Share

2

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-23 17:41:05

"Dari mereka yang tertangkap," sahut Gajah Man, "mengaku sebagai anggota kriminal Kerbau Merah!"

"Mereka bahkan memiliki tattoo organisasi itu," imbuh Cahayani, "Lihat beritanya!"

Cahayani memencet remote control televisi pintar di warung kopi dan memutarkan berita tentang kriminal Kerbau Merah.

Nasi orak-arik dan kopi hitam telah dihidangkan oleh Pak Yono. Istrinya yang memasak di belakang.

"Ahh, kelompok Kerbau Merah," gerutu Pak Yono, "mereka sadis. Tak segan untuk membunuh orang!"

"Lihat tattoo-nya!" ujar Cahayani.

Kulihat mereka memang memiliki tattoo berbentuk kerbau merah di lengan atau leher.

"Siapa yang menangkap mereka?" tanyaku.

"Para superhero dari aplikasi sebelah." Jawab Cahayani.

"Ahh, mereka lagi!" keluh Gajah Man.

"Kita semakin tertinggal dari mereka," Imbuh Anginia, "Mereka lebih canggih dan terlatih."

"Kudengar mereka dilatih dan diberi berbagai fasilitas dari perusahaan." Susul Jago Man.

"Yah, tidak seperti kita!" keluh Gajah Man, "Dan parahnya, bos justru memarahi kita karena kinerja kita yang menurun!"

"Bos jaman sekarang memang suka seenaknya!" sahut Pak Yono, "Makanya aku lebih suka buka warung kopi! Bisa jadi bos sendiri! Ha ha!"

"Tapi Bapak kan buka warung hanya samaran saja," balas Anginia, "aslinya juga agen perusahaan kita."

Pak Yono tertawa renyah seperti biasanya. "Yah, setidaknya memberikan rasa kebebasan semu padaku. He he."

Mereka terus membicarakan tentang superhero dari aplikasi sebelah. Dan aku justru tertarik dengan organisasi Kerbau Merah.

Organisasi bayang-bayang. Tak pernah terbukti dan dapat ditelusuri sumbernya. Namun belakangan, semakin orang berbuat kriminal mengaku sebagai anggota gerombolan itu.

Membuat kami penasaran dan terus was-was.

Yah, seperti inilah! Warung ini bukan warung kopi biasa. Tempat mangkal para superhero online seperti kami.

Dengan semakin banyaknya superhero bermunculan, pemerintah menetapkan bahwa mereka harus tergabung dalam aplikasi online.

Karena pemerintah belum mampu membikin aplikasi semacam itu, maka diserahkan sepenuhnya pada pihak swasta.

Pemerintah hanya menanamkan sedikit modal. Itupun mungkin berasal dari hutang luar negeri.

Aku heran kenapa pemerintah belum bisa membuat aplikasi superhero online? Padahal salah-satu menteri mereka adalah pendiri salah-satu aplikasi jasa online yang sukses.

Aplikasi-aplikasi atau situs web yang dibuat pemerintah sering lamban dan susah untuk diakses. Membuat layanan masyarakat kadang terhambat. Apa sebenarnya kerja para pegawai pemerintah itu?

Di tempat mangkal inilah, aku dan keempat teman superhero-ku sering menunggu 'pesanan'.

Teman-teman yang sering mangkal di sini ada lima orang.

Mereka adalah; Jago Man, superhero berkekuatan ayam jago. Postur tubuhnya kecil, namun lincah dan selalu bersemangat.

Gajah Man; manusia gajah. Tubuhnya besar dan gendut seperti gajah. Memiliki kekuatan besar dan pergerakannya pun cukup cepat.

Anginia; superhero wanita berkekuatan angin. Sangat cantik. Katanya masih lajang. Karena nama aslinya Nia, makanya disebut Anginia.

Dan Cahayani; superhero perempuan yang memiliki kekuatan cahaya. Ia juga cantik dan masih lajang.

Satu pelanggan meminta bantuan di aplikasi. Perampokan!

"Biar kuatasi!" seru Jago Man bersemangat menerima pesanan itu.

Ia segera menyiapkan sepeda motor bebek trail-nya yang disembunyikan di belakang warung.

"Huh, baru kali ini ada ayam naik bebek!" selorohnya sebelum pergi.

Ia pun melesat pergi dengan suara motor yang bising.

Muncul pesanan berikutnya; kodok masuk ke dalam rumah.

"Biar aku saja!" ujar Gajah Man dan pergi dengan sepeda motor besarnya.

Ada lagi; penculikan.

"Ah, biar aku!" kata Anginia segera melesat seperti angin.

Satu lagi; kunci mobil hilang.

"Biar aku!" seru Cahayani. Ia melesat dengan kecepatan cahaya.

Ada lagi; kebakaran!

"Kau tak ambil Kris?" tanya Pak Yono mengagetkanku. Ia juga mengamati aplikasi dari tablet di meja.

"Biar yang lain!" jawabku.

"Sudah pergi semua! Fokus, Kris! Fokus! Ha ha!"

"Ohh iya," baru kusadari semua orang sudah pergi, "Aku belum selesai sarapan! Kenapa mereka tak memanggil pemadam kebakaran saja?!"

"Entahlah, seorang wanita yang memesan. Katanya ia terjebak di lantai tiga rumah yang kebakaran, Kris!"

Kuseruput kopi dan segera memakai kostum. Cukup ribet! Entah kenapa superhero lain begitu cepat memakai kostum?

Jarak kebakaran cukup jauh. Aku harus memesan ojek online untuk menuju ke sana. Terlihat aneh memang seorang superhero naik ojek.

Saat tiba di lokasi, terlihat api berkobar di deretan perumahan padat. Ada seorang wanita tua yang meminta tolong di lantai tiga sebuah rumah.

Ah, rumah-rumah di negeri ini memang menyedihkan! Baik rumah mewah atau miskin saling berdempetan.

Lihat rumah di negara maju! Mereka memberi jarak satu sama lain.

Tujuannya; jika terjadi kebakaran tak mudah untuk merembet ke rumah yang lain. Masing-masing harus menyisakan tempat untuk halaman.

Lagipula, perumahan di sana tertata rapi. Harus memiliki jalan yang bisa dimasuki oleh mobil pemadam kebakaran, ambulans, atau polisi untuk hal-hal darurat semacam ini.

Lihat, gang perkampungan ini sangat sempit! Mobil pemadam kebakaran tak bisa masuk. Alhasil, kebakaran merembet kemana-mana.

Aku segera masuk gang dengan berjalan kaki. Banyak orang berkerumun dan berjibaku memadamkan api dengan ember.

Aku memasuki rumah target dan menaiki tangga menuju lantai tiga. Kukeluarkan keris sakti.

Kekuatan dingin!

Cukup bisa menahan panas, namun tidak bisa memadamkan api sebesar ini.

Susah payah aku sampai ke lantai tiga tempat wanita tua itu meminta tolong. Namun tiba-tiba seorang superhero lain datang. Ia terbang dan masuk dari jendela.

Ia lalu membawa wanita tua itu keluar dari jendela.

"Hei, itu pelangganku!" seruku kesal.

Aku segera turun karena kebakaran semakin parah. Di luar, wanita tua itu terlihat senang bisa terselamatkan.

High Quality Man, superhero dari aplikasi sebelah yang menyelamatkannya. Ia tersenyum tebar pesona telah berhasil menyelamatkan pelangganku.

Semua orang yang berkerumun memberi selamat kepadanya. Sebagian memotret dan merekamnya untuk dipamerkan di media sosial.

"Aku pesan kamu," gerutu wanita tua itu padaku, "tapi kenapa dia yang menyelamatkanku? Dasar payah!"

"Kenapa kau kemari?" tanyaku pada High Quality Man. Namanya memang cukup panjang dan aneh untuk seorang superhero.

"Seseorang memesanku." Jawabnya ramah.

"Aku yang pesan!" seru seorang warga dari kerumunan.

"Kucingku," seru wanita tua itu, "kucingku masih di dalam!"

Entah kenapa ia baru teringat pada kucingnya sekarang. Barangkali sudah mulai pikun.

"Jangan khawatir, Tante!" ujar High Quality Man, "Akan kuambil."

Ia segera terbang lagi dan mengambil kucing itu di lantai tiga.

"Ah, aku dipanggil tante!" gumam wanita tua itu tersipu. Padahal ia lebih pantas dipanggil nenek.

High Quality Man dengan cekatan mengambil kucing yang terjebak itu dan membawanya ke bawah.

"Ini kucingmu, Tante!" serahnya.

"Ah, kucingku! Satu-satunya keluargaku!" seru wanita itu dengan girang memeluk kucingnya. Hanya kucing kampung biasa.

"Kau tak lihat kucing ini di atas tadi, Keris Man?" tanya High Quality Man padaku seolah mengejek.

"Tak disebutkan dalam aplikasi!" balasku kesal.

"Okelah!" jawab superhero itu dengan senyum menyebalkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KERIS MAN   128

    Dengan terhempasnya para tukang parkir dan satpam, para perusuh itu semakin leluasa melamcarkan aksi mereka. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Serangan mereka terus meraja-lela. Gedung-gedung lain jadi sasaran. Terutama pusat-pusat bisnis di sekitarnya. Para pembeli berhamburan. Beberapa yang sok jago berusaha melawan. Barangkali mereka telah mempelajari ilmu bela diri. Mereka maju dibantu oleh beberapa pegawai toko atau kantor dan satpam. Dengan peralatan satpam sederhana, juga beberapa senjata yang ada, seperti kayu atau helm, mereka berusaha menyerang. Lagi-lagi dengan mudah mereka dikalahkan. Kayu-kayu tak mampu melukai gerombolan Kerbau Merah itu. Dengan mudah patah atau hancur. Dan tak butuh usaha keras, mereka dikalahkan dan terhempas kesana-kemari. Bahkan terluka parah atau pingsan. Semakin banyak orang yang nekat dan berani untuk melawan. Mereka maju dengan menggunakan senjata yang ada. Bahkan sebagian melemparkan apa saja yang mampu melukai musuh. Dengan

  • KERIS MAN   127

    Penjahat makin garang. Mereka menyerang dan mengobrak-abrik kawasan perbelanjaan dan sekitarnya. Orang-orang makin ketakutan dan berlarian. Para polisi kewalahan dan terpuruk. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Sebagian orang nekat melawan, namun mereka dihajar dan terhempas tak berdaya. Yang lain pun kian ketakutan dan berlarian. Panggilan permintaan superhero datang dari aplikasi. Tertera pada layar monitor di ruang kontrol. "Banyak sekali panggilan!" terang salah seorang staf yang mengawasi. Dina hanya bisa menghela nafas. Begitu juga denganku dan bos. "Ada peristiwa lain," ujar pegawai menunjukkan layar pada bagian lain perkotaan. "Itu kantor polisi?!" tanya Dina. "Yah," jawab staf. Terlihat di layar, para perusuh lain menyerang kantor polisi. Para aparat yang berjaga berusaha menghalau merek. Namun berhasil dikalahkan dan terlempar jauh. Pasukan yang berjaga pun menembaki para perusuh itu. Namun hujan peluru tak mampu menembus tubuh mereka. Yah, mereka be

  • KERIS MAN   126

    Monitor kami terhadap kelompok Kerbau Merah belum juga membuahkan hasil. Beberapa layar petunjuk belum bisa mencari keberadaan mereka ataupun teman-teman yang diculik. Tiba-tiba salah seorang staf berkata, "Apakah mereka kelompok Kerbau Merah?!" Kami lihat di layar. Hal mengejutkan terjadi. Terjadi penyerangan ke sebuah pusat perbelanjaan. Beberapa orang berpakaian serba hitam pelakunya. Mata mereka merah menyala. "Itu mereka!" kesahku. "Kenapa mereka menyerang pusat perbelanjaan?!" gumam Dina, "Hendak merampok?" "Aku harus menghadapi mereka!" kataku geram. "Jangan Kris!" cegah Dina, "Terlalu berbahaya!" "Dari mereka bisa kucari tahu dimana teman-teman!" kukuhku. "Kamu satu-satunya superhero yang tersisa!" jawab Dina, "Mungkin ini untuk memancingmu ke sana!" Aku menghela nafas dalam. "Lalu kita harus diam saja?" kesahku. "Sepertinya polisi berdatangan!" ungkap salah seorang staf. Kami lihat di layar. Beberapa mobil polisi memang terlihat berdatangan ke lokasi.

  • KERIS MAN   125

    Kami pun beristirahat malam itu. Kumasuki kamar tanpa Tirtasari. Hanya ada dua istri, si kembar Chantrea dan Chanthou. Anginia dan Cahayani yang kemarin turut masuk ke kamar pun juga menghilang. Huf, perasaan galau menyesaki dada ini. Bagaimana keadaan para kekasihku itu?! Juga para sahabatku?! Semoga mereka baik-baik saja! Kelompok Kerbau Merah ini memang kian misterius dan susah ditebak! Bagaimana mereka bisa mengalahkan dan menculik teman-teman?! Segala usahaku sia-sia. Program dalam laptop itu juga membingungkanku. Kenapa target mereka berubah-ubah?! Dan selalu beraksi di saat aku tak berada di lokasi! Chantrea dan Chanthou menangkap kegelisahanku di tempat tidur. Mereka memeluk dan membelaiku mesra. "Jangan khawatir," hibur Chantrea mengusap kepala dan menciumi pipiku, "Kita pasti bisa melewati semua ini." "Yah," dukung Chanthou di sisi lainku, "Kami percaya padamu! Kita pasti bisa mengalahkan mereka!" Aku tersenyum dan membelai keduanya, "Semoga saja!" balasku

  • KERIS MAN   124

    Kutelusuri terus jalanan yang mungkin dilalui para penculik itu. Entah jalan yang benar atau bukan. "Masih belum ada petunjuk?" tanyaku pada Dina di kantor. "Belum Kris," jawab sekertaris itu, "kami masih mencoba!" Sial! Kucoba untuk menelusuri dan menghubungi Tirtasari serta High Quality Man. Namun hasil tetap nihil. Hingga akhirnya Dina menghubungiku, "Terlihat dari sebuah kamera cctv Kris! Mereka ke arah timur. Lewat jalan alternatif keluar kota." "Oke!" balasku. "Sempat terlihat di sana!" imbuhnya. "Baiklah! Aku akan ke sana!" Kupacu Motokris untuk menuju arah itu. Sedikit mencari jalan untuk memotong dan mengarah ke sana. Akhirnya setelah melewati beberapa lintasan, aku dapat menuju lajur yang dimaksud. Namun kemana tujuan mereka sebenarnya belum diketahui! "Ada petunjuk lagi?!" tanyaku pada Dina. "Belum Kris! Hanya terlihat melewati jalan itu. Kemungkinan ke arah luar kota!" "Komandan bilang akan mengerahkan polisi menyisir daerah itu," sambungnya. "Ba

  • KERIS MAN   123

    "Ada apa?" tanya Anginia dan Cahayani. "Kantor diserang!" jawabku cemas. "Astaga, kita harus bagaimana?" balas Anginia. "Kita harus ke sana!" sahut Cahayani, "Hadapi penyerangnya!" "Jangan," cegahku, "Terlalu berbahaya! Sebaiknya kalian di sini! Aku yang akan ke sana!" "Kami akan membantumu, Kris!" jawab Cahayani. "Terlalu beresiko! Kalian masuk ke dalam daftar!" Mereka berdua menghela nafas bingung. "Berhati-hati dan tetap bersiaga!" pintaku, "Aku yang akan ke sana!" "Baiklah, Kris!" jawab Anginia. "Hubungi aku jika terjadi sesuatu!" perintahku. "Baiklah!" jawab Anginia dan Cahayani. Aku pun segera memacu Motokris. Meluncur menuju ke kantor. "Bagaimana situasi di situ?" tanyaku pada Tirtasari lewat alat komunikasi. "Mereka datang!" jawabnya dengan nada tempur. "Siapa mereka?!" "Sepertinya orang-orang Kerbau Merah! Memakai pakaian serba hitam!" "Bertahanlah! Aku meluncur ke sana!" "Oke, Kris! Mereka datang! Kami hadapi!" Terdengar suara pertarunga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status