Home / Romansa / KILL ME SLOWLY (INDONESIA) / BAB 1 : Arya dan Arga

Share

BAB 1 : Arya dan Arga

Author: Nhana
last update Last Updated: 2021-04-24 19:41:15

Aroma khas menguar dari dalam ruangan kala seorang pria membuka pintu dan menyeret langkah kakinya untuk memasuki ruangan tersebut. Tatapan matanya langsung tertuju pada sudut ruangan yang terdapat ranjang tempat seorang perempuan berbaring dengan begitu tenang. Langkah panjang pria tersebut membawanya semakin dekat dengan ranjang yang dihiasi alat-alat yang terpasang dan begitu tidak enak dipandang. Ah, tidak lupa dengan bunyi dari alat tersebut yang menambah suasana semakin suram. Namun tak sedikitpun mampu mengusik tidur nyenyak nya si pemilik ranjang.

"Kak, tidurmu selalu nyenyak seperti biasa." pria itu bergumam dengan tangan yang begitu cekatan memeriksa alat-alat tersebut. Mengecek monitor, infus, selang makanan hingga Kateter untuk memastikan bahwa semua alat tersebut berfungsi dengan baik.

"Bagaimana keadaannya hari ini?" tanya seorang pria lain yang baru saja ikut memasuki ruangan.

Arga, pria yang sebelumnya telah masuk lebih dulu dan memeriksa keadaan pasien tersebut hanya menghela nafas panjang tanpa mengalihkan fokusnya dari sang pasien kepada lawan bicaranya.

"Selalu nyenyak seperti biasa kak." jawabnya tenang.

Pria yang dipanggil kakak itu pun terdiam beberapa saat, kemudian melirik pria berseragam putih disampingnya.

"Terima kasih karena selalu menjaganya, Arga," ucapnya dengan tulus.

"Sudah menjadi tanggung jawabku, kak Arya," balas Arga tidak kalah tulus.

"Ini sudah tahun kedua, tidak bisakah kamu memberiku kabar yang lebih baik?" tanya Arya dengan tatapan sendu dan penuh keputusasaan.

Lagi-lagi Arga hanya menghela nafas, dan kali ini terdengar lebih berat.

"Kakak tahu sendiri, aku dan kami semua disini sudah berusaha memberikan yang terbaik untuknya. Segala upaya sudah coba kami lakukan, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda kakak akan bangun." Arga memberi jeda sebentar pada kalimatnya. "Dia seperti tidak ingin bangun."

Arya yang mendengar penuturan Arga barusan merasa sedikit tidak suka, tatapan matanya berubah tajam. "Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak," sebuah peringatan dari Arya kepada Arga, adiknya. "Tugasmu membuatnya bangun, bukan memberikan opini yang tidak berdasar." Arya memberikan penekanan pada kalimatnya.

"Maafkan aku." sesal Arga.

Arga tidak benar-benar menyesal telah mengatakan kalimat tadi, dia hanya tidak ingin berdebat dengan kakaknya. Arga mengerti kakaknya selalu sensitif jika sudah menyangkut perempuan di hadapannya ini. Selain itu, Arga juga tahu jika Arya sedang lelah karena pekerjaan dan juga merasa putus asa karena keadaan orang yang menjadi topik pembicaraan mereka tidak mengalami perkembangan yang lebih baik.

"Berusahalah lebih baik, aku belum ingin menyerah."

Arga menatap kakaknya dengan iba. "Untuk saat ini kita harus bersyukur kak, karena keadaan kakak tidak pernah memburuk lagi. Alat-alat ini mungkin bisa membantunya untuk bertahan, tapi tetap saja memiliki resiko yang bisa menyebabkan peningkatan infeksi di dalam tubuh." jelas Arga.

Arga tahu, seberapa berartinya perempuan ini untuk kakaknya. Tapi sebagai dokter, Arga juga harus menyampaikan keadaan pasien yang sebenar-benarnya. Selain itu, Arga juga tidak ingin memberikan harapan palsu untuk kakaknya.

Arya hanya diam. Matanya tetap fokus pada pasien tersebut.

"Kalau begitu aku permisi, masih ada pasien lain yang harus aku periksa." ucap Arga yang sadar jika kakaknya membutuhkan waktu untuk sendiri.

Arga tersenyum dan berlalu keluar meninggalkan Arya yang masih menatap sendu perempuan tersebut.

Arya membawa dirinya untuk duduk di samping ranjang. "Na, mau sampai kapan kamu tidur. Hmm?" tanyanya saat Arga sudah tidak berada di sana lagi.

"Ini sudah terlalu lama."

Arya membenarkan letak selimut yang menutupi sebagian tubuh perempuan yang dia panggil "Na" tersebut.

"Kau tahu Na, ini melelahkan," ucapnya lemah. "Aku lelah karena terlalu merindukanmu." suasana hening menjadi jawaban atas keluhan Arya.

"Kau tahu Na? Ibu memintaku untuk menyerah padamu. Dia bilang untuk apa aku terus berharap pada seseorang yang hidup dan matinya saja seperti berada diujung jarum. Dia tidak mempermasalahkan aku menghabiskan banyak uang untuk pengobatan mu, tapi dia marah dan memintaku untuk berhenti menyia-nyiakan masa mudaku. Ibu bilang kamu sadar atau tidak, tetap tidak ada masa depan untuk kita." Arya berbicara panjang lebar untuk menyampaikan keresahan hatinya.

"Ibu pasti salah kan Na? Kau dan aku akan bahagia bersama."

Arya tahu, semua perkataannya tidak akan pernah mendapat jawaban, namun ada kelegaan tersendiri saat dirinya bisa berbincang dengan seseorang yang sangat dikasihinya meski hanya berjalan satu arah.

"Aku akan selalu menunggu mu Na entah itu dulu, sekarang, ataupun di masa depan."

Jika saja aku tak melepas mu untuk bersamanya mungkin semuanya tidak tidak akan berakhir seperti ini. Batin Arya.

✿✿✿✿✿

Erina Claretta, dia adalah perempuan yang menjadi topik pembicaraan antara Arya dan adiknya Arga. Seorang perempuan malang yang hanya mampu terbaring di atas ranjang dengan begitu banyak alat medis yang terpasang di tubuhnya. Kecelakaan yang telah merenggut hak hidupnya dan memisahkannya dari orang-orang yang sangat dia cintai.

Sudah dua tahun sejak terakhir kali dirinya menatap sinar matahari dan menghirup udara segar di pagi hari. Kini, pagi-siang-malam nya Erina adalah sama. Semua gelap tanpa cahaya. Netra nya enggan terbuka, begitupun dengan tubuhnya yang tidak bisa bergerak sama sekali.

Erina mengalami koma, sejak dua tahun lalu.

*

*

*

With Love : Nhana

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 20 : Seperti Keluarga

    Erina melepaskan pelukannya dengan Viola. Dia mengusap jejak air mata pada kedua pipi anaknya. Mengelus pipi itu dengan begitu lembut, hingga air mata kembali menetes dari sudut matanya. "Mommy jangan menangis lagi," kali ini giliran Viola yang menghapus air mata Erina.Erina menggelengkan kepalanya. "Tidak sayang, mommy hanya merasa sangat bahagia." Erina tidak berdusta, air matanya adalah air mata bahagia. Air mata yang sama seperti saat dia pertama kali melihat Viola lahir ke dunia ini."Kalau bahagia itu harus tersenyum, bukan menangis mom." Viola memiringkan kepalanya lucu.Erina terkekeh gemas dengan tingkah putrinya. "Benarkah? Siapa yang mengatakan itu? Kalau gitu mommy salah dong." Erina mencubit lembur hidung bangir Viola.Viola mengangguk."Kata daddy. Daddy selalu tersenyum s

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 19 : Mommy

    Erina menatap pantulan dirinya di cermin. Dia meneliti setiap inci bagian dari tubuhnya. Kemudian dengan tatapan nanar dia menghela nafas berat. "Aku benar-benar kurus sekarang. Tulang selangka ku bahkan tercetak dengan jelas, pipiku bukan hanya sekedar tirus, ini seperti tulang yang dibalut kulit." Erina menunjukkan tulang selangkanya pada cermin."Aku tidak mungkin menemui anakku dengan keadaan seperti ini," dengan gerak perlahan, Erina menurunkan pandangannya dan menggigit bibirnya getir."Setidaknya aku harus terlihat lebih sehat dan kuat." Erina tersenyum lemah, berusaha menguatkan dirinya sendiri.Phillip yang masih memperhatikan Erina dari luar, tersenyum iba. Erina memang sangat kurus, tentu saja karena dia tidak memakan makanan apapun selama tidurnya. Hanya segala sesuatu yang berupa obat-obatan yang disuntikkan melalui selang infus yang masuk ke tubuhnya. Dan penyesalan Phillip pun bertambah besar melihat keadaan Erin

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 18 : Weindra

    "K-kak-- ""N-na, Erina," sapa orang yang dipanggil kakak tersebut dengan suara terbata dan nafas yang masih memburu."Kakak, bagaimana bisa kau kesini?" tanya Erina bingung dan tentu saja terkejut dengan kehadiran tiba-tiba orang yang sangat di kenalnya."Ahh itu, itu tadi aku-- " pria itu kebingungan menjawab pertanyaan Erina dan menggaruk tengkuknya, dia gugup. "Jangan berdiri di sana kak, masuklah." Erina melambaikan tangannya dan memberi isyarat agar pria yang dia panggil kakak itu mendekat kearahnya. Pria itu pun masuk dan mendudukkan dirinya di kursi yang ada di samping ranjang.

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 17 : Bingung

    ''K-kak-- "Ucap Arga terbata karena terkejut melihat Erina yang tiba-tiba sudah sadar dan sedang menatapnya tanpa dosa."S-sejak kapan kakak bangun?" tanya Arga yang masih linglung."Aku tidak sedang bermimpi kan? Atau aku sedang berhalusinasi? Ah sepertinya aku butuh istirahat." Arga menggelengkan kepalanya dengan cepat, tak percaya dan mencoba menolak kenyataan yang diharapkannya selama ini. Padahal dia seorang dokter tapi dalam keadaan seperti ini perasaan lah yang mengambil alih akal sehatnya.

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 16 : Putriku

    Malam semakin larut, udara juga terasa semakin menusuk permukaan kulit. Phillip menurunkan tubuh Viola dan menidurkannya dengan hati-hati. Mereka pulang sangat larut dari rumah sakit dan Viola sudah tidur sepanjang perjalanan. Awalnya Viola merengek ingin menginap di rumah sakit tapi Phillip sebisa mungkin membujuknya dengan segala cara agar putrinya itu mau pulang. Beruntung Phillip dan Arga akhirnya berhasil membujuknya. "Rasanya seperti baru kemarin daddy bertemu denganmu Vio. Kini kamu sudah sebesar ini." Phillip mengelus wajah lelap putri kecilnya, putri yang selama 7 tahun terakhir menjadi cahaya yang menerangi hidup Phillip kembali. "Maaf daddy baru mengen

  • KILL ME SLOWLY (INDONESIA)   BAB 15 : Penyesalan

    "Kak... Menikahlah denganku."Phillip hanya diam dan tak merespon. Namun, beberapa saat kemudian gelak tawa terdengar di ruangan tersebut. Iya, Phillip baru saja tertawa. Dia menertawakan ajakan dari Erina.Erina menatap nanar kearah pria yang ada di hadapannya, bagaimana bisa Phillip tertawa disaat dia tengah membicarakan hal yang serius. Erina bersumpah bahwa saat ini adalah momen paling serius dalam hidupnya. Bahkan Erina membuang semua harga diri dan mengumpulkan semua keberanian untuk menyatakan hal tersebut.Phillip yang sadar tengah ditatap intens oleh Erina seketika menghentikan tawanya. "Kau sedang melamar ku Na?" tanyanya seolah ingin memastikan kembali jika pendengarannya tidak keliru.Kini giliran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status