Share

Bab 2

Aвтор: Nn_Effendie
last update Последнее обновление: 2025-07-11 12:55:43

Pagi kembali datang.

Diana terbangun dengan kepala pening dan hati jengkel. Padahal hari ini jatahnya libur, seharusnya bisa dipakai untuk memulihkan tenaga—jiwa dan raga. Tapi alih-alih tenang, suara bising yang menggelegar dari luar malah membuyarkan harapannya.

“Sialan... sambutan pagi macam apa ini?” gerutunya sambil meraih daster kusam di gantungan pintu.

Langkahnya cepat dan penuh kesal. Saat melewati ruang tamu, ia sempat melirik. Botol-botol minuman keras yang semalam berserakan ternyata sudah lenyap. Pasti Reza yang membereskan. Setidaknya pria itu tahu diri.

Ia tak peduli. Saat ini, matanya tajam menyapu pintu depan yang sudah rusak gemboknya. Suara teriakan makin jelas terdengar.

“Bayar utangmu, bangsat! susah enam bulan kau tak bayar. Jangan harap kau bisa lari dari kami!”

Dahi Diana mengernyit dalam. Itu bukan suara tetangga, rumah mereka ada di ujung gang sempit, dan biasanya tak ada yang berani datang ke situ. Dengan cepat, Diana membuka pintu depan.

Matanya langsung bertemu pemandangan yang membuat tubuhnya menegang.

Seorang pria tua berbadan besar dengan perut menggantung berdiri di halaman rumah. Wajahnya penuh tato pudar dan senyum miring tak menyenangkan. Di belakangnya, dua pria berotot berdiri seperti pengawal pribadi, lengkap dengan tampang sangar dan tangan bersilang di dada.

Tak jauh dari mereka, Reza berlutut dengan wajah panik. Tangannya terangkat, mencoba menjelaskan, memohon, membela diri. Mulutnya komat-kamit dengan suara yang terdengar cemas.

Diana melangkah maju dengan geram.

“Hei! Apa-apan ini?! Siapa kalian?! Apa yang kalian lakukan di rumah saya?!” bentaknya keras, suaranya menggema.

Tiga pria itu langsung menoleh. Si pria tua melirik Diana dari atas ke bawah, seperti menilai barang dagangan di pasar loak. Mata tuanya berbinar dengan sesuatu yang membuat bulu kuduk Diana berdiri.

“Diana, masuk! SEKARANG JUGA!” Reza berteriak, wajahnya pucat pasi, keringat dingin menetes dari pelipis.

Tapi Diana tetap berdiri di tempatnya. Tak sedikit pun ia bergeming. Justru ia menantang pandang pria tua itu dengan tatapan menyala.

“Aku tanya, siapa kalian?! Dan urusan apa kalian dengan suamiku?!”

Pria tua itu tertawa pelan, serak dan menjijikkan. Ia mengeluarkan cerutu dari kantong kemeja lusuhnya, menyalakannya tanpa terburu-buru.

“Jadi... bocah tengil ini suamimu?” katanya sambil menunjuk Reza dengan dagu.

“Menarik... sangat menarik,” gumamnya sembari menyeringai. Salah satu anak buahnya menyenggolnya dan berbisik sesuatu. Mendengar itu, pria tua itu mendelik puas. Tatapannya kembali ke Diana, lebih lama dari sebelumnya.

“Cantik juga... apalagi kalau lihat dari dekat.” Ia menjilat bibirnya pelan. Menjijikkan.

Diana mundur selangkah, jijik bercampur takut.

“Saya akan bayar hutangnya!” potong Reza cepat, suara gemetar. Ia berdiri dan maju beberapa langkah, mencoba menutupi Diana. “Jangan ganggu istri saya. Dia nggak ada urusannya!”

Pria tua itu tertawa keras. Kali ini terbahak. Anak buahnya ikut tergelak, seakan apa yang dikatakan Reza adalah lelucon terbesar pagi itu.

“Laki-laki ini lucu, ya?” katanya. “Kau pikir aku datang ke sini buat uang recehanmu, hah? Enam bulan! Enam bulan aku bersabar! Dan sekarang... aku pikir aku tak butuh uang itu lagi.”

Ia melangkah mendekat. Sepatu bot tuanya menginjak kerikil di halaman.

“Kau bisa bayar dengan cara lain.” Suaranya menggantung. Tatapannya kini sepenuhnya pada Diana.

Diana membeku. Reza menoleh cepat.

“Jangan! Jangan berani-beraninya, Pak!” Reza membentak, namun suaranya pecah, nyaris tak terdengar tegas.

“Tubuh istrimu... sepertinya cukup mahal untuk menutup utangmu, ya?” ucap pria tua itu pelan, nyaris seperti desahan.

Diana mendongak, menatap langsung ke mata si pria tua. “Kalau kau berani menyentuhku, kau akan menyesal,” desisnya rendah.

Pria tua itu terkekeh pelan.

“Oh, aku suka wanita galak... Rasanya lebih menantang kalau sudah dijinakkan.”

“BERHENTI!!!” Reza mendorong pria itu mundur. Anak buahnya langsung bergerak maju, tapi pria tua mengangkat tangan menghentikan mereka.

“Tenang, tenang... kita belum selesai bicara.”

Diana meraih lengan Reza, menariknya ke belakang. Matanya menatap tajam, kini bukan hanya takut. Ia muak.

“Kau utang apa sebenarnya, Mas? dan siapa dia?”

Reza terdiam. Rahangnya mengatup. Ia tak menjawab.

“JAWAB, MAS!”

“Tiga puluh juta...” gumam Reza lirih. “Untuk judi... dan... minum. Dia Gunadi rentenir tempat aku utang.”

Dunia Diana seperti terhenti. Nafasnya tercekat. Ia menatap tak percaya Reza yang terdiam.

“Dan sekarang... bunganya sudah jadi enam puluh lima juta,” pria tua itu menambahkan dengan santai. “Tapi jangan khawatir. Aku bisa lunasi semuanya... asal istrimu bersedia menemaniku... seminggu saja.”

PLAK!!

Diana menampar pria itu sekuat tenaga. Tangan kirinya bergetar, pipinya memerah karena emosi.

Anak buah pria tua itu langsung bergerak. Tapi si pria tua malah tertawa makin keras.

“Aku suka... aku benar-benar suka wanita ini.” Ia mengusap pipinya dengan puas.

“Kalian punya waktu... dua hari,” ucapnya sambil melangkah pergi. “Kalau tidak, aku akan datang lagi. Tapi waktu itu, aku tak akan minta izin.”

Mereka pergi sambil tertawa. Suara sepatu mereka menjauh, meninggalkan keheningan yang mencekik.

Diana masih berdiri di ambang pintu. Matanya menatap nanar ke arah Reza.

“Kau utang... dan menjualku?” suaranya lirih, nyaris tak terdengar.

"Tidak! aku Tidka mungkin menjualmu, Diana."

"Lalu itu? apa namanya jika tidak menjual?"

Reza tak mampu berkata apa-apa. Dan saat itu juga, sesuatu dalam diri Diana seperti patah dan hancur berserakan. Suaminya utang uang namun ia tak tahu wujud uang itu seperti apa, kini ia harus terseret dalam lembah menjijikan akibat Reza yang seenaknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 6

    Diana menyusuri jalan dengan langkah berat. Pundaknya condong ke depan seolah sedang memanggul karung berton-ton beban. Matanya sayu dan berkantung, sesekali berkedip kala debu menerpa masuk tanpa ampun.Pikirannya kacau. Berkecamuk tanpa henti penuh pertanyaan, penuh makian, entah ditujukan untuk siapa.Bram.Nama pria itu kembali menghantui benaknya. Membengkak dalam ruang pikir hingga dada terasa pengap.Tawaran Bram terus memutar di kepalanya bagai kaset rusak.“Sial…” desisnya pelan, “kenapa hidupku sial sekali?”Diana memasuki halaman rumah. Sunyi. Pinggiran jalan yang selalu sepi kini mencekam, hanya dipenuhi semak liar dan tanaman rambat. Matanya sempat melirik ke kiri dan kanan rumah-rumah tetangga tampak rapi, bahkan mewah.Kontras dengan rumah kontrakan reotnya yang lebih menyerupai kandang sapi.Saat membuka pintu, suara tawa kasar meledak menyambut.“Hahaha!!”Diana memejamkan mata cepat. Mengedip berkali-kali menahan perih. Aroma alkohol menyengat hidung, bercampur asap

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 5

    Diana kembali ke dalam toko dengan isi kepala yang penuh. Ribuan pertanyaan menggantung di otak membuatnya pening dalam sekejap.Tiba-tiba di datangi seorang pria yang nampak bukan orang sembarangan siapa tak terkejut?Belum lagi pernyataan sekaligus penawaran yang tak masuk akal itu?"Hah..." Hembusan nafas berat kembali keluar dari bibir pucat Diana. Semua itu tak luput dari tatapan Amalia yang sejak tadi melihatnya."Kamu kenapa? Sejak bertemu dengan pria itu kamu terlihat seperti manusia penuh hutang."Diana menoleh, menatap rekan kerja satu-satunya sejak 1 tahun terakhir."Ya...aku sedang di landa hutang dengan nominal yang tak kecil." Jawab Diana setengah berat.Ia menunduk memandangi tumpukan kardus yang berantakan. Isinya bukan sekadar barang dagangan, melainkan simbol beban hidup yang terus menggunung."Kamu serius? Berapa? Siapa tahu aku bisa bantu." Lanjut Amalia lagi dengan penuh perhatian.Diana tersenyum. Tapi bukan senyum senang. Melainkan senyum tipis, sinis, dan menge

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 4

    Dua jam mengurung diri di kamar, Diana akhirnya memutuskan untuk kembali bekerja.Ia tidak peduli, meski hari ini seharusnya menjadi jatah liburnya. Nyatanya, berada di bawah satu atap dengan Reza justru membuatnya semakin frustasi.Dengan langkah lesu, Diana mengenakan flatshoes miliknya yang sudah kusam dan rusak. Ia lebih memilih kelelahan di tempat kerja daripada harus menatap wajah Reza yang memuakkan."Kamu mau ke mana, Diana?"Diana melirik singkat ke arah Reza yang tampak gelisah duduk di sofa. Pria itu sesekali memutar gelas di tangannya, seolah sedang menyusun kata."Bukannya hari ini kamu libur? Kok pakai seragam itu lagi?"Diana, yang hampir mencapai pintu, menoleh sambil menatapnya sinis."Tentu saja bekerja. Aku butuh uang untuk makan."Tanpa menunggu reaksi Reza, ia langsung melangkah pergi. Tak ada salam, tak ada lambaian tangan, hanya derap langkah berat penuh amarah yang menghentak lantai.Rasa kesalnya terhadap Reza bukan lagi hal sederhana yang terlihat. melainkan

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 3

    "sejak kapan kamu hutang uang, Mas? Dan buat apa uang itu sebenarnya?" Nada suara Diana tajam, matanya menyorot penuh kemarahan. Di depannya, Reza duduk menunduk di atas sofa yang usang dan robek di beberapa sisi. Kedua tangannya saling menggenggam, dingin oleh rasa takut dan malu. Pria itu tak langsung menjawab. Napasnya tertahan. “Jawab, Mas! Jangan cuma diam aja!” Sentakan Diana membuat bahunya terlonjak. Suaranya bergetar, tapi bukan karena lemah melainkan menahan emosi yang nyaris meledak. Matanya sudah memerah, menahan air mata yang ingin jatuh, bukan karena sedih, tapi karena kecewa. "A-ak… aku hutang… untuk…" "Untuk apa? Mabuk? Judi lagi?" Potong Diana cepat, penuh tuduhan yang tak bisa dibantah. Reza hanya mengangguk. Pelan. Malu. Lemas. Diana mengusap wajahnya kasar. Jari-jarinya mencengkram rambutnya sejenak. “Mas... kamu tuh mikir gak sih? Kita ini hidup udah pas-pasan, makan aja harus utang ke warteg. Tapi kamu malah buat masalah baru?! Buat beban baru?!” “Aku

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 2

    Pagi kembali datang. Diana terbangun dengan kepala pening dan hati jengkel. Padahal hari ini jatahnya libur, seharusnya bisa dipakai untuk memulihkan tenaga—jiwa dan raga. Tapi alih-alih tenang, suara bising yang menggelegar dari luar malah membuyarkan harapannya.“Sialan... sambutan pagi macam apa ini?” gerutunya sambil meraih daster kusam di gantungan pintu.Langkahnya cepat dan penuh kesal. Saat melewati ruang tamu, ia sempat melirik. Botol-botol minuman keras yang semalam berserakan ternyata sudah lenyap. Pasti Reza yang membereskan. Setidaknya pria itu tahu diri.Ia tak peduli. Saat ini, matanya tajam menyapu pintu depan yang sudah rusak gemboknya. Suara teriakan makin jelas terdengar.“Bayar utangmu, bangsat! susah enam bulan kau tak bayar. Jangan harap kau bisa lari dari kami!”Dahi Diana mengernyit dalam. Itu bukan suara tetangga, rumah mereka ada di ujung gang sempit, dan biasanya tak ada yang berani datang ke situ. Dengan cepat, Diana membuka pintu depan.Matanya langsung b

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 1.

    "Kamu mabuk lagi, Mas?" Nada suara Diana dingin, namun matanya bergetar menahan amarah dan sedih yang terus menumpuk. Ia berdiri mematung di ambang pintu ruang tamu yang remang dan berantakan. Lagi, sambutan ia pulang ke rumah bukanlah senyum manis sang suami, ataupun sekedar pertanyaan 'sayang apakah kamu lelah?' Tidak. Melainkan, botol-botol kosong bergelimpangan di lantai seperti serpihan kehidupan yang tak utuh. Beberapa tumpah, meninggalkan bekas lengket dan bau menusuk. Sisa makanan basi, asbak penuh puntung, dan baju kotor berserakan tanpa ampun di lantai rumah kecil yang semakin terasa pengap. Tangannya refleks menutup hidung. "Ya Tuhan, ini rumah atau tempat sampah, Mas?" Di sofa reyot yang busanya mencuat keluar, Reza terbaring. Kaos putihnya yang lusuh dan penuh jamur melorot dari bahu, celana pendeknya hampir melorot dari pinggang, rambut gondrongnya kusut dan berminyak. Matanya merah, bergerak liar tanpa arah, mulutnya bau alkohol. "Diana... Kamu pulang ya?" Suara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status