Ibu yang BAIK tidak dinilai dari apakah ia melahirkan Normal atau Ceasar, melainkan dari kondisi kesehatan ibu dan bayi serta faktor penyulit yang mungkin ada.
****** " Ini harus di operasi Pak Bu, soalnya belum ada pembukaan sedang Ibu sudah keluar air ketubannya. Bahaya buat bayi kalau terlalu lama dibiarkan. " Lagipula berat badan bayinya kecil maka harus masuk incubator dan disini belum tersedia fasilitas itu, jadi harus dirujuk ke RS. " Jelas dokter spesialis kandungan yg biasa aku kontrol. " Saya diskusi dulu ya Dok dengan keluarga baiknya gimana. " kata suamiku sepertinya keberatan tau aku akan dirujuk ke RS dan tidak memungkinkan lahiran normal. " Saya tunggu kabar secepatnya pak, biar disiapkan segala sesuatunya .." " Baik Dok ..." Selesai konsultasi, aku dibawa kembali oleh Suster kekamar inap untuk menunggu, sedangkan mas Adi menuju bilik informasi untuk menanyakan perihal biaya dan prosedur rujukan ke RS. Tak lama mas Adi balik ke kamar inap beserta suster kepala. " Bu, saya sarankan coba Normal dulu aja ya, daripada Ibu harus pindah ke RS lebih nyaman perawatannya disini... " bujuknya. " Tapi tadi dokter info katanya kalau di Rumah Bersalin ini tidak ada fasilitas NICU, apalagi anak saya kembar. Dan air ketuban saya keluar lagi Sust, tapi baru aja di cek sama suster jaga belum ada pembukaan. Saya pribadi lebih suka normal tapi situasi seperti ini apa tidak bahaya Sust ? ... " teringat anak tante kemarin. " Kita tunggu aja berapa jam ini ya bu, kalau belum ada peningkatan nanti diatur untuk ke RS. Untuk anak tidak masalah kalau tidak masuk incubator. Sabar dulu ya bu ..." bujuknya lagi. Tanpa menunggu jawabannya, Suster Kepala meninggalkan aku dan mas Adi. " Uda Sabar, usahakan normal dulu, lagian kalau operasi biayanya mahal mana harus DP kan .. " kata mas Adi. " Aku sih nga masalah mau normal, malah kepengennya ya normal tapi ya lihat kondisinya tadi aja ketubanku uda keluar lagi, takut bahaya. Kemarin ingatkan anak tante Lulu meninggal karena kelamaan tindakan, akhirnya keminum air ketuban. Apalagi disini fasilitas untuk anaknya nga komplit .. " " Dokternya juga menyarankan untuk operasi .. " jelasku. Heran aku rasanya sama mas Adi padahal kemarin kejadian anak tante dia tau bahkan kami ikut menjenguk di RS. " Namanya dokter ya gitu mau nya operasi, mana yg dapat bayaran paling besar. Udalah tunggu dulu, mikir mau operasi uangnya dari mana.. " geram mas Adi. " Astaga, itu dokter rekomendasi Kakak kamu loh, masa ya nga percaya. Kalau soal uang mana uangku yg kemarin kamu pinjam ? " " Ini kan waktunya lebih cepet, mana tau lahirannya maju. Lagian segitu juga kurang tadi aku tanya perkiraan 15-20 juta itupun kelas 2. " sahut suamiku galak. " Uangku 10 juta minimal bisa buat DP nya, yg penting aku ditangani dulu. Lagian ini anak kamu. masa aku mau lahiran nga ada persiapan selama ini sering pulang pagi katanya mau buat tambahan lahiran itu mana ?? .." " Dari kamu mau pinjem uang itu aku uda wanti wanti takut seperti ini nih, sekarang kejadian kan. Usaha lah gimana, nga kasihan sama anak kamu, kalau ada apa-apa gimana ? .." Bunyi dering di HP mas Adi mengganggu perdebatan kami. Mas Adi mengangkat telp sambil keluar ruangan, meninggalkan ku tanpa ada jawaban apapun. Tak lama mas Adi masuk, HP nya berdering kembali, sayup sayup terdengar percakapan [ Kenapa sih jangan telp dulu, aku lagi di RS lagi urus istriku . ] bisiknya. " Siapa sih yang telp, ngapain kamu pakai keluar ruangan disini aja .. " marahku tak habis pikir. " Urusan kerjaan, kamu nga perlu tau... " lagi-lagi HP nya berbunyi dan mas Adi kembali keluar ruangan. Disaat bersamaan HP ku pun berbunyi. -Mimi Besti Calling- [" Haloo Setan, kata anak-anak lu nga masuk hari ini uda mau lahiran lu ? " ] kata sahabatku itu, karena kami beda divisi sepertinya info aku tidak masuk baru sampai ketelinga nya. [ "Hikz iya Nyet. Gw pusing ini dokter suruh operasi karena air ketuban gw uda bocor aja dari tadi, tapi nga ada duitnya gw bingung.." ] terangku pada sahabat baikku, hanya dia yang biasa memanggilku sembarangan, akhirnya akupun membalasnya. [" Lah bukan uda disiapin ya ? minimal bisa lah itu untuk DP .." ] memang aku pernah cerita kalau punya tabungan untuk persiapan lahiran, Mimi paham kalau mas Adi tidak bisa diandalkan. [" Uang yang gw siapin dipinjem mas Adi dan belum dibalikin. Gw takut Nyet anak gw kenapa napa .. "] keluhku. [" Lu operasi setan, jangan kaya gw telat penanganan nya. Walau gw lahiran normal tapi anak gw nga ketolong. Soal duit nga usah dipikirin gw transfer sekarang, cepet lu rujuk ke RS ya. Gw ngeri keponakan gw kenapa napa.. "] isak Mimi yg baru berduka kehilangan anak pertamanya berapa bulan lalu karena bayinya terlilit tali pusat dan keminum air ketuban. Mendengar hal ini terharu rasanya hati, Allah Maha Baik walaupun suamiku terkesan tak perduli tapi punya sahabat rasa saudara itu REJEKI. [" Alhmdulilah Nyet, makasih banyak. Gw pakai dulu ya nanti keluar dari RS gw coba kasbon atau gimana ."] haruku. ["Iya gampang, itu uda gw transfer. Langsung minta pindah sekarang ya malam ini .."] Tak sadar ternyata proses menunggu sudah hampir seharian, dari malam bolak balik pipis, pecah ketuban pertama tadi Subuh, konsultasi dokter jam 5 sore ini sekarang jam 9 malam tanpa ada peningkatan Pembukaan masih saja di pembukaan 1 , infusku pun yang katanya sudah dikasih obat tidak berefek apa-apa. Dan sampai jam segini sudah 5-6 kali ketubanku bocor. Saat aku menutup telp aku mendengar mas Adi masih belum selesai juga, kedengarannya dia lagi ribut dan seperti sedang membujuk bujuk seseorang. Emosiku sudah di ujung tapi aku berusaha tenang. " Bu, kita cek lagi ya sudah pembukaan berapa.." tiba-tiba Suster jaga datang, memposisikan aku untuk mengecek pembukaan dalam. " Bu, belum ada perubahan juga saya sarankan ikutin apa dokter aja. Tapi kalau jam segini supir ambulannya sudah pulang, tadi sudah siap tapi di cancel sama Bapak. " " Pakai mobil pribadi aja Bu, nanti saya antar gimana ? Kalau ibu OK saya telp dokternya ? " jelasnya. Entah memang seperti ini prosedur nya atau mungkin susternya kasihan melihat aku dari pagi sampai malam terombang ambing tak jelas. " Iya Sust di telp aja dokternya, bismilah saya mau operasi aja. " Mas Adi masuk saat suster akan keluar ruangan " Pak, karena tidak ada perubahan saya atur operasi dari pada membahayakan ibu dan bayinya. Saya permisi dulu mau telp dokternya. " tegas Suster sambil keluar ruangan tanpa menunggu jawaban mas Adi. " Manja banget sih kamu, gaya bener mau operasi segala, kaya banyak duit aja. " kesalnya. Saat ada suster tak komentar apa-apa tapi giliran berdua ada aja Kalimat tak enak yang dilontarkan padaku. " Mimi ada transfer 20 juta, bisa buat DP dan Cukup untuk operasi. Tolong biar saya lahiran tenang, dan jangan lupa itu balikin uangnya Mimi, ada tanggung jawabnya sedikit. " hilang rasa hormat, sayang apalagi cinta kepada suamiku. Dari Hamil tidak dinafkahi, berapa kali pingsan dijalan tidak pernah diantar jemput alasannya motor lagi inreyen jadi nga boleh dibuat boncengan biar awet katanya. Sering pulang pagi, bahkan 2 hari nga pulang, sekalinya pulang terciduk pesan mesra. Sekarang aku mau lahiran masih asyik terima telp nga jelas, bahkan untuk keselamatan istri dan anaknya perhitungan. Entah laki-laki model apa yang aku nikahi itu.Tapi kemesraan mereka terusik oleh suara dering telpon, Ines yang paham itu bukan ringtone suara handphonenya melihat ke Hadi. Dilihatnya Hadi gugup saat membaca nama si penelepon. Melihat mimik bersalah Hadi, Ines serasa tertampar. " Siapa mas ? Kok ngga diangkat.. " tanya Ines basa-basi. Melihat wajah Hadi, Ines rasanya bisa menebak siapa yang menelepon. Bunyi suara telpon terdengar kembali setelah sempat berhenti. Hadi semakin salah tingkah, diperhatikan Ines. " Angkat mas, bunyi terus itu.. " Hadi menggelengkan kepalanya seraya berkata " Biarin saja mba. " Lagi-lagi bunyi telepon terdengar. " yang langsung dengan cepat dimatikan Hadi. " Hp
Bunyi suara pesan masuk mengganggu percakapan mereka. Ines mengambil handphonenya lalu membaca pesan yang masuk .. [ Mba, aku bungkusin ayam kalasan 3 porsi. Sudah aku titip office boy mu. Aku tunggu kamu dimobil ya mba Genduk-ku. ] Tak lama, Ucup datang membawa bungkusan makanan " Mba, ade titipan dari tamu mba nih. Enak neh kayenye hehe. " ucapnya sambil memberikan kantong makanan ke Ines. " Wuih, mantul nih " seloroh Lukman bangkit dari kursinya menghampiri Ines. Ines memeriksa kantong makanan tsb, ada tiga dus paket ayam didalamnya dan satu bungkus sayur asem plus extra sambal. " C
" Aku ikut prihatin mas, tapi itu pilihan mu kan ? Hidup itu pilihan, dan kamu sudah memilihnya. Ibarat nasi sudah jadi bubur tidak usah disesali tinggal kasih kaldu, kecap, tambahin cakwe, tambahin ayam plus sambel trus, nikmati, atau kalau tetap tidak bisa dimakan ya buang. Tapi apapun pilihan kamu, jangan libatkan aku didalam kisruh rumah tangga mu. " tegas Ines. " Trus, aku harus bagaimana mba ? " " Loh, kok nanya aku. Kamu mau nya gimana ? Yang pasti kumpulin bukti dulu perselingkuhan istrimu kalau memang dia selingkuh. Kedua tanya ke diri kamu sendiri mau mu apa ? Bahagiamu gimana ? Kalau kata ustadku hidup ini cuma sekali, sayang kalau waktu yang singkat ini dihabiskan bukan dengan orang yang tepat. Tapi jangan bawa-bawa aku dalam rumah tangga kalian ! " Ines menegakan punggung lalu melanjutkan kata-katanya.
" Setelah menikah, istriku pernah bertanya, selain dia apa ada perempuan lain yang aku sayang. Kamu mau tau apa jawabanku ? " " Apa.. ? " ujar Ines penasaran. " Aku bilang, ya kamu tahu lah jawabannya." ucap Hadi menghela napas kemudian melanjutkan " Dia bilang Ines ? Aku jawab iyaa. Lalu dia ngambek trus bilang, kenapa nga nikah sama dia saja. Ya orangnya menghilang .. " Hadi membetulkan posisi gengaman tangan mereka, walaupun sudah mulai risih karena keringat tapi jemari tangan Ines tetap tidak mau dilepasnya. Kemudian melanjutkan.. " Lalu Lia tanya kalau orangnya ada, trus kamu mau balik sama dia ? Aku ngga jawab, tapi bilang pasti kamu juga udah punya keluargalah. "
" Aku bukan ninggalin kamu mas. Aku ngga tahan lihat Bapak, saat itu rumah sudah digadai ke rentenir, uang habis-habisan, tapi Bapak seperti membiarkan semua itu. Makanya aku pergi.. " lirih Ines dengan mata berkaca-kaca. " Lalu kenapa kamu ngga hubungi aku, kenapa kamu ngga cerita sama aku masalah kamu ! Kenapa mba ? " " Dih, ngapain sorry ya.. " Ucap Ines sambil berusaha mengurai jemarinya, tapi Hadi tidak membiarkan hal itu terjadi, jemari Ines terus digenggamnya. " Maksud kamuu ?? " " Ya iyalah, ngapain aku harus hubungi kamu wong kamu saja ngga anggap aku. Cowok kok murahan, nerima saja didatangin perempuan malam-malam. Hargai aku ngga kamu.." sarkas Ines lalu memalingkan wajahnya. Hadi menarik napas pan
[ Sebenarnya ada masalah dirumah tanggaku mba. Yang jujur akhir-akhir ini aku mulai sudah tidak bisa mentolerir. Lagipula aku tidak bisa membohongi perasaanku lagi. ] [ Mas, yang namanya rumah tangga itu memang tidak selalu indah, dan orang hidup tidak luput dari masalah. Sudah lah, jangan main api, mau dibawa kemana situasi seperti ini. Kalau memang buat kamu berat, lebih baik seperti dulu, tidak perlu ada komunikasi diantara kita, apa perlu aku blokir nomormu ? ] [ Jangan mba. Aku mohon. Kalau kamu nekat blokir, jangan salahkan kalau aku datangi rumah atau kantor mu. ] # OK, tapi jangan seperti ini ya mas. Kalau mas memang perduli sama aku, tolong jangan jadikan aku sebagai orang jahat disini. Katanya kamu sayang aku ... ketik Ines yang kemudian buru-buru dihapusnya kembali kalimat terakhir #