Share

Bab 5

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2023-10-05 17:47:11

Seharian aku merebahkan tubuhku di sofa yang ada di depan ruang televisi. Kepalaku berdenyut-denyut hebat. Banyangan alat pendeteksi kehamilan bergaris dua itu berhasil membuat hatiku tidak tenang. Aku bagaikan ikan yang melompat dari dalam air. Nyaris ingin mati.

Tespek milik siapa itu? Siapa yang sudah hamil? Kenapa ada di dalam saku celana Mas Angga? Apa jangan-jangan Mas Angga berselingkuh di belakangku?

Hatiku nyeri membayangkan hal itu. Seperti ada belati yang menyayat-nyayat hati ini. Aku frustasi juga emosi dengan pikiranku sendiri. Sampai-sampai Sifa yang tidak tau apa-apa menjadi sasaran kemarahanku.

Entah pergi kemana gadis kecilku itu sekarang. Aku tidak peduli. Yang ada di dalam pikiranku, banyang-bayang pengkhianat Mas Angga yang semakin nyata di pelupuk mata.

Seharian aku tidak mandi. Rambutku awut-awutan. Pakaian yang aku kenakan masih sama seperti semalam. Aku tidak bisa berpikir jernih. Hatiku hancur sehancur-hancurnya jika benar Mas Angga berselingkuh.

Tut ... Tut ...

Sambungan telepon terdengar. Aku butuh teman untuk bercerita. Aku tidak bisa menahan rasa sesak ini sendirian. Aku menghubungi Mas Satya, lelaki yang selalu ada untukku.

"Halo, Mit!"

Suara Mas Satya terdengar di seberang telepon. Lelaki yang sudah pernah menikmati tubuhku.

Aku menangis sejadi-jadinya. Perasaan yang sama sekali tidak mampu aku tahan sejak tadi terluapkan.

"Kenapa istriku? Ada apa? Kok menangis? " ucap Mas Satya lembut di seberang telepon. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri. Di satu sisi aku mencintai Mas Satya. Namun di sisi lain, aku tidak mau kehilangan Mas Angga. Hatiku sakit jika Mas Angga benar-benar mengkhianatiku.

"Mas!" lirihku sesenggukan. Mengatur nafas yang nyaris putus oleh sesak yang menyumpal dada.

"Kenapa? Kamu berantem sama Angga? Atau ada masalah lain?" Mas Satya memberondongiku dengan pertanyaannya.

"Enggak, Mas. Ada yang lain lagi, hikz ... Hikz ...!" Aku menjeda ucapanku. Aku butuh kekuatan untuk mengatakan rasa sakit ini. Aku menghela nafas panjang beberapa kali.

"Aku, aku menemukan tespack bergaris dua di celana panjang Mas Angga," kataku lirih.

"Astaga. Jadi suami kamu selingkuh? Begitu?" Mas Satya menaikan satu oktaf nada suaranya. Ia terdengar terkejut. Sama seperti halnya denganku saat menemukan benda itu di tumpukan pakaian kotor Mas Angga.

"Aku nggak tau pasti, Mas. Hanya saja kenapa ada tespack di celana suamiku. Aku nggak mau dia selingkuh Mas." Aku menangis. Tidak peduli jika diri ini egois. Aku hanya mengungkapkan rasa sakit ini. Aku menginginkan dua pria sekaligus.

"Kamu tenang saja dulu. Bicarakan dulu baik-baik sama suami kamu. Jika perlu selidiki dulu kebenarannya, Mit."

Inilah yang aku sukai dari Mas Satya. Sekalipun dia mencintaiku. Dia tidak pernah menginginkan aku untuk bersamanya. Kami saling melengkapi, meskipun tidak akan pernah saling memiliki dan kami sama-sama tau akan hal itu.

"Iya Mas!" Hatiku sedikit tenang. Aku mengusap lembut air mata yang sejak tadi membanjiri pipi.

"Semoga saja Mas Angga tidak seburuk yang aku pikirkan Mas," ucapku penuh harap.

"Ya kalau pun suami kamu benar-benar selingkuh, aku siap kok menjadi suami kamu."

Tidak terasa bibirku mengulas senyum atas godaan Mas Satya. Lelaki itu memang pandai sekali membuatku merasa berarti. Hanya di sisinyalah aku merasa berharga.

"Terus istri kamu?" celetukku membalas candaan Mas Satya. Seperti mendapatkan kekuatan aku bangkit dari bangku sofa mencari keberadaan Sifa. Rupanya gadis kecilku sedang sibuk dengan mainannya di ruang tengah.

"Istriku? Aku akan menceraikannya kalau kamu berpisah dengan Angga."

Aku melebarkan senyuman. "Janganlah Mas kasian anak-anak. Jangan sampai mereka menjadi korban kita. Cukup aku dan kamu saling mengisi meskipun tidak dapat memiliki," jawabku. Karena bagaimanapun pun dalam sebuah perceraian anak-anaklah yang akan menjadi korban dan aku tidak ingin itu terjadi pada Sifa.

"Baiklah, istriku sayang. Yang paling dewasa, pintar, keibuan, cantik. Aku nurut aja sama kamu," ucap Mas Satya terdengar gemas di seberang telepon. Pipiku merona mendengar pujian itu.

Setelah menelpon Mas Satya aku seperti mendapatkan semangat kembali. Aku segera melakukan semua pekerjaanku yang tertunda. Tidak lupa mandi juga merias diri. Memasak untuk menyambut kedatangan Mas Angga.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tetapi Mas Angga belum juga pulang. Hatiku semakin gusar. Aku mencoba menghubungi nomor Mas Angga tapi lagi-lagi nomor lelaki itu sama sekali tidak bisa di hubungi.

"Ah, sial!" Aku berdecak kesal. Aku baru teringat jika aku sudah lama sekali tidak pernah menghubungi nomor Mas Angga. Lebih tepatnya sejak aku mengenal Mas Satya dan ketika aku sudah lelah mengharapkan kasih sayang dari suamiku sendiri.

Detak jam dinding menggema memenuhi seluruh penjuru ruangan. Satu jam telah berlalu dan aku masih menunggu kepulangan Mas Angga. Kepulangan yang akhir-akhir ini sama sekali tidak aku pedulikan. Alasannya satu, aku lelah jika harus terus menerus menunggu.

"Kemana kamu, Mas?" Tanpa sadar aku bergumam gusar. Kembali teringat dengan tespack yang aku temukan.

"Apakah aku harus menyelidikinya?" ucapku dan hatiku menjawab iya.

____

Aku meninggalkan Sifa di rumah sendirian. Terpaksa dan untungnya Sifa sudah tertidur lelap sejak pukul delapan tadi.

Dengan menggunakan grab aku pergi menuju kantor Mas Angga. Sepanjang perjalanan hatiku sama sekali tidak tenang. Beberapa kali mencoba menghubungi nomor Mas Angga tapi hasilnya nihil. Beberapa pesan Mas Satya juga masuk, rayuan yang membuat hatiku berbunga-bunga dan entah mengapa terasa hambar kali ini. Pikiranku penuh dengan dugaan-dugaan yang bisa saja terjadi.

Hampir satu jam perjalanan akhirnya mobil grab yang aku kendari tiba di depan gedung tinggi yang ada di pusat kota. Aku menatap ke arah gedung yang sepi seperti tidak berpenghuni itu. Perasaanku semakin tidak enak.

"Pak tunggu sebentar ya," ucapku pada lelaki yang duduk di bangku kemudi. Tubuhku sudah gemetar, dan keringat dingin serasa membanjiri.

Lelaki itu melirikku dari kaca spion yang ada di atas setir mobil. "Iya Bu," jawabnya.

Aku turun dari dalam mobil. Berjalan menuju gedung tinggi yang ada di depanku.

"Bu, Bu, mau kemana?"

Langkahku terhenti saat melewati pos jaga. Aku menoleh ke arah pos jaga. Lelaki bertubuh tegap muncul dari pos yang ada di depan gedung itu.

Aku beringsut mendekati. Mencoba bersikap tenang, sekalipun hatiku sedang tidak karu-karuan. Gedung dengan pencahayaan minim itu seolah memberikan jawaban padaku.

"Pak, mau tanya, apakah masih ada karyawan yang lembur di dalam ya Pak?" ucapku bersusah payah. Sebah serasa menghimpit dada.

"Lembur?" Lelaki berseragam putih itu menoleh ke arah gedung perkantoran tempat Mas Angga bekerja. Seolah ingin memastikan pertanyaanku.

"Sudah hampir setahun kantor kami tidak pernah ada yang lembur Bu. Efek dari omzet penjualan yang sepi."

"Apa?" Aku terkejut. Kedua bola matanya membulat sempurna. Jika setahun terakhir ini tidak ada lembur. Lalu kemana perginya Mas Angga selama ini.

____

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 48

    Angga sempat menyerah untuk kembali rujuk dengan Mita. Setelah tau jika ada lelaki lain yang kini sedang mendekati mantan istrinya itu. Namun setelah tau jika Mita tidak memilih lelaki itu, Angga kembali bersemangat. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang pernah ia sia-siakan. "Rujuk?" ucap Mita tidak yakin dengan apa yang ia dengar. Angga menganggukkan kepalanya menyakinkan. "Mas bercanda, kan?" Mita tersenyum tipis. Menatap ragu. "Enggak Mit, aku serius. Aku ingin kita rujuk lagi." Angga menyakinkan. "Tapi aku ..." "Kenapa dengan kamu?" Angga membuat sedikit lengkungan pada bibirnya. Agar suasana tidak terasa begitu canggung. "Aku sudah menyakiti kamu, Mas. Aku bukan wanita baik-baik." Mita tertunduk. Menyembunyikan rasa malu atas semua perbuatannya pada Angga. Angga menatap lekat pada Mita yang duduk di depannya. Semua masalah yang terjadi pada akhirnya hanya sebuah proses pendewasaan diri. Kini ia menemukan sosok Mita yang jauh lebih baik. "Aku sudah memaafkannya," b

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 47

    "Ini Bu Mita pemilik catering yang sebulan terakhir ini melayani perusahaan kita, Pak." Wanita cantik berseragam formal itu menjelaskan siapa sosok yang berdiri di depan Angga. Tentu saja Angga kenal betul. Bagaimana tidak, Mita pernah menjadi bagian hidupnya hingga bertahun-tahun.Angga mengangguk mengerti. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Hanya saja pandangannya tidak beralih sedikitpun dari Mita yang berdiri di hadapannya. Membuat Mita merasa tidak nyaman."Jadi semuanya berapa Bu?" Wanita yang berdiri di samping Angga menyiapkan beberapa lembar uang berwarna merah untuk pembayaran.Mita mengabaikan perasaan gugup yang menyelimuti. Ia benar-benar tidak menyangka jika akan bertemu dengan Angga lagi. Ternyata takdir kembali menuntutnya di jalan yang sudah ia ikhlaskan."Besok kami pesan lagi nasi 30 box dan cemilannya sekalian, bisa?" ucap wanita yang berdiri di samping Angga setelah membayar semua pesanannya."Bisa, Mbak," jawab Mita ramah. Senyuman terulas dari bibirnya.

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 46

    Cukup lama menunggu. Tanda centang pada pesan yang Angga kirimkan pada Mita telah berganti biru. Tanda jika pesan yang ia kirim telah dibaca. "Harusnya aku mengungkapkannya saja dari kemarin." Angga merutuki dirinya sendiri. Mengusap wajahnya kasar. Menunggu pesannya yang tidak kunjung berbalas.Siang menjelang. Angga masih berdiam diri di rumah Marni. Ia belum beranjak pergi kemanapun. Sesekali ia mengecek pesan' yang ia kirimkan pada Mita berharap mantan istrinya itu memberikan jawaban. Namun, hingga sore menjelang, Mita tidak kunjung membalas pesannya. "Apakah dia benar-benar menolakku?" Angga bermonolog dengan dirinya sendiri. Merutuki kebodohannya yang terlalu mengulur waktu. "Atau aku datang saja ke rumah ya dan mengatakan semuanya secara langsung pada Mita?" Angga berbicara dengan dirinya sendiri."Tapi, bagaimana kalau Mita menolakku?" Angga menimbang segala rasa yang berkecamuk di dalam dadanya.Ditempat lain Mita sudah tiba di rumahnya. Pak Aji pun langsung berpamitan pe

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 45

    Klak.Pak Aji turun dari dalam mobil. Mita mematung di ambang pintu dengan mulut menganga. Mendadak otaknya blank melihat lelaki yang tengah mengulas senyuman ke arahnya."Akhirnya aku sampai juga," ucap Pak Aji membuang nafas lega.Mita mengedipkan matanya beberapa kali. Berharap apa yang ia lihat hanya sebuah mimpi' dan ia akan segera terbangun."Siapa laki-laki itu?" celetukan Marni menyadarkan Mita jika apa yang ia lihat bukanlah mimpi. Pak Aji sudah datang untuk menjemputnya sesuai permintaannya."Selamat pagi." Pak Aji memindai tatapannya pada Mita lalu, mereka yang ada di dalam rumah Marni.Gleg.Mita menelan ludahnya kasar. Terasa begitu pahit sekali. Sepahit kenyataan yang sedang ia hadapi sekarang. Gara-gara kesalahan pahamannya membuat Mita salah sangka dan gegabah mengambil jalan yang salah.Mita menoleh. Tatapannya langsung tertuju pada Angga. Hatinya ketar ketir bukan main. Meskipun mantan suaminya terlihat tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Sekilas Angga mem

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 44

    Tut ... Tut ...Mita berdecak kesal. Nomor Menager yang menaruh hati padanya tidak bisa dihubungi. Lebih tepatnya lelaki itu tidak mau menjawab panggilannya. "Ayo dong Pak angkat!" gerutu Mita memburui. Tidak sabaran."Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah ...."Mita mengakhiri panggilannya sepihak. Kesal, karena lagi-lagi suara operator yang menjawab panggilannya.Mita nyaris frustasi. Menatap pada layar ponsel miliknya. Tanda centang pada pesan yang ia kirimkan pada Pak Aji sudah berganti biru, tanda jika lelaki itu sudah dibaca pesannya. Tapi hal itu tidak lantas membuat Pak Aji mau menjawab panggilannya. Apalagi membalas pesannya. Entah marah atau kecewa, setelah lamarannya di tolak Pak Aji seperti sengaja' menjauhi Mita. Mita tertunduk pasrah. Bergelut dengan pikirannya sendiri. Harusnya saat Angga memutuskan untuk berpisah dengannya, saat itu juga Mita menyudahi rasa yang tersisa. Bukan malah menyimpannya yang justru mengundang ribuan luka.Suara canda tawa di luar kamar

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 43

    Kaki Mita seolah terpatri. Tidak mampu digerakkan sama sekali. Ia menatap pada wanita yang tengah menyambut hangat kedatangan Sifa. Dari caranya, terlihat sekali jika ini bukan pertemuan pertama mereka. Sudah ada pertemuan-pertemuan sebelumnya yang mungkin tidak Mita ketahui. Sifa terlihat sangat akrab, begitu juga sebaliknya. Hati Mita tercubit. Merasa keberadaannya sebagai seorang ibu terancam. Ia takut Mita lebih menyayangi wanita itu daripada dirinya.Pikiran-pikiran buruk berbisik begitu ramai memenuhi isi kepala Mita. Menambah sesak yang menghimpit dadanya.Angga yang berjalan lebih dulu dan menyadari jika Mita tidak mengikutinya menolehkan ke belakang punggung."Mit, ayo!" Angga menginterupsi. Menyadarkan Mita dari lamunan."I-iya!" Mita berjalan mengekori Angga. Untung saja penerangan di depan teras rumah Angga tidak terlalu terang. Hingga tidak ada satupun yang tau jika Mita sedang berusaha payah untuk memaksakan senyuman pada bibirnya. Menyembunyikan ribuan perasaan yang

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 42

    Mita sadar, sebenarnya ia tidak berhak ikut campur apapun dalam urusan kehidupan Angga. Apalagi terbesit rasa cemburu pada lelaki yang kini bukan lagi suaminya. Mereka memang masih menjalin hubungan baik karena adannya Sifa diantara mereka. Jika bukan karena Sifa, mereka layaknya dua orang asing yang tidak saling mengenal."Mit, ayo!"Mita tergeragap. Dalam hati merutuk kesal. Ia pikir bibirnya sudah berhasil mempertanyakan siapa wanita pemilik nama Alina itu, tapi nyatanya pertanyaan itu hanya terbersit dalam benak Mita belaka."Oh, iya Mas." Mita menyusul Angga masuk ke dalam gedung sekolah yang sudah ramai sekali."Kemana ya Sifa?" Mita bergumam pelan, seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Angga yang berjalan mensejajarinya dapat mendengar jelas suara itu."Itu di sana!" Angga mengacungkan jari telunjuknya ke arah panggung. Di mana Sifa dan teman-temannya sebentar lagi akan tampil.Senyuman mengembang dari bibir Mita saat pandangannya menemukan sosok yang ia cari."Mit, du

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 41

    "Mama!"Mita berdecak kesal. Kedatangan Sifa yang muncul dari arah pintu rumah menghentikan obrolan antara dirinya dan Angga. Padahal Mita sangat penasaran sekali dengan jawab Angga. Apakah lelaki itu benar sudah memiliki kekasih pengganti dirinya atau belum.Sifa memeluk erat tubuh Mita. Netra Mita menatap lekat pada Angga yang berdiri tidak jauh di depannya. Berharap menemukan jawaban."Aku kangen banget sama mama," ucap Sifa tulus."Iya, mama juga kangen banget sama kamu, Nak." Mita mengusap lembut punggung Sifa. Pandangannya memindai Angga yang melemparkan senyuman ke arahnya. Sorot matanya teduh sama seperti dulu, tidak pernah berubah sama sekali. Salah satu yang membuat hati Mita luluh pada Angga."Sifa, ayo mandi sayang. Nanti kita terlambat." Angga menginterupsi setalah cukup lama Mita dan Sifa berpelukan. Gadis itu melepaskan pelukannya dari tubuh Mita.Mita menyunggingkan senyuman pada Sifa. Sedikit canggung, dan pura-pura ti

  • KETIKA AKU SELINGKUH    Bab 40

    "Terima. Terima. Terima."Seluruh karyawan yang berada di tempat itu bersorak. Mita semakin bingung juga gugup. Baru kali ini ia dilamar langsung oleh lelaki yang sama sekali tidak ia cintai. Yang lebih membuat Mita syok, Pak Aji melamarnya di depan umum. Harusnya Mita bahagia, jika saja Mita memiliki perasaan cinta. Tapi sayangnya Mita tidak memiliki perasaan apapun pada Pak Aji.Mita menatap Pak Aji. Sesaat kemudian mencari keberadaan Angga dan laki-laki itu sudah raib di tengah-tengah kerumunan. Tidak hanya karyawan yang bekerja di store tempat Mita bekerja yang berkumpul. Tapi para pengunjung pusat perbelanjaan itu ikut berkumpul menyaksikan Pak Aji melamar Paramita."Di depan semau orang yang ada di sini, aku ingin mengungkapkan perasaan yang sudah sekian lama aku pendam, Mit." Ada ketulusan dari sorot mata Pak Aji."Mit, maukah kamu menikah denganku? Menjadi ibu untuk anak-anakku?"Hening. Mita membisu bagai patung. Ingin menolak, tapi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status