Share

Janggal

Lama keduanya terdiam.

Radisha bahkan nyaris menangis.

Ini hari pertamanya bekerja sebagai asiten Tifany dan dia sudah gagal melaksanakan tugasnya.

Bagaimana bila dia dipecat dan harus kembali ke kampung?

Tidak! Dia tidak mau menikahi juragan tua itu.

Perlahan, Radisha menarik nafas dalam.

"Saya memang bukan Nona Tifany Tuan! Tapi, sungguh ... saya tidak bermaksud membohongi Anda, saya terpaksa melakukan ini atas permintaan Nona Tifany!"

Sayang, meski sudah berusaha, dia masih terbata-bata. Bahkan, bibirnya bergetar ketakutan.

Melihat itu, Danu memijat pelipisnya. Ada sedikit rasa bersalah karena telah menakuti perempuan di hadapannya ini. "Jadi, di mana Tifany saat ini?" 

"Nona Tifany sibuk shooting Tuan, makannya beliau meminta saya untuk berpura-pura jadi dirinya!" Suara Radisha terdengar parau, dengan nafas tersengal-sengal.

Perlahan, Danu melepaskan tangannya dari dagu Radisha.

'Sial! Berani sekali Tifany mengerjaiku, awas saja akan aku balas, kau akan menyesal Tifany, ini namanya penghinaan!' kesal Danu dalam hatinya.

"Tuan ... tolong maafkan saya!" Radisha memohon agar Danu tidak memarahinya, dan berbuat hal buruk padanya.

Danu terdiam, dia memperhatikan Radisha yang terlihat lugu. 'Apa dia berkata jujur padaku? Atau dia hanya pura-pura saja, untuk menipuku?' Danu bertanya-tanya dalam hatinya.

"Tuan ... apa yang harus saya lakukan, agar Anda tidak memberikan saya hukuman. Saya minta maaf Tuan!" lirih Radisha ketakutan.

Danu masih bersikap dingin pada Radisha, dia sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan, demi mengetahui kejujuran atas ucapan Radisha.
'Sepertinya Perempuan ini memang jujur, apa aku harus membalas Tifany melalui Perempuan ini?' batinnya terus menatap Radisha.

Sementara Radisha sudah pasrah, atas kegagalannya dalam menjalankan tugas dari Tifany, belum lagi ia harus menerima kemarahan pria yang sama sekali tidak dia kenal ini.

'Bagaimana ini, pasti Nona Tifany akan marah besar padaku, dan Pria ini pasti akan membawaku ke Kantor Polisi,' lirihnya dalam hati.

"Namamu siapa?"

"Nama saya Radisha, Tuan!" jawab Radisha terbata-bata.

"Kenapa kau mau-maunya melakukan hal sebodoh ini? Apa kau tidak berpikir jernih menerima pekerjaan menipu seperti ini?"

Radisha meraih tangan Danu, berusaha meminta maaf. "Saya hanya bekerja pada Nona Tifany Tuan, ini pertama kali saya bekerja dengan beliau. Saya tidak berani membantahnya!"

"Lepaskan tangan saya, kau ini sangat keterlaluan! Kau pikir, sejak tadi aku tidak tahu siapa kau ha?" Danu menghempas tangan Radisha.

"Saya minta maaf Tuan ... tolong jangan laporkan saya ke polisi!"

Danu mengernyitkan keningnya, bagaimana mungkin perempuan polos ini berpikir sejauh itu, padahal dia hanya menggertak saja. Bahkan, untuk melaporkannya ke polisi sama sekali tidak terbesit dibenaknya.

Danu merasa kasihan pada Radisha, ia kembali meraih dagu Radisha, mendongakkan wajah Radisha menatap wajahnya, dan untuk kesekian kalinya mereka bertatapan.

Tiba-tiba saja jantung Danu berdetak kencang, dengan hati bergetar hebat, entah perasaan apa yang hadir di antara mereka.

'Kenapa perempuan ini sangat cantik, dan kenapa hatiku berdebar?' gumamnya membatin.

Tidak sepatah katapun terucap, mereka mengabaikan sekitar, hanya fokus saling menatap satu sama lain.

Hening.

Satu menit kemudian, Danu mulai menetralkan pikirannya, berusaha menyadarkan dirinya agar tidak terbuai oleh pesona perempuan desa ini.

"Kau aku maafkan ... tapi," belum sempat Danu melanjutkan ucapannya. Radisha memotongnya.

"Terima kasih Tuan ... sungguh, saya minta maaf!" lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Kau jangan senang dulu, saya memaafkanmu bukan tanpa sebab. Tapi, saya ingin kau bersandiwara jika penyamaran ini berhasil, dan ingat, jangan coba-coba kau melapor pada Tifany, apa kau paham!"

"Tapi tuan ...,"

"Sut ... saya tidak mau mendengar apa-apa lagi dari mulutmu, kau harus mau menuruti permintaanku, atau kau mau masuk penjara!" 

Radisha bergidik ngeri saat Danu mengancamnya, pada akhirnya Radisha menurut pada permintaan Danu, lantaran dia takut jika sampai dipenjara.

Bukan takut karena dia mendekam dipenjara. Tetapi, Radisha takut tidak bisa mengirimkan uang pada ibunya di kampung halaman.

"Baik Tuan ... saya turuti permintaan Anda, asalkan jangan penjarakan saya!" ucapnya tertunduk lesu.

Danu tersenyum penuh kemenangan, dan dia mulai merasa jika perempuan yang saat ini berhadapan dengannya lebih cocok menjadi pendampingnya dibandingkan dengan Tifany, yang secara tidak langsung menolaknya.

'Lihatlah Tifany, aku sudah mendapatkan Perempuan yang akan membuatmu merasa sakit hati, ini salah kau sendiri!' tukasnya dalam hati.

Kemudian Danu kembali beralih pada Radisha, dan meminta Radisha untuk ikut dengannya.

"Karena kau sudah setuju dengan permintaanku, maka mulai hari ini kau harus mau menjadi pacar pura-pura untukku!"

Radisha terbelalak, ia tidak percaya atas pernyataan Danu. "Saya tidak bisa, jika Tuan meminta itu pada saya!" tolak Radisha. "Nona Tifany akan marah besar pada saya Tuan!"

"Apa peduliku? Itu urusanmu. Salah sendiri kau mau menjadi bonekanya! Pokoknya permintaanku tidak untuk dibantah!" tegas Danu.

"Tolong kasihanilah saya Tuan!" lirih Radisha.

"Tenang saja, saya tidak akan membiarkan Tifany sampai menghukum kamu, jika kau mau menuruti permintaanku! Aku akan melindungi kamu!"

"Hah ... benarkah kau akan melindungiku?" tanya Radisha menatap mata pria bernama Danu ini.

"Kenapa kau bertanya seperti itu, apa kau tidak percaya pada saya?"

"Bukan tidak percaya, tapi saya ragu pada Anda Tuan!"

"Terserah!" ujar Danu. "Yang terpenting ayo ikut saya sekarang!"

Danu meraih tangan Radisha, dan membawanya ke suatu tempat.

"Kau akan membawaku ke mana Tuan?" Radisha merasa ketakutan saat Danu memaksanya.

"Jangan banyak bertanya. Kau akan tahu jika sudah ke tempat tujuan saya!" timpalnya.

Radisha hanya bisa pasrah, ia terlanjur menyetujui permintaan Danu, dan melanggar perintah Tifany.

'Semoga saja Nona Tifany tidak mengetahui bahwa aku telah gagal dalam menjalankan perintahnya!' batin Radisha hanya bisa pasrah.

*****

Selama perjalanan, Radisha terus saja berpikir.

Dia bahkan tidak sadar jika Danu telah berhenti berjalan.

"Hey ... ayo cepat masuk!" seru Danu dengan bersedekap tangan menatap tajam pada Radisha.

Radisha sontak tersadar dari lamunannya, dan menatap pada Danu. "Masuk ke mana Tuan?" 

Ternyata, Radisha berdiri di depan salon kecantikan yang terdapat di dalam mall tersebut. "Kenapa kau membawaku ke tempat ini Tuan? Untuk apa?" lanjutnya bertanya.

"Kau bertanya untuk apa? Dasar Perempuan aneh. Tentu saja ini untuk mendandanimu agar kau terlihat menarik!"

"Apa sekarang, menurut Tuan saya sangat jelek?"

Danu menggeleng kepalanya, sudah habis kesabarannya terus diuji oleh keluguan gadis desa ini. "Tolong jangan banyak bertanya, ikuti saja perintah saya!" sentak Danu tidak mau di bantah.

Radisha kaget, ia tidak menyangka jika pria yang baru dikenalnya ini akan membentaknya. "HUH! Dasar Tuan pemarah!" cibirnya. "Iya saya akan masuk ke dalam!"

Meskipun malas, Radisha tetap melangkahkan kakinya, dan masuk ke gerai salon kecantikan itu. Para pekerja salon kecantikan menyambut Radisha, dan memperlakukannya dengan ramah.

"Ayo silakan Nona!"

"Terima kasih!"

"Nona mau didandani oleh saya, atau hanya sekedar melakukan perawatan?"

"Hah ... tidak-tidak, saya hanya mengantar Tuan ini!" ujar Radisha menunjuk pada Kamandanu Naratama.

"Kenapa kau menunjukku? Sudah jelas-jelas saya membawamu ke salon ini, tentu saja untuk membuatmu secantik mungkin!" ucap Danu, kemudian beralih menatap pada pekerja salon kecantikan memerintahkan agar merias Radisha. "Kau cepat bawa Perempuan ini, dan buat dia menjadi menarik!"

"Hah?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status