“Dian, bagaimana jika kita besok ke rumah mas Doni untuk minta izin cuti kerja?” tanya Adzana kepada Giandra yang sedang memotong daun bawang di dapur.
“Izin cuti kerja emang mo ngajak aku liburan kemana sih Na?” jawab Giandra telah menyelesaikan memotong daun bawang dan beralih memotong wortel.
“Jenguk ibunda Des donk Dian. Besok kan kita berdua libur tuh, kita ke rumah mas Doni untuk izin cuti kerja tiga hari aja gitu Di. Gimana?” Adzana meminta persetujuan untuk idenya. Adzana menyelesaikan memotong wortel dan menghentikan sejenak aktifitasnya lalu ia berfikir sejenak
“Setuju donk Di. Ya..ya..ya..”
Giandra tidak mengeluarkan suara untuk menyetujui usulan Adzana, Giandra hanya menganggukan kepala tanda menyetujui usulan Adzana.
“Yeeee.. makasih sahabatku yang manis.” Adzana bahagia mendengar usulannya disetujui oleh Giandra, sontak Adzana reflek memeluk Giandra dengan erat.
“Aduh Na. Aku gak bisa nafas nih. Ini lo, aku dibantuin masa
Di kantor detektif pusat Kota Arang Raya pukul delapan pagi… Detektif Endwika memegang handphonenya lalu menekan nama Doni di penyimpanan kontak yang ada di handphonenya ia akan menelfon Doni. “Iya Dwik, kamu nelfon aku ada apa?” kata Doni terdengar suara mesin molen sedang beroperasi mengaduk semen. “Gini Don, hari ini kita bisa bertemu? Ada yang ingin aku diskusikan bersamamu?” tanya Endwika untuk memastikan jadwal kosong Doni pada hari ini. “Aku lihat di buku jadwalku hari ini ya. Nanti ku kabari via pesan singkat. Dwik maaf aku tutup dulu telfonnya ini aku lagi kerja. Maaf ya.” “Iya Don. Maaf ya kalo ganggu kamu kerja. Aku tunggu kabar darimu.” “Oke. Makasih.” Doni mengakhiri percakapan di telfon. Doni melanjutkan pekerjaannya. Lalu ia teringat Giandra. Doni kembali mengecek handphonenya kembali dan mengirimkan pesan singkat kepada Giandra. (“Di, kapan balik dari Jaga Arta Raya?”) Pesan singkat yang
Giandra…Nama gadis cantik yang berprofesi sebagai apoteker ini menjalani aktifitas sehari- hari dengan melayani pasien yang membutuhkan konsultasi mengenai obat dan cara pengobatannya. Ia tidak pernah membeda-bedakan pasien dari latar belakang ekonomi pasien, ia layani dengan tulus dan ikhlas. Giandra bekerja sebagai apoteker di jalan alamanda kota Arang Raya. Di apotek “Waras” ini, Giandra memiliki dua sahabat sejak dibangku Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi yang selalu membantunya. Dua sahabat nya bernama Siwon dan Adzana. Siwon seorang pria blasteran Indonesia, Korea Selatan, dan, Amerika ini selalu setia menemani suka dan duka kehidupan Giandra. Dan sahabat perempuan yang bernama Adzana juga selalu disisi Giandra. Mereka bersahabat tanpa mempermasalahkan perbedaan agama. Siwon yang beragama Islam, Giandra yang beragama Katolik serta Adzana yang beragama Budha selalu kompak saling mendukung.Giandra yang akrab disapa Dian ini adalah anak semata w
“Baru kali ini, kita dapat kasus yang sangat sulit terpecahkan ya teman-teman,” kata Geger kepada teman setimnya. “Iya ya betul juga. Biasanya sebulan juga udah kelar. Ini sampe dua bulan.” Hadi menimpali. “Santai donk kawan-kawan. Kita nikmati saja memecahkan misteri untuk kasus kali ini. Aku pernah kok dapat kasus yang empat bulan baru selesai.” Soraya menyambung obrolan Geger dan Hadi. “Kasus apa itu mba?” tanya Hadi penasaran. “Kasus korupsi,” jawab Soraya sambil tertawa. “Oooo itu mba,” balas Geger yang juga ikutan tertawa. Endwika yang sedang memeriksa dokumen kasus, bangkit dari bangkunya serta memasukan dokumen-dokumen tersebut ke dalam tasnya. Lalu ia menghampiri rekan kerjanya. “Iya betul itu apa yang dikatakan mba Soraya. Untuk kasus Mellasti pasti ada pejabat negeri ini yang terlibat.” Endwika berusaha menenangkan pikiran rekan setimnya. “ooo iya saya mau keluar dulu. Sudah ada janji dengan sahabat. Kalian kalo peke
“Assalamu’alaikum,” kata Desparto kepada ibunya yang berada di kamar rawat inap rumah sakit. Adzana, Siwon, dan Giandra bersalaman dengan bibinya Desparto. Setelah itu mereka duduk di sofa merah panjang “Walaikumsalam.” Ibu Aminah dan adiknya menjawab salam dari Desparto. “Loh, encing sudah di sini saja,” kata Desparto bergurau. “Iya donk. Eh adikmu mana, kenapa gak ikut sekalian.” “Lela masuk sekolah donk cing.” “Des, tunggu emak dulu ya. Encing mau ke kamar mandi.” “Iya cing.” Desparto mengiyakan permintaan bibinya. “Emak, kondisi emak hari ini bagaimana? Kata dokter rencana pulang kapan?” Desparto bertanya kepada ibunya. “Besok emak boleh pulang. Oh ya papah kamu tadi nitip pesan ke encing kamu kalo hari ini gak bisa ke rumah sakit, katanya ada pesanan jengkol dan bebek di kota Berdikari.” “Berapa lama mak?” “Besok papah usahain bisa jemput emak di rumah sakit.” “Iya mak.” “Eh, Desparto dan te
“Aku izin ke kamar mandi ya,” kata Lucky. Lucky pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil setelah itu ia mengambil handphone yang ada di saku celananya lalu ia membuka aplikasi pesan antar makanan online. Ia memesan tiga bungkus sandwich dengan berbagai rasa dan isian.Lucky memesan cemilan karena ia tidak melihat cemilan disajikan oleh pemilik apartemen. Setelah memesan cemilan via online ia kembali ke ruang tamu. Handphone miliknya sudah ia masukkan kembali ke saku celananya.“Jadi begitu kronologi misi yang akan kita pecahkan bersama.” Doni menutup percakapan.“Kita mulai darimana untuk menjalankan misi kali ini mas Doni?” kata Hermawan.“Sebelum aku menjelaskan detailnya, apakah ada yang mempunyai ide untuk langkah pertama kita,” jawab Doni. Semua orang di sana saling berpandangan, diam membeku dan tidak ada yang memiliki ide untuk disampaikan.“Okeh untuk mempercepat pertemuan kita hari in
Suara alarm yang dipasang oleh Adzana di handphone-nya berbunyi. Adzana terbangun dari tidurnya, lalu ia melihat jam di handphone miliknya. Jam menunjukkan pukul enam pagi.Adzana mengolet untuk merenggangkan otot-ototnya yang kaku, lalu ia melihat tante Amninah sedang menyantap sarapan.“Tan, sudah sarapan. Kenapa tidak bangunkan Adzana, kan bisa Adzana bantu suapin,” tanya Adzana.“Kamu tidur sangat nyenyak Na. Tante gak tega bangunin kamu.” Ibu Aminah menjelaskan kenapa dirinya tidak membangunkan Adzana.“Habis ini minum obat ya tan,” pinta Adzana.“Iya Na.”Perawat Maharani datang membawakan obat yang diminum pagi hari, obat itu diterima oleh Adzana.Ibu Aminah telah menyelesaikan sarapannya, lalu meminta Adzana untuk dibantu minum obat dan mandi. Ibu Amninah berkata jika badannya terasa gerah dan ingin mandi. Adzana pun membantu ibu Amninah berjalan ke kamar mandi dan mendorong gant
“Selamat pagi ibu Aminah,” sapa dokter Agus kepada pasiennya.“Selamat pagi dok,” balas Adzana dan ibu Aminah.“Bagaimana kondisi ibu hari ini? Apakah tekanan darah ibu stabil? Kepala ibu apakah masih pusing-pusing?” tanya dokter Agus.“Tekanan darah ibu belum stabil dok. Masih naik dan turun. Lalu kalo pusingnya, kepala ibu sudah tidak pusing lagi,” ujar Adzana menjelaskan kondisi ibu Aminah."Saya bisa pulang kapan dok," tanya ibu Aminah.“ Ibu Aminah saya perbolehkan pulang jika tekanan darah ibu Aminah sudah normal.” Dokter Agus memberitahukan berita bahagia untuk ibu Aminah.“Beneran dok? Ibu boleh pulang?” tanya Adzana bahagia.“Iya boleh mbak,” balas dokter Agus. “Oh ya, mbak ini anak ibu Aminah yang ke berapa?” tanya dokter Agus.“Bukan anak kandung saya dok. Mbak Adzana ini sahabatnya anak saya.” Ibu Amninah meng
Tok..tok..tok..[terdengar suara ketukan dari depan pintu kamar Giandra.]Giandra yang baru saja menyelesaikan bacaan Al Qur’an, berdiri lalu melipat mukena yang di pakainya.Ia berjalan ke arah suara ketukan pintu dan membuka pintu tersebut. Dilihatnya ada bibi Mossi disana.“Non, sarapan sudah siap di meja makan ya non”“Oh ya bi Mossi terima kasih yaa. Bentar lagi Dian ke ruang makan.”“Baik non, bibi kembali kerja.”“Em.”Bibi Mossi kembali ke ruang kerja nya sedangkan Giandra mengambil perlengkapan mandi. Namun langkahnya terhenti di depan pintu kamar mandi karena suara dering telfon masuk dari handphone miliknya. Bergegas ia mengambil handphone nya dan menjawab panggilan itu.“Pagi nona cantik, apakah nona cantik ku sudah sarapan pagi? Lalu apakah kegiatan di hari pertama berada di kota Muara Baya?”“Hahahahahaahaha,,,,”