Liliana menatap Nadine tak percaya, bagaimana mungkin dia meminta untuk menikah dengan lelaki yang sudah menghancurkan kehidupannya? Liliana tidak tau harus menjawab apa sekarang. Tapi, pengakuan Nadine tadi membuatnya benar-benar ketakutan. Padahal sebelumnya ia merasa lega karena David mengatakan dirinya mandul. Tetapi, dengan fakta baru bahwa ternyata Nadine yang tidak bisa memberikan keturunan kepada David membuat Liliana cemas.
"Aku tau kau butuh waktu untuk berpikir, jadi aku akan memberimu waktu, Li."
"Sa-saya ... Saya tidak tau harus menjawab apa, Bu. Bagaimana mungkin saya menikah dengan Pak David?"
"Aku akan membayarmu dengan uang yang banyak jika memang nanti kau hamil. Tapi, kau harus mengakui bahwa itu adalah anak David. Kau tidak boleh menceritakan pada siapa pun jika kau sudah diperkosa oleh orang yang tidak kau kenal."
Liliana menelan salivanya, "Bu ... Kita tunggu saja beberapa minggu lagi. Semoga saja say
David terkejut saat ia mendapati Liliana sudah datang dan duduk di meja kerjanya. Gadis cantik itu tampak sedang mengerjakan beberapa laporan yang memang sudah David minta sebelum mereka ke Kupang."Kau sudah sehat, Li?" tanya David hati-hati. Ia tidak mau mengambil resiko jika Liliana akan berbuat sesuatu yang mempermalukan dirinya. Meski David tau jika Liliana tidak mungkin nekad, tapi sikap gadis itu pasti akan berubah."Sudah, Pak. Terima kasih," jawab Liliana datar. David melihat kedua mata gadis itu masih sangat sembab. Diam-diam ia merasa sangat menyesal atas perbuatan yang sudah ia lakukan pada gadis itu. Tak ingin berlama-lama menatap kepedihan di wajah Liliana,David pun segera masuk ke dalam ruangan kerjanya. Namun, bukannya bekerja, ia malah memikirkan Liliana dan juga obrolan serius bersama Nadine semalam. David tidak tau apa yang akan terjadi jika kedua orangtua mereka tau jika salah satu dari mere
Saat jam menunjukkan pukul lima, Lilian bergegas membereskan mejanya dan segera turun ke lobby. Biasanya ia selalu menunggu David keluar dari ruangannya. Namun, kali ini ia tidak mau menunggu. Lilian masih bisa merasakan sentuhan David di sekujur tubuhnya dan itu sangat menyakitkan."Hai, Li. Tumben kau sudah turun ke lobby. Biasanya bos pulang kau baru turun."Lilian menoleh, ia tersenyum saat tau melihat siapa yang menyapa."Kau belum pulang, Gas?" Bagaskara pemuda itu bekerja di bagian pemasara. Ia sudah lama sekali memendam perasaan pada Lilian. Tetapi, gadis itu memang sengaja menjaga jarak kepada siapa pun. Bagi Lilian pekerjaan nomor satu. Lagi pula tujuannya datang ke kota ini adalah bekerja, bukan untuk hura-hura atau sekadar berpacaran. "Aku kurang enak badan," jawab Lilian singkat."Kalau begitu aku antar kau pulang," ujar Bagas. Lil
David menatap tajam saat Bagas membawa Liliana pergi. Lelaki itu pun tak ingin membuang waktu, ia segera masuk ke dalam mobil dan mengikuti dari belakang. David merasa lega saat melihat jalan yang dilalui Bagas memang menuju ke apartemen Liliana. Tetapi, lelaki itu mendadak gusar saat melihat mobil Bagas berhenti di samping warung tenda. "Mau merayu wanita tapi tidak ada modal!" gerutu David kesal. Ia tau jika Liliana tidak mungkin berpacaran dengan Bagas. Ia tau bagaimana tindak tanduk sekretarisnya itu. Liliana adalah gadis yang sangat susah didekati. Apa lagi, David juga tau bahwa dirinya yang sudah mengambil kehormatan gadis itu. Melihat Lilana bersama Bagas, ia merasa tidak ikhlas. Jadi, tanpa berpikir panjang, David segera menyusul masuk."Lain kali, jika ingin mengajak Liliana makan, pilih tempat," kata David saat mendengar Bagas akan membawa Liliana ke tempat ini lain kali."L
"Kalau di depan itu namanya pendaftaran, Pak," ujar Liliana tanpa menoleh ke arah David. Lelaki itu hanya menghela napas mendengar perkataan Liliana."Saya menyesal, Li. Jika waktu bisa berputar saya tidak menyakitimu.""Penyesalan Anda saat ini tidak akan dapat membuat saya kembali seperti dulu.""Kalau begitu, katakan kepadaku apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku kepadamu?""Saya sendiri tidak tau, karena saya bukan wanita yang suka merusak rumah tangga orang lain. Saya tidak mau Bu Nadine tau bagaimana bejad kelakuan suaminya." David tidak menjawab lagi, ia tau tidak mudah untuk memaafkan apa yang sudah ia lakukan. Ia sadar sudah melukai perasaan Liliana terlalu dalam."Maafkan saya," ujar David lirih. Liliana tidak menjawab lagi, pandangannya lurus ke depan. Saat mereka tiba di gedung apartemen, Liliana segera turun dan bergegas masuk ke dalam gedung
"Sampai kapan kau akan meneruskan sandiwara ini, Nad? Kenapa kau tidak melepaskan saja David dan kembali kepadaku? Sesuai janji, saat ini aku sudah mapan dan juga memiliki pekerjaan yang bagus sebagai dokter ahli kandungan. Ayolah, Nad ... aku tau kau tidak bahagia dengan David." Nadine menatap Dirga dengan tatapan penuh cinta. Sejak dulu sampai saat ini hanya ada Dirga yang bertahta dalam hatinya. Lelaki pertama yang sudah mencuri hati dan juga tubuhnya."Aku mencintaimu, Mas. Tapi, untuk bercerai dengan David bukan hal yang mudah. Apa lagi saat ini papa juga bekerja di perusahaan David. Kau tidak lupa, kan, jika papa bangkrut? Keluarga David yang membuat aku juga keluargaku masih bisa menikmati kemewahan kami sekarang. Papa pasti akan menentang keras jika aku bercerai." Dirga menghela napas panjang, sebagai seorang lelaki mapan bukan tidak ada gadis yang mau ia ajak menikah. Tapi, hati dan
"Kalian sedang apa di sini?"Dirga dan Nadine sontak menoleh, "Pa-Papi ... Papi sedang apa di sini?""Kau yang sedang apa di sini bersama mantanmu?!""Om Sanjaya, saya bisa menjelaskan. Nadine tidak sengaja bertemu dengan saya di sini, jadi saya mengajaknya sekadar minum kopi. Sudah lama juga kami tidak bertemu, bukan?" Sanjaya Utama, ayah Nadine menatap Dirga dengan tatapan tajam. Selama beberapa saat ia merasa kagum dengan penampilan pemuda yang hampir saja menjadi menantunya itu. Tidak sangka, pemuda itu kini sudah menjadi dokter spesialis yang mapan."Yakin, hanya kebetulan? Bukan kau yang mengajak putri saya untuk bertemu?" cecar Sanjaya."Apa Om melihat saya sedang berdusta? Apa saya terlihat seperti seorang perebut istri orang?" alih-alih menjawab, Dirga membalikkan pertanyaan dengan tenang. Sanjaya menatap Dirga lalu mengembuskan napasnya, ia tidak punya bukti jika Nadine dan
"Wah, luar biasa sekali. Ini jam berapa Nadine? Suamimu sudah pulang sejak sore tadi, tapi kau baru pulang saat hampir menjelang tengah malam?"Nadine terdiam, ia baru saja masuk ke dalam rumah. Ia tidak tau jika ibu mertuanya sedang berada di rumahnya."Mama tumben datang tidak memberi kabar. Apa kabar, Ma?" Alih-alih menjawab sindiran ibu mertuanya, Nadine memiliih untuk bersikap sopan. Ia tau jika sejak dulu ibu mertuanya memang kurang setuju dengan pernikahannya. Ayah Davidlah yang bersikeras karena sudah lama bersahabat karib dengan ayahnya."Sopan, ya. Mama bertanya tidak kau jawab!" hardik Kinasih pada menantunya itu dengan geram."Mama mau aku menjawab bagaimana? Aku baru saja selesai pemotretan, Ma. Mas David tau, kok, aku selalu meminta izin kepadanya," sahut Nadine dengan tenang. Kinasih mendelik, entah apa yang dipikirkan oleh suaminya saat
Pagi itu, dengan sedikit terpaksa Nadine sudah bangun sejak pukul 4 pagi. Ia tidak mau mencari masalah pagi-pagi dengan ibu mertuanya. Seperti dugaannya, saat ia keluar kamar, Kinasih sudah berada di dapur bersama dengan Imas untuk mempersiapkan menu sarapan."Tumben kau bangun pagi sekali, Imas bilang biasanya kau bangun saat David sudah berangkat kerja." Nadine mendelik ke arah Imas yang tampak salah tingkah."Maaf, Bu. Biasanya, kan, Ibu bangun siang kalau pulang malam," ujar Imas. Kinasih mendecih "Jangan takut, Imas. Yang menggajimu itu anak saya, jadi kenapa takut? Kau tinggal datang ke rumah saya jika Bu Nadine berani memecatmu. Oya, aku tidak melihat Tuti, ke mana dia?"Nadine menghela napas perlahan, "Tuti ada di apartemen sekretaris David, Ma," jawab Nadine sambil membantu mengiris tempe."Untuk apa dia di sana?""Liliana, sekretaris David sedang sakit, Ma. Jadi, aku menyuru