"Simpan saja maafmu itu Radisha!" tukas Tifany.
"Saya sudah tidak bisa memaafkan Orang yang berani menusuk saya dari belakang, terlebih Orang sepertimu. Kita beda jauh kau di bumi sementara kastaku di langit, jadi saya tidak sudi menerima maafmu!" tegasnya lagi.Bagi Tifany memaafkan Radisha hanya akan membuang-buang waktu, karena itu tetap saja tidak akan mengubah Danu menjadi cintanya."Sudahlah kau kembali saja ke kamarmu!" usir Tifany pada Radisha. Namun, Radisha masih bertahan di sana, ia masih berharap di maafkan oleh Tifany. Meskipun itu tidak mungkin, tetapi Radisha masih berupaya agar di maafkan oleh Tifany."Jika Nona merasa saya telah merebut cintanya Tuan Danu, saya mohon Nona mau maafkan saya, karena saya sama sekali tidak berniat sedikitpun merebut Tuan Danu dari Nona Tifany!""Sudah saya katakan pergi! Saya tidak mau lagi mendengar omong kosong darimu! Ayo cepat pergi Radisha, pergi!" Suara bariton itu memaksanya keluar darRadisha masih diam, dan menundukkan kepalanya sedikitpun ia tidak berani menatap tuan Candler yang saat ini menatap padanya.Radisha tidak bisa menghindar dari tuan Candler, mau tidak mau dia harus menjawab pertanyaannya.Dengan bibir bergetar, dan tangan saling berpegangan, akhirnya Radisha memberanikan diri menjawab pertanyaan tuan Candler."Saya tidak tahu pasti jika Tuan Kamandanu memiliki perasaan pada saya Tuan, yang saya ketahui beliau hanya memiliki perasaan pada Nona Tifany, dan saya sama sekali tidak berhak memiliki perasaan apapun pada Tuan Kamandanu!" lirih Radisha menjawab pertanyaan tuan Candler dengan suara terbata-bata.Alexandre Candler sejak tadi terus menatap Radisha, dia masih berusaha mencari sebuah kebenaran dari gadis yang telah membuat hati putrinya hancur hingga berkeping-keping. Tuan Candler tidak begitu saja mempercayai perkataan Radisha ia masih terus menyelidikinya."Baiklah jika kau mengaku seperti itu, kau boleh
"Kenapa Pa?" tanya Audrey menatap papanya heran."Ini Orang yang nelepon kamu sangat aneh, dia hanya diam padahal Papa terus bertanya padanya!""Apa kata Audrey juga Pa? Itu pasti Orang hanya iseng saja!" ucap Audrey. "Sudahlah jangan diladeni, matikan saja teleponnya!" lanjut Audrey.Setelah mendengar saran dari putrinya, tuan Naratama pun menutup ponsel, dan menyerahkannya kembali pada putrinya."Ini Ponselmu, jika nomor itu menghubungimu lagi kau jangan menerimanya Putriku!" "Iya Pah ... Audrey enggak akan menerima panggilan dari nomor ini lagi!" balas Audrey sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas, dan melanjutkan makannya.Sementara Danu, dan Natalie hanya diam tidak ikut berbicara di meja makan itu. Mereka berdua hanya menikmati makanannya tanpa mau ikut nimbrung dengan Audrey, dan tuan Naratama."Ma ... aku pamit ya?" "Ya sudah kamu hati-hati sayang!""Iya Ma, kamu jangan khawatirkan itu!"
'Jika aku tidak bisa mendapatkan Danu dengan cara yang wajar ... maka cara kotor pun akan aku lakukan, aku akan tetap melanjutkan Perjodohan ini Danu, kau tidak bisa menolaknya!' batin Tifany tersenyum menyeringai, memikirkan rencananya."Kamu kenapa Tifany, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Audrey melambaikan jemari tangannya di depan wajah Tifany."Em-iya ... kenapa Drey?" ujar Tifany tersadar dari lamunannya."Kamu kenapa diam, dan terlihat melamun seperti itu?" Audrey mengulang pertanyaan."Enggak, aku hanya sedih Drey ... kamu kan tahu Danu tidak memiliki perasaan apapun kepadaku, dia ternyata malah menyimpan perasaannya terhadap Radisha. Hal itulah yang membuatku sedih!" Melihat Tifany menangis seperti ini, Audrey merasa kasihan padanya ia berusaha menenangkan Tifany sebisa mungkin. "Kamu yang sabar ya ... suatu saat aku yakin Kak Danu akan mencintaimu, dan aku akan pastikan itu," Audrey mengusap wajah cantik Tifany, yang berhia
Setelah di puji oleh Audrey semakin saja Tifany bertambah semangat untuk menjadi istrinya Danu.Begitu pelayanan kembali, dan membawa bil makanan Tifany langsung membayarnya."Total makanannya 500 ribu rupiah Nona!" seorang pelayan memberikan kertas bon pada Tifany.Tifany pun segera merogoh koceknya, dan memberikan sejumlah uang. "Ambil saja kembaliannya!" ucap Tifany."Terima kasih Nona!" seorang pelayan itu tersenyum pada Tifany.Audrey benar-benar dibuat kagum oleh sosok Tifany yang begitu baik, dan mau berbagi pada orang yang jauh kelasnya dari mereka.'Tidak salah lagi Audrey keputusan kamu membantu Tifany untuk mendekati Kakakmu benar-benar tepat, selain cantik dia juga baik hati!' batin Audrey kagum pada sosok Tifany Candler."Sudahkan membayarnya?""Iya sudah Audrey!" jawaban."Ya sudah ayo kita berangkat ke kantorku!" ajaknya.Perlahan Audrey dengan Tifany berjalan menuju parkiran, di
Danu berjalan lebih cepat setelah ia memarahi Tifany yang berusaha mengikutinya ke basemen. Ia mengumpat karena Tifany berusaha mendekatinya, padahal ia sudah tahu Tifany itu tipe perempuan yang akan meninggalkan pria jika ia dari kalangan keluarga miskin."Dasar Perempuan gila, kau pikir aku akan kena bujuk rayumu? Heh bedebah!" umpatnya sembari menstater mobilnya, dan perlahan keluar dari halaman perusahaan.Tifany yang melihatnya pergi, ia sangat panik lantaran takut jika kehilangan jejak Danu saat itu juga."Oh sial! Kenapa semua ini terjadi di saat aku tidak membawa kendaraan ku sendiri!" kesal Tifany tampak panik, setelah melihat Danu mengemudi dengan sangat kencangnya.Tiba-tiba saja Audrey menepikan mobilnya, dan menurunkan sedikit kaca mobilnya itu. "Ayo naik Tifany ... kita ikuti ke mana Kak Danu akan pergi!"Tanpa menunggu lama Tifany pun masuk dalam mobil Audrey dengan gusarnya dia terus meracau di dalam mobil calon iparnya it
"Rekam saja adegan mereka saat ini, setelah kau berhasil mengambil Video kau sebarkan saja melalui media sosial, ini adalah cara terbaik untuk memberi pelajaran pada Perempuan seperti Radisha!"Tifany pun mengikuti apa yang disarankan oleh Audrey, ia merekam adegan Radisha yang masih bertatapan di depan pintu rumah itu.Dengan satu klik Tifany menguploadnya ke jejaring sosial, dan seketika Video itu viral dengan hastag calon suamiku direbut oleh asistenku.Tifany tersenyum menyeringai menatap tajam pada Radisha. 'Selamat menikmati hari-harimu yang buruk Radisha!' batinnya tersenyum licik.Sementara Danu dan Radisha masih saja saling menatap. Bahkan, Danu tidak sedikitpun mengedipkan matanya, ia tidak rela melihat kecantikan itu terlewat meski hanya satu detik."Radisha!" seseorang memanggil Radisha, dan seketika lamunannya buyar saat itu juga."Siapa yang datang ke Rumah? Kenapa kau sangat lama sekali!" seru seseorang dari dalam
Di seberang sana tepatnya di sebuah perusahaan keluarga Naratama, Tuan Nara menerima panggilan dari Stevani istri dari koleganya yang bernama Tuan Candler, calon besan dari Tuan Nara mengadukan kelakuan putranya.'Halo ... ada apa Nyonya Stevani menghubungi saya?' tanya Naratama terhadap Stevani.'Saya cuma mau bilang sama Anda Pak Nara, Putra Anda ini Danu, teganya dia menyakiti Putri saya dengan berselingkuh sama Radisha asisten Putri saya! Saya tidak terima Putri saya di khianati seperti ini, kasihan dia Pak!' ujar Stevani terdengar murka pada Nara di seberang sana.'Maafkan Putra saya Nyonya ... saya berjanji akan memarahinya, tolong maafkan kelakuan Putra saya!' pintanya memohon pada Stevani agar memaklumi kelakuan Danu.'Saya minta Bapak didik Putra Anda ini, agar dia tidak menjadi pecundang!' kesal Stevani memutus sambungan.'Halo ... Halo Nyonya!' Naratama mengepalkan tangannya, dia sangat geram terhadap tingkah laku pu
Guyuran hujan semakin deras, sedangkan suara petir terdengar menggelegar saling bersahutan. Radisha masih saja berjalan dengan menenteng tas yang berisi pakaiannya."Aku harus ke mana sekarang?" lirihnya meratapi nasib sial yang terus menghampiri hidupnya.Mobil-mobil hanya berlalu lalang di hadapannya, tanpa ada satu orang pun peduli padanya yang sedang dilanda kesialan. Hingga hujan perlahan mereda, tubuhnya tiba-tiba saja terasa menggigil, ia memberanikan diri berteduh di salah satu emperan toko yang tidak jauh letaknya.Radisha duduk di emperan toko itu, sambil memijat betisnya yang terasa pegal akibat berjalan jauh dari rumah keluarga Candler entah ke mana langkah kaki itu membawanya pergi.Tiba-tiba saja ada sekelompok pria datang menghampirinya, bertanya padanya dengan senyum menyeringai. Netranya terlihat menyeramkan seperti menginginkan sesuatu darinya."Mau ke mana Neng?" tanyanya menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki