Assalamu'alaikum. Selamat menjalankan ibadah puasa ya. Vote buku ini dengan GEM -nya ya Kak. Terimakasih sanget sanget sanget😍
*Pangeran untuk Cinderella.Namaku Dahlia. Seorang mantan pembantu rumah tangga, hanya sekolah sampai SMA. Ada yang salah dengan kondisi seperti itu? Tidak ada manusia yang ingin terlahir dalam kondisi kekurangan. Sama seperti sebuah kepompong, tidak tahu seperti apa bentuk dan keindahan sayap kupu-kupu yang keluar dari cangkang kerasnya. Begitu juga denganku. Ketika waktu yang seharusnya aku bersenang-senang menikmati masa remajaku pasca lulus SMA, aku bekerja menjadi art di sebuah keluarga yang kaya. Tak menyangka, selama bertahun-tahun aku di dalam kepompong hingga sampai hari dimana seorang pemuda tampan datang melamarku. Aku seperti mendapatkan kekuatan untuk keluar dan mengepakkan sayapku. Wajahnya, karirnya, budi pekertinya menghiasi sayapku yang kosong. Aku dibentuknya menjadi sangat indah. Ibarat kisah Cinderella, aku merasa telah menemukan pangeranku hanya dalam waktu satu jam saja. Pangeranku CEO. Tak percaya? Tunggu ceritaku selanjutnya sobat.
"Hallo, Belinda, gimana? Sudah mau seminggu aku gak bisa kemana-mana!"Indri menahan suaranya agar tak terdengar suaminya."Dareen dan temannya sudah menyelesaikannya, Nyonya. Mereka pasti bisa diandalakan. Di kantor juga rame banget dari kemarin. Ini aja mulai senggang. Harga saham CG benar-benar anjlok, Nyah!" sahut Belinda dari seberang."Baguslah. Aku senang dengan berita ini. Apa Dareen sedang bersamamu?""Tidak, Nyah. Dia lagi di dalam ruangan CEO."Indri manggut-manggut senang."Dareen akan menjadi CEO. Central Glori akan menjadi milikku dan anakku. Dareen akan membangun Central Glori kembali dari awal."Belinda sumringah. Ia bertekad akan gencar mendekati Dareen. Panggilan Indri terputus. Belinda segera merapikan bajunya, menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya."Aku tak boleh menyia-n
Hadi Pratama sangat terkejut seolah tak percaya."Katanya Pak Nyoman, Nona Dahlia dan Tuan Muda membuat vidio klarifikasi. Sejenis tanggapan atas isu miring itu, Tuan. Nona tak malu mengakui dirinya sebagai pembantu dulunya dan menjadikan kisah itu jadi inspiratif!""Aa-aaku tak percaya. Cepat! Nyalakan hpku, Man!"Suparman segera melalukan perintah tuannya. Berhari-hari ponsel utama founder Central Glori itu off. Saat dinyalakan, banyak notifikasi email yang masuk yang meminta maaf juga memuji CEO.*Kami tak menyangka pernikahan mereka seperti negeri dongeng. Undang kami jika Anda merayakannya. Kami pasti akan datang*"Man? Apa ini?!"Hadi Pratama masih linglung kebingungan."Sebentar Tuan, saya akan mencarinya di internet!"Secepat kilat, Suparman berselancar di media sosialnya.
Indri mendekati suaminya. Dia langsung menanggalkan masker wajah sekali pakai yang baru saja dipasangnya. "Siapa yang kamu kirimkan seratus juta, Pa?" "Dahlia," jawab Hadi tanpa ragu. "Babu itu kamu kirimkan uang?! Apa aku gak ...?" Dengan cepat Hadi mengangkat tangannya. "Stop! Jangan lanjutkan ucapanmu, Ma. Please. Dahlia sudah menyelesaikan masalah di Central Glori bahkan dia membuat perusahaan lebih terkenal. Tak perlu bayar sponsor mahal, Central Glori dikenal dimana-mana." "Tapi dia juga yang menyebabkan permasalahan ini, Pa?! Kehadirannya di lingkungan kita yang menghancurkan semuanya!" Indri mendekati suaminya dengan matanya yang melebar dan melotot seperti akan keluar dari tempatnya. "Semua sudah terjadi. Aditya sudah menikahinya. Bahkan sampai sekarang kita tidak tahu, apakah mereka bahagia dalam pernikahan itu. Atau jangan-jangan mereka menikah dalam perjanjian. Jadi hentikan kebencianmu pada Dahlia, Ma. Aku akan menghapus tentang enam bulan itu. Mari kita terima
Dahlia menutup hati dan matanya untuk berpikiran yang lebih. Ingatannya pun mundur beberapa jam sebelumnya."Lihat kan, Mas?! Aku menang!""I-iiya. Kamu memang hebat. Tapi apa maksudmu mengatakan menunjukkan keromantisan?!"Suaminya itu tampak tegang. Dahlia tersenyum."Ya. Perlakukan aku selayaknya putri, Mas. Kek apa sih bahasa Inggrisnya yang gaul itu tret ... treetmi princess gitu, Mas.""Treat me like a princess. Jangan sok-sokan pake bahasa Inggris kalau gak bisa. Issh ganggu telingaku saja," omel Aditya."Iya. Begitulah, Mas. Mau kan kamu? Ini juga demi kebaikan semua, Mas. Mumpung mereka lagi baper-bapernya, ya komporin lagi. Ini juga kan menguntungkan buat perusahaan."Aditya meraih ponselnya dari tangan Dahlia. Ia lalu mondar-mandir m
Drrrrt ....Larut dalam pandangannya yang kosong, Dahlia disentakkan oleh suara deringan ponselnya sendiri."Nomor baru?"Sedikit ragu, Dahlia menerima panggilan itu. Ia tahu betul, tak ada yang terlalu berkepentingan mengubunginya. Siapa sih dia, begitu pikir Dahlia."Assalamu'alaikum. Hallo?" sapa Dahlia ragu."Wa-waalaikumussam. Ini aku, Dahlia. Bagaimana makan malam kalian? Apa mau langsung pulang ke kontrakan atau gimana?""Ini Papa kah?" tanya Dahlia mengenali suara ayah mertuanya."Ya," jawab Hadi dingin.Dahlia memaksa dirinya tersenyum meski tak ada yang melihat sunggingan bibirnya. Ruangan VIP yang menyedihkan. Semula begitu hangat, dalam sekelip mata langsung berubah kaku yang menusuk untuknya."Hallo!" seru Hadi Pratama memastikan Dahlia
Imron dan Yuni yang mendengar ucapan anaknya hanya bisa saling pandang. Mereka berharap Aditya mau memaafkan Belinda."Dit, kamu mau kan maafin aku?"Lagi, Belinda mencecar Aditya."Aku sudah maafin kamu, Bel.""Berarti kita bisa balikan ya, Dit. Aku butuh kamu."Aditya kembali diam. Dia takut jawabannya mempengaruhi kesehatan Belinda."Assalamu'alaikum!"Semua mata menoleh ke arah pintu. Tampak Dahlia dengan tampilan cetarnya sedang berdiri dengan senyumnya yang merekah. Hampir saja akan melompat kedua bola mata Yuni dan Belinda melihat mantan pembantunya. Sangat cantik, elegan dan berkelas."Ka-kaamu?" Yuni sampai gelagapan."Hay semua. Pak, sehat?" tanya Dahlia mendekati Pak Imron.Dia sangat menghormati laki-laki itu karena selama bekerj
"Lelucon," tanggap Aditya membuang wajahnya. Jantungnya bertalu-talu. Ia malu tapi baginya tak mungkin. Ini hanya permainan rasa karena terlalu sering bertemu. "Apanya yang lelucon, Mas? Apa jawabanmu?" cecar Dahlia. 'Aku tak mungkin mencintainya. Tak mungkin. Dia bukan tipeku. Bahkan aku sudah menulis kriteriaku sendiri. Ini hanya perasaan nyaman dan kagum dengan wanita ini. Aku tidak mencintainya' racau hati Aditya. "Kenapa diam?! Jawab dong!" tantang Dahlia. "Apaan sih kamu? Gak ada tema yang lain apa?!" ketus Aditya. "Laaah tadi kamu yang nanya-nanya!" seru Dahlia dengan nada tinggi. Aditya memilih melangkah melewati Dahlia. Ia ingin keluar dari pembahasan itu. Ia harusnya sadar lebih awal, rupanya Dahlia gadis yang nekad. Menyesal juga dia tadi bertanya begitu. "Wanita itu. Apa dia tak malu mengakui cinta pada laki-laki lebih dulu?! Dia menyebalkan. Dia bukan kriteriaku!" gerutu Aditya melangkah cepat meninggalkan istrinya. Dahlia mengejar suaminya. "Mas! Ayo