jauh dari keramaian. Namun, sialnya dua anak buah dari Juragan Komar itu berhasil menghadangnya."HEY!" seru dua orang berkepala plontos itu memanggil Prasasti.Bulu kuduk Prasasti terasa berdiri semuanya, hatinya mulai berdesir ketakutan. Dia tahu saat ini dirinya dalam keadaan tidak aman."Mau apa kalian?" "Mau apa katamu Hem ... tentu saja kami mau menagih hutang padamu!""Saya tidak punya uang, saya mohon beri saya waktu untuk melunasi hutangnya. Tolong sampaikan pada Juragan!" ucap Prasasti dengan suara terengah-engah.
Tifany merasa bersalah saat mendengar semua yang di utarakan Radisha terhadap Danu, kini jalan pikirannya mulai terbuka, dan bisa merasakan kejujuran Radisha selama ini."Danu ... lebih baik kau masuk ke dalam, mungkin sebentar lagi Papa akan keluar dari kamarnya!" Tifany memanggil Danu, dan mempersilakannya masuk."Tidak usah, biarkan saya menunggu di sini!""Radisha ... ayo kita berangkat, kebetulan saya sudah terlambat!" Tifany berlalu begitu saja dari hadapan Danu, dan Radisha. Ia berjalan menuju mobilnya lebih dulu."Tuan ... saya tidak bisa menemani Anda lebih lama lagi di sini, saya harus berangkat kerja!" pamitnya terhadap Danu, dan segera menyusul Tifany ke dalam mobilnya."Silakan Radisha!" Danu menatap pada langkah gontai gadis desa bernama Radisha itu. 'Maafkan aku telah melibatkan kamu dalam masalahku Radisha!' batinnya merasa bersalah.Sementara Radisha, dan Tifany sudah dalam perjalanan menuju lokasi shoo