Share

KETURUNAN CEO
KETURUNAN CEO
Penulis: Alya Snitzky

ONE NIGHT STAND

     "Kenapa kau bisa tidur di kamar ini?!" seru David saat melihat seorang gadis cantik berambut panjang tidur di sampingnya. Sementara gadis yang sedang tertidur itu langsung terbangun saat mendengar teriakan David. Sama dengan reaksi David, ia berteriak histeris. Apa lagi saat menarik selimut ternyata tubuhnya dalam kondisi polos tanpa sehelai benang pun. Lebih kaget lagi saat ia melihat ada noda darah di sprei hotel yang berwarna putih itu.

      "Kau sudah tidak waras Lilian?!" hardik David sambil buru-buru mengenakan pakaiannya yang berserakan di lantai.

"Kenapa jadi aku?!Ini kamarku, Pak David!" seru Lilian.

     David mengerutkan dahinya, namun ia segera melangkah untuk memastikan. Dan saat ia melihat nomor kamar itu, Lilian benar. Dialah yang salah masuk kamar.

"Anda, kan yang salah!" seru Lilian saat David kembali ke hadapannya. Gadis itu tergugu, tak kuasa menahan sesak di dadanya saat ini. Bagaimana bisa keperawanan yang selama ini ia jaga bisa hilang begitu saja. Bahkan ia sendiri tidak menyadari bagaimana terjadinya.

"Anda JAHAT!" pekik Lilian sambil melemparkan bantal ke arah David. 

     Sementara David hanya menghindar dan lelaki berwajah tampan itu tampak terduduk lemas di kursi sofa. Sial! Bagaimana bisa ia salah masuk kamar. Padahal semalam seharusnya ia bersama Nadine sang istri. David mengusap wajahnya dengan kasar dan berkali-kali meremas rambutnya sendiri dengan geram.

"Ka-kau masih virgin?" tanya David pada Lilian. David menyadari bahwa pertanyaannya itu salah karena mata Lilian langsung melotot seolah ingin menelannya.

     Gadis itu langsung meradang, "Kau pikir aku wanita murahan yang suka mengobral tubuhku ke sana ke sini? Anda salah besar, Pak David. Kedua orangtua saya tidak pernah mendidik saya menjadi wanita murahan! Saya masih perawan hingga anda merenggutnya!" 

     Liliana merenggut selimut yang menutupi tubuhnya dengan marah lalu bangkit berdiri. 

"Lihat ini baik-baik, di situ ada noda darah yang membuktikan bahwa saya masih perawan hingga semalam!" 

     David meraih selimut yang dilemparkan oleh Lilian dan menutupi tubuh indah gadis cantik yang sudah menjadi sekretarisnya selama dua tahun ini.

"Maaf kalau pertanyaanku menyinggung perasaanmu," kata David lirih. Sungguh ia menyesali pertanyaannya tadi. Liliana tak menjawab, gadis itu masih merasa syok dan tidak percaya dengan apa yang terjadi.

     Liliana ingat bahwa semalam ia memang mabuk berat saat kembali ke kamarnya. Mungkin ia tidak menutup pintu dengan benar sehingga David bisa masuk.

"Semalam aku mabuk, dan aku memang berpesan pada Nadine supaya membuka sedikit pintu kamarnya. Aku benar-benar tidak melihat lagi nomor kamar karena kepalaku terasa sakit,lalu ...."

"Lalu, semalam kau telah merenggut kesucianku!" seru Lilian.

     David menghela napas panjang, ia tidak tau harus berkata apa kepada Lilian. Ia sendiri merasa bingung harus berbuat apa saat ini. David Romano adalah seorang CEO muda di sebuah perusahaan kosmetik yang sedang berkembang dengan pesat. 

     Rahangnya tegas, dengan hidung yang mancung dan sepasang mata yang tajam seperti mata elang membuat banyak wanita tak bisa berlama-lama menatapnya. Di usianya yang menginjak tiga puluh dua tahun David Romano sudah begitu mapan. 

     Ia sudah menikah selama enam tahun dengan wanita cantik yang merupakan anak dari sahabat ayahnya. Nadine adalah istri David yang memiliki wajah cantik dan anggun. Dia juga seorang model profesional.

      Sementara Liliana adalah sekretaris pribadi David. Ia gadis berusia dua puluh empat tahun, fresh graduate. Berwajah cantik dengan hidung mancung, bibir mungil dan sepasang mata yang indah. Dengan rambut hitam panjang membingkai wajahnya dengan sempurna. Tidak kalah cantik dengan Nadine sang istri.

     David menghela napas panjang, ia menatap Liliana dan berkata, "Kita akan selesaikan masalah ini saat kita kembali ke Jakarta nanti. Siang ini kita masih harus bertemu dengan klien dan aku harap kau bisa bersikap profesional, Lilian." 

     Mata Liliana langsung memicing dan menatap David dengan tajam. "Kau sudah gila tuan David Romano?! Apa kau pikir keperawanan itu bukan suatu hal yang penting bagiku,hah?!" pekik Liliana dengan keras. David melongo mendengar gadis itu membentaknya, selama ini tidak ada yang berani bersuara keras apa lagi membentak seorang David Romano.

      "Heh! Kau berani membentak aku? Kalau kau merasa kesucian itu berharga kenapa kau tidak berusaha melawan dan berontak?!" serunya marah.

"Asal kau tau, aku dalam kondisi mabuk berat semalam, apa kau pikir gadis yang mabuk parah bisa melawan? Jangankan melawan, ingat apa yang terjadi pun tidak. Di mana otakmu, hah?!"

     David terdiam, sebenarnya jika ada yang perlu disalahkan di sini itu adalah dirinya. Semalam ia masih mampu berjalan dengan benar, hanya saja ia tidak memeriksa lagi nomor kamar yang akan ia masuki. Hanya karena pintu kamar yang sedikit terbuka ia langsung memasukinya.  Lelaki tampan itu pun meremas rambutnya sendiri dengan gemas dan membanting tubuhnya dengan kasar ke sofa. 

  Saat ini dia benar-benar bingung harus berbuat apa. Untuk menikahi Liliana jelas suatu hal yang tidak mungkin. Ia sudah terikat dengan pernikahan. Lagi pula, ia yakin Lilian tidak akan hamil karena dokter sudah menyatakan bahwa dirinya mandul.

    Sementara itu Liliana masih dalam posisi yang sama duduk di atas ranjang sambil menangis dan memeluk kedua lututnya. Gadis itu terlihat sangat berantakan. David yang merasa iba dengan kondisi Liliana akhirnya bangkit dan mendekati gadis itu. Ia memeluk Liliana dengan hangat dan membelai rambutnya perlahan.

"Percayalah kepadaku Li, semuanya akan kita selesaikan besok di Jakarta. Besok pagi kita semua pulang, dan kita akan bicara berdua dengan kondisi yang jauh lebih tenang. Tapi, aku mohon siang nanti kau bisa tetap bersikap biasa di depan klien dan juga di depan Nadine."

     Lilian menghapus air matanya dan mendorong tubuh David menjauh darinya. Selama ini ia memang diam-diam mencintai David, tapi bukan dengan cara seperti ini yang Lilian selalu bayangkan. Lagi pula dia bukan perempuan yang suka merebut suami orang.

"Pergilah, keluar dari kamarku dan tinggalkan aku sendiri," kata Lilian.

"Tapi ..."

"KELUAR!" seru Lilian dengan tatapan tajam. David yang melihat tatapan penuh kemarahan itu akhirnya mengalah. Ia pun segera keluar dari kamar  Lilian dan meninggalkan gadis itu sendiri.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mi La Malaya
Setakat ini okey,
goodnovel comment avatar
Juandii
psbfjka djnrhao
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status