#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET
#38
#Nia
Praaang!
Setumpuk piring yang ada di tanganku lolos begitu saja hingga terjatuh dan pecah berserakan di lantai.
"Ada apa Nia?" tanya Ibu mertuaku yang langsung sigap melihatku di dapur.
Aku tersenyum getir, "Maaf Bu ..." ucapku dengan perasaan bersalah.
"Ya ampun, udah nanti biar ibu saja yang bereskan. Kamu pasti susah jongkok buat ambil pecahan piring itu," usul Ibu mertuaku.
"Biar Nia aja Bu, pakai sapu kan bisa ..." tolakku.
Aku merasa tidak enak jika harus meminta ibu mertuaku yang membereskan pecahan yang aku buat.
"Udah biar bapak aja, kamu istirahat sana. Capek pasti kamu," ucap bapak mertuaku.
Mereka memang selalu bersikap baik padaku, bahkan terkadang aku tidak merasa seperti menantu di rumah ini.
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#39Terkadang, manusia bisa begitu mudah melakukan kesalahan tanpa berpikir bahwa kesalahan itu bisa membuat luka di hati banyak orang.Terutama, adalah orang-orang tersayang yang seharusnya mendapatkan kasih dan cinta sepenuhnya. Allah memberikan cobaan, agar diri semakin kuat dan Karena Sang Maha Pencipta yakin bahwa diri ini mampu menghadapi cobaan yang terjadi._____Dalam ruang yang gelap wajah Nia semakin terbayang, aku semakin tak mampu lagi menahan sesak dalam dada setiap kali mengingat bagaimana aku pernah menghianatinya."Mas ..." Suara Widya terdengar lirih."Iya ..." jawabku."Di bawah ranjang tempat aku berbaring, ada pisau dan balok kayu. Pakailah untuk keluar dari tempat ini," ucap Widya.Aku melirik ke arah kolong tempat tidur yang Widya bicarakan.
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#40#NiaDering telpon menghentikan aktifitasku pagi hari ini, segera aku mengambil ponsel yang terletak di atas meja.Widya? ada apa nomor Widya menelponku? Apa ia ingin pamer dan mengatakan bahwa ia telah memenangkan Mas Roby dari tanganku.Hah! dasar wanita gak tahu diri! sudah dimaafkan bukannya tobat malah bikin ulah lagi. Aku menggerutu, sebelum akhirnya memutuskan untuk menggeser tombol berwarna hijau."Halo!" sengaja aku menyentak ucapanku karena aku tak ingin selalu di anggap rendah oleh Widya."Nia ..."Dugaanku salah, ternyata suara Mas Roby yang ada di balik sambungan telepon. Huh! apa kali ini ia yang akan menunjukan bahwa ia telah memilih Widya?Dasar lelaki egois, tak tahu di untung. Harusnya ia bersyukur aku masih mau memaafkan dia, tapi kenap
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#41Aku menuntun keluarga, para anggota kepolisian dan pihak apartemen untuk pergi ke kamar Widya. Aku sangat berharap Widya masih bisa di selamatkan meski keadaannya sudah sangat parah."Aku harap kamu masih bisa bertahan Wid," batinku sendiri.Nia terus menggenggam erat jemariku sepanjang kami pergi menaiki lift.Saat sampai, semua masih terlihat sama. Kunci yang aku bawa segera aku serahkan ke pihak apartemen dan mereka dengan sigap membukanya.Ya Allah, semua masih terlihat sama. Bahkan, Pratama belum sempat masuk ke ruangan ini untuk melihatnya.Aku arahkan mereka semua ke ruangan sempit yang beberapa hari lalu telah menjadi tempat aku dan Widya di sekap."Siapapun di dalam serahkan diri kalian, kalian sudah di kepung!" teriak pihak kepolisian.Ceklek!
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#42Aku menyusul Nia ke dalam kamar, membujuknya agar ia tak lagi merasa bahwa aku akan menduakan nya. Aku memang pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal akan tetapi aku berusaha keras agar bisa mendapatkan maaf dari Nia."Sayang, jangan ngambek lagi ya ... aku minta maaf kalau aku jadi ngingetin kamu ke masalalu yang bikin hati kamu sakit," ucapku seraya duduk di sampingnya.Nia diam, ia hanya sibuk memainkan ujung sprei yang nampak kotor."Sayang ..."Aku menggenggam jemari istriku seraya menatap lekat kedua netra hitamnya."Maafkan Mas ya Sayang ..." ucapku lagi.Nia tertunduk, wajahnya mendung bagai langit yang hitam menandakan akan turun hujan dan petir."Iya Mas, maaf kalau aku gak bisa nahan diri. Seharusnya aku gak cemburu di saat seperti ini. Be
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#43"Astaghfirullah!"Nia berteriak saat mengetahui apa yang sedang membuat kami tercengang. Aku memeluk tubuhnya agar ia tak terlalu khawatir."Kita akan lewati ini semua bareng-bareng," ucap Bapak yang kemudian bangkit."Tunggu Pak, jangan di buang dulu ..." teriak Asmara dari dalam rumah.Kami semua menoleh, ternyata Asmara datang dan membawa ponsel untuk mengambil gambar. Setidaknya akan di gunakan sebagai tambahan bukti nantinya."Jangan sentuh pakai tangan langsung, biar sidik jarinya gak hilang," usulku.Kami semua bergotong royong menyimpan benda terkutuk itu secara perlahan. Meski kami semua takut, akan tetapi kami harus menjadikan ini bukti agar semua tidak berlalu begitu saja.Setelah hari itu, aku merasa semakin trauma untuk bepergian. Keadaan sem
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#44Pagi ini, mataku dimanjakan dengan kicau burung dan merdunya suara air di pancuran kecil yang terletak di belakang rumah.Akhirnya, aku dan semua keluargaku pindah ke kampung halaman Nia di Kebumen. Sementara, kami memutuskan tinggal di rumah orangtua Nia.Akan tetapi, sesegera mungkin aku akan mencarikan rumah untuk orangtuaku di sini. Bagaimanapun, aku tidak ingin membuat beban bagi ibu mertuaku."Maaf ya Bu, jadi ngrepotin kita disini," ucap Ibuku pada Mama.Mama tersenyum, "Ga apa-apa aku malah seneng, rumahku jadi anget gak kayak biasanya sepi," cetus ibu mertuaku.Memang, sejak awal menikah aku langsung memboyong Nia pergi ke Jakarta bersamaku. Meski aku harus menyelesaikan kuliah, tapi aku tak ingin tinggal berjauhan dengan istriku.Beberapa hari setelah aku menemukan rumah
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#45Aku membawa bayi kecil itu melihat wanita yang sudah berjuang melahirkannya. Nia menangis ketika aku mendekatkan wajahnya pada bayi mungil yang menggemaskan ini."Subhanallah, cantik banget kamu Nak ..."Nia terus menitikan air mata. Sepertinya rasa haru tengah menguasai dirinya hingga ia tak mampu menguasai dirinya.Dokter masih membersikan area kewanitaan Nia, dan juga mengganti pakaian Nia. Aku hanya bisa terus menemani bayi mungil yang kini sudah di letakan di dalam box bayi."Bapak, istrinya tolong di temani ya. Takutnya, kena baby blues ..." ucap perawat yang menghampiri ku.Aku menatapnya ragu, karena benar-benar tak mengerti apa yang tengah ia bicarakan. Baby blues? apa itu? apa semacam baju bayi yang di inginkan Nia?Atau Nia akan menjadi seperti bayi? Aah, aku benar
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#46Malam ini adalah malam pertama aku dan Nia pulang ke rumah. Aku sangat antusias merawat putri kecil yang Tuhan berikan pada keluarga kecilku.Bahkan, Ibu dan Asmara pun menginap di rumah ibu mertuaku karena tak ingin melewatkan momen bersama si kecil."Hey, gak boleh tidur sama Nia dulu ... empat puluh hari pokoknya!" larang ibu saat aku hendak masuk ke dalam kamar.Aku benar-benar tak mengerti, peraturan dari mana itu? bukankah memang seharusnya aku yang berkewajiban merawat dan menjaga Istri dan anakku?"Roby mau jagain si kecil Bu," protes ku.Akan tetapi, ibu mertuaku juga mendukung ibuku. Entah mengapa para ibu-ibu ini justru mendesak aku untuk tidur di depan televisi bersama Bapak."Sudah turuti saja, semua juga demi kebaikan Nia sama bayinya," cetus Bapak.