Share

BAB 41

"Kok bisa ada botol minuman keras di paviliun, Ris?" tanyaku.

"Oh, itu kemarin anak buah Anwar kali, Mbak. Aku juga nggak tahu."

Aku menggelengkan kepala. Anwar akan kutegur nanti. Meskipun ia berbeda agama denganku, namun jika habis minum, sebaiknya dibuang saja. Andai dia tak ceroboh dan meletakkannya sembarangan, kejadian ini tentu tak akan terjadi, kan?

--

Keesokan harinya.

Aku pergi menemui Kak Caca di kantor polisi. Ia langsung membabi buta begitu melihatku. Beruntung, ada sekat yang memisahkan kami.

"Puas kamu, menghancurkan hidupku?"

"Tentu, Kak. Salah siapa, kalian yang duluan mencari gara-gara denganku."

"Dasar iblis!" teriaknya sambil menggebrak meja.

"Kalau aku iblis, kamu apa? Dajjal? Seorang ibu tega mencelakai anaknya hanya karena bangkrut. Lupa, kalau dulu bertaruh nyawa saat melahirkannya? Jangan duiiit terus yang dipikirin! Kasihan Vito punya ibu sepertimu."

"Diam! Wanita mandul sepertimu, mana tau rasanya punya anak!" sinisnya.

"Jangan sembarangan kalau ngo
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status