Share

Bab 3.

Jhon menepis tangan Nami. Ia berjalan meninggalkan Nami yang masih terdiam memandang tubuh Jhon yang berjalan menjauh darinya.

Setelah tubuh Jhon tak lagi terlihat, Nami menghela nafas lalu berjalan menuju kos tempat ia tinggal.

'Setidaknya hari ini aku aman.' ucap Nami dalam hati.

Sampai di rumah kosnya, Nami membuka pagar kayu yang tertutup rapat. Suasana lengang dan sepi karena hari telah masuk larut malam. Sebagian besar penghuni kos tentu sudah tidur.

Nami berjalan menuju kamar kosnya, setelah sampai di depan pintu, Nami mengambil kunci kamarnya yang ia simpan di dalam tas. Tangannya lincah memutar kunci yang telah tertancap di lubang kunci. Perlahan pintu kamar terbuka.

Nami melangkahkan kakinya masuk ke dalam setelah membuka sepatu hak nya lalu menutup dan mengunci pintu kamarnya.

Dengan asal Nami melempar tas kecil yang ia bawa dan menaruh sepatu haknya di rak sepatu.

Nami menghempaskan tubuhnya di kasur empuk yang ia beli dari hasilnya bekerja sebagai Geisha di klub Zoi.

Perlahan ia menarik nafas. Bayang-bayang lelaki gempal itu hendak berbuat kasar kepadanya membuat Nami bergidik. Beruntung ada Jhon yang tanpa ia pikirkan mau bekerjasama untuk berpura-pura menjadi kekasihnya.

Jika saja saat itu Jhon menolak dan membantah ucapan Nami, Nami tidak tahu lagi bagaimana nasibnya saat ini.

Tanpa Nami sadari, perlahan matanya meredup lalu kelopak matanya tertutup. Menyelimuti bola mata berwarna hitam pekat milik Nami.

***

Jhon sedang berjalan menuju pasar tempat ia setiap hari menghabiskan waktu. Peristiwa semalam membuatnya tidak dapat tidur. Ia seperti pernah bertemu dengan pria gempal yang sedang bersama wanita yang memaksanya untuk menjadi kekasihnya.

Beberapa kali kakinya menendang batu yang berserakan di tanah tempat ia berjalan. Jhon mencoba mengingat lelaki itu, namun ia masih belum dapat mengingat siapa lelaki tersebut.

Saat kepala jhon mendongak, ia melihat lelaki gempal itu berada di luar pagar sebuah bangunan dengan pintu yang berderet memanjang. Jhon mengikuti kemana arah mata lelaki tersebut memandang tanpa berkedip.

Sesaat Jhon menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik pohon mangga yang sedang berbuah. Tangannya memetik sebuah mangga yang Jhon rasa telah masak di pohon. Sambil mengamati apa yang dilakukan pria itu, Jhon menggigit buah mangga dan mengunyahnya.

*

Nami keluar dari pintu yang ditatap lama oleh lelaki gempal tersebut. Dengan mengenakan celana pendek, kaos oblong over size Nami tampak imut dengan rambut yang dikuncir kuda. Tangan kanannya menenteng keranjang belanjaan.

Pagi ini Nami berniat berbelanja di pasar. Saat ia membuka kulkas, ternyata bahan makanan di kulkas Nami sudah tidak segar lagi. Maklum, sudah satu minggu lebih Nami meninggalkan kamar kosnya karena ia dirawat di rumah sakit. Setelah membersihkan kamar kosnya dan bahan makanan yang sudah tidak layak konsumsi lagi, Nami memutuskan untuk belanja pagi ini ke pasar.

Melihat Nami keluar kamar kosnya seorang diri, pria gempal itu bergegas membuka pintu pagar kayu yang tidak dikunci. Nami yang terkejut melihat pria itu hendak berbalik dan kembali masuk ke dalam rumah tapi pria itu dengan cepat telah berada di hadapannya.

Ingin berlari segera membuka mulutnya hendak berteriak tapi cepat lelaki itu membungkam mulut Nami.

"Aku tidak perduli walaupun kamu sudah memiliki kekasih. Kau akan tetap menjadi milikku!"

Nami berusaha berteriak tapi suara yang keluar hanya gumaman yang tak berarti. Jhonatan yang melihat kejadian tersebut sempat tersedak mangga yang sedari tadi ia kunyah melihat pria jelek itu menyentuh Nami sedemikian rupa.

Detik berikutnya Jhon tersadar, ia mulai berpikir kenapa dia harus perduli dengan wanita itu? mereka tidak mempunyai hubungan dan peristiwa semalam adalah kebetulan yang tidak disengaja.

Alih-alih Jhon berjalan ke arah wanita itu, ia memilih untuk berjalan melewati kos tersebut tanpa menoleh. Nami yang melihat sosok Jhon berjalan melewati dirinya tanpa perduli keadaannya saat ini merasa sedih. Tidak ada yang akan dapat menolongnya kali ini dari pria gempal itu.

"Lepaskan!" Nami berusaha berontak, beruntung usahanya yang sudah untuk kesekian kalinya membuahkan hasil.

Tapi pria itu segera kembali mencekal lengan Nami. Kali ini, pria itu segera menarik paksa tubuh Nami. Ia berjalan menuju mobil yang sudah terparkir tidak jauh dari tempat kos Nami.

Dengan terseok-seok Nami mengikuti langkah pria itu sambil menahan cengkraman tangan yang mulai terasa menyakitkan.

"Lepaskan aku! aku tidak punya hubungan apapun dan salah apapun denganmu! jadi lepaskan aku!" pekik Nami.

Cukup keras Nami berteriak, tapi tidak ada seorang pun yang menolongnya. Titik air mata sudah mulai membasahi wajahnya yang polos tanpa make up tebal.

"Kau memang tidak ada urusannya denganku. Tapi seseorang sudah menjual mu kepadaku dengan harga yang sangat mahal. Jadi kau sudah menjadi milikku! dan aku... Tidak akan melepaskan mu begitu saja!" Ucap pria itu sambil terengah.

Sampai di mana ia memarkirkan mobil, keduanya terkejut karena melihat Jhon tengah merokok sambil bersandar di mobil Pajero putih. Tampak mobil itu sudah tidak berwarna putih lagi, banyak kotoran tanah basah dan dedaunan ada di atas mobil tersebut.

Mata pria itu terbelalak melihat mobil yang ia dapat dengan cara yang tidak baik rusak begitu saja. Amarahnya memuncak saat melihat kaki Jhon yang kotor menapak di pintu mobilnya.

Tangannya menunjuk pada Jhon yang masih asyik menghisap rokoknya sambil memainkan ponselnya. "Hei! Menjauh dari mobilku!"

Jhon masih cuek, ia menghisap dalam-dalam rokoknya lalu menghembuskan asapnya kesembarang arah. "Lepaskan dulu kekasihku!"

"Lelaki sampah sepertimu tak pantas menyentuh kekasihku yang berharga!" Imbuh Jhon sambil menatap tajam pria gempal yang sedang menarik tangan Nami agar lebih mendekat pada tubuhnya.

"Cih! Tidak sudi aku berurusan dengan preman pasar rendah sepertimu!" Pria itu berdecih.

"Hahahaha...." Jhon tertawa lepas mendengar ucapan pria itu.

Ia berjalan mendekat ke arah Nami dan pria itu berdiri. Pria tersebut bersiap jika Jhon melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya, pisau terselip di pinggangnya yang tertutupi jas berwarna hitam tersebut telah siap hendak dicabut.

Disaat yang bersamaan, Nami menggigit tangan pria gempal itu sehingga cengkraman pria tersebut mengendur. Nami dapat berlari bebas ke arah Jhon yang ada di depan keduanya.

Sialnya...

Kaki Nami tersandung batu yang bercecer di tanah becek, tak hanya tersandung, langkah berikutnya kaki Nami terpeleset sehingga membuatnya jatuh tepat di depan tubuh Jhon yang berdiri sambil memegang rokok.

Melihat tubuh Nami yang oleng jatuh di depannya, reflek Jhon membuang rokoknya dan menerima tubuh Nami yang terjatuh memeluk tubuhnya.

Tak kuat menopang tubuh Nami, Jhon pun turut terjatuh. Namun posisinya Nami jatuh di atas tubuh Jhon memeluk tubuhnya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status