BAB 26KARMA UNTUK AIRA"Bulan gak mau main ayunan? Di belakang ada ayunannya lho! Ada kolam renangnya juga? Gak pengen lihat?" rayu Omanya."Beneran, Oma? Ayo Oma, Bulan pengen lihat!" Bulan bergegas turun dari tempat tidur dan berlari keluar."Kienan, kamu istirahat dulu! Nanti Tante bangunkan!" "Iya, Tante!"********************************Plak!"Dasar pelakor! Apa kamu tidak punya malu, berkencan dengan pria yang pantas jadi ayah kamu!"Plak!Dia dan dua orang teman wanitanya terus menampar, memukul, dan menghajar gadis tersebut hingga dia tak berdaya.Wanita tersebut adalah istri sah dari Om Gunawan bersama dua orang temannya. Gadis tersebut adalah Aira. Dia mengikuti mobil suaminya dan memergoki mereka sedang berbuat mesum di dalam mobil, di pinggir jalan yang sepi. "Sudah, Ma! Sudah!" ujar Om Gunawan."Diam kamu! Berani kamu menghianati aku! Kamu lupa darimana asalmu?" ujarnya berteriak histeris. "Ma, sudah, malu!""Kalau begini baru bilang malu! Sudah berkali-kali Papa men
BAB 27CELINE DAN CELENAKienan terdiam. Pikirannya menerawang. Dia belum berfikir untuk menikah lagi. "Kamu tahu pepatah Jawa 'witing tresno jalaran soko kulino'? Pepatah itu berarti cinta datang karena terbiasa. Tante yakin, kamu dan Ardhan bisa menjadi pasangan yang serasi. Tolong, pikirkan permintaan Tante!" lanjut Tante Halimah."Aku belum berfikir sejauh itu, Tante! Saat ini, yang ku pikirkan hanyalah melahirkan anak-anakku dengan selamat.""Tante tahu! Tante juga tidak memaksamu menjawab sekarang! Pikirkan saja dulu!" ujar Tante Halimah sembari menepuk pundak Kienan lirih."Ayo, kita masuk! Saatnya istirahat lagi!" ajak Tante Halimah.***************************Satu bulan berlalu sejak kejadian itu. Hari ini, Kienan sudah mulai aktif ke kantor. Tante Halimah dan Bulan sudah kembali ke rumahnya. Kienan belum menjawab permintaan Tante Halimah, pun dengan ungkapan hati Nizam. Dia masih bimbang. Setiap hari Bulan selalu video call dengannya. Sehari saja tak mendengar celotehanny
BAB 28ULANG TAHUN SI KEMBARBulan pun sangat menyayangi mama dan adik-adiknya. Meskipun begitu, dia masih sering diajak menginap di rumah Omanya, seperti sekarang ini. Dia ikut Oma dan Opanya berlibur ke Bali karena liburan sekolah, juga untuk mengunjungi makam Mama kandungnya. Kienan memilih tinggal menemani yang sang suami yang tidak bisa meninggalkan urusan kantor. Rencananya, mereka akan menyusul akhir pekan nanti. Rachel mendapat hukuman delapan tahun penjara atas tuduhan percobaan pembunuhan kepada Kienan. Ibu Aira, awalnya bekerja menjadi pelayan dan tukang cuci piring di sebuah warung tenda. Namun, usianya yang sudah tua dan sejak awal dia jarang bekerja,membuatnya kurang lincah sehingga beberapa kali dia dipecat dari pekerjaannya. Alhasil, Aira bersama Ibunya, beralih profesi menjadi pengemis di lampu merah. Wajah Aira yang rusak dimanfaatkan mencari belas kasihan orang lain. Hasilnya pun lumayan. Bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dan menabung.******************
BAB 29KEDATANGAN AIRIN“Mas, aku ke toilet dulu, ya!” pamit Kienan.“Iya, Sayang! Perlu aku antar?” tanya Ardhan.“Gak perlu, kamu temui saja teman-teman kamu!”“Oke, jangan lama-lama, ya!” sahut Ardhan.Kienan melangkah tergesa menuju toilet.Bruk. Tanpa sengaja, dia bertabrakan dengan seseorang. Gaun biru muda yang dipakainya, tampak penuh dengan noda.“Ups, maaf, gak sengaja!” ujar wanita yang bertabrakan dengan Kienan. Tanpa merasa bersalah, dia melenggang begitu saja. Kienan hanya bisa melongo melihat pakaiannya yang sudah berubah warna. Kienan bergegas ke toilet. Usai menunaikan hajatnya, dia berusaha membersihkan noda di pakaiannya. Namun sayang, noda itu hanya sedikit memudar. Kienan tampak kebingungan. Cukup lama dia berdiam diri di toilet untuk mencari solusi. Dia tidak mungkin kembali ke pesta dengan pakaian seperti itu.Tok tok tok ....“Kienan, kamu masih di dalam?” Kienan langsung sumringah mendengar suara dari arah luar. “Mas!” ujar Kienan lega setelah membuka pintu
BAB 30PERTEMUAN PERTAMA"Nah, tuh sama si Alex! Dia pasti siap ngantar kamu keliling kemanapun!" sahut Ardhan."Gak mau! Aku maunya sama kamu!" rengek Airin. "Sori, aku gak bisa!" "Kenapa sih, cuma ngantar bentar doang!" rajuk Airin."Airin, sekarang aku sudah menikah. Aku tidak mau ada kesalahpahaman. Lebih baik kamu pergi sama Alex saja!" ujar Ardhan.Alex tersenyum sambil menaik turunkan alisnya."Ogah. Lebih baik aku pergi sendiri!" sahut Airin, lalu melangkah meninggalkan ruangan Ardhan sambil menghentakkan kaki.Alex memandang kepergian Airin hingga dia benar-benar menghilang. "Kedip, woy!" teriak Ardhan.Alex menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum."Makin cantik aja tuh cewek!" ujar Alex."Makanya, buruan lamar! Keburu diambil orang!" sahut Ardhan.Alex mencebik."Gimana mau nglamar? Dia aja lihat aku kayak lihat kuman!" ujar Alex.Ardhan terbahak mendengar ucapan sahabatnya itu."Malah ketawa lagi! Bantuin kek!" ujar Alex sewot.Ardhan masih terus terbahak dan tak
BAB 31KESALAHAN AIRIN (21+)Sejak saat itu, mereka mulai dekat. Ardhan sering mengantar sang Mama mengunjungi butik Anita. Tante Halimah, Mama Ardhan pun menyukai pribadi Anita yang sederhana.Di kantor, Airin berusaha menunjukkan perhatian lebih kepada Ardhan. Sayang, Ardhan tak mengindahkannya. Dia lebih tertarik pada kesederhanaan Anita. Satu tahun usai perkenalan, Ardhan melamar Anita. Tak lama kemudian, mereka menikah. Ardhan memboyong Anita untuk tinggal di Bali. Sementara Airin, diminta mengelola butik peninggalan keluarganya.Satu tahun usai pernikahan, Anita melahirkan seorang putri yang cantik. Sayang, tak lama kemudian dia meninggal dunia. Airin tak melewatkan kesempatan itu. Dengan alasan mengunjungi sang keponakan, Airin sering bertandang ke kediaman mereka. Bahkan, tak jarang, dia sering menginap. Suatu hari, setelah Ardhan pulang kerja, Airin masuk ke dalam kamar Ardhan. Saat itu, Ardhan Baru saja selesai keluar dari kamar mandi. "Airin, apa yang kamu lakukan? Harus
BAB 32SEPERTI MELIHAT MAMA“Papa!” sapa Bulan saat melihat keduanya turun dari tangga.“Halo, Sayang! Sudah belajar belum?” tanya Ardhan.“Sudah, tadi diajarin Mama. Iya kan, Ma?” ujar bulan.“Iya, Sayang!” sahut Kienan.“Tadi belajar apa sama Mama?” tanya Ardhan sambil membawa Bulan kedalam gendongannya.Bulan tertawa riang digendong sang Papa.“Tadi Mama ngajarin aku ngerjakan tugas matematika.”“Bulan bisa?” “Bisa dong! Bulan kan anak yang pintar!” sahut Bulan bangga.“Pa, Bulan boleh tanya sesuatu gak?” “Tanya apa?” Ardhan mengernyit heran. “Boleh gak, sekali-kali aku menginap di rumah Tante Airin?” tanya Bulan.“Memangnya kenapa Bulan mau menginap disana?” tanya Ardhan.“Tante Airin yang ngajakin. Kata Tante Airin, dia kangen sama Bulan, lagipula ....” Bulan menghentikan ucapannya.“Lagipula apa?”“Em ... lagipula ....”“Mau ngomong apa sih? Kok ragu gitu?” tanya Ardhan penasaran.“Lagipula, Tante Airin wajahnya mirip sekali dengan Mama,” ujar Bulan lirih.Ardhan menghembuska
BAB 33KEHAMILAN KIENANTok tok tok ....“Sayang, kenapa lama sekali?” tanya Ardhan dari luar.“Sebentar, Mas!” sahut Kienan.Setelah memantapkan hatinya, Kienan memberanikan diri untuk mencoba tespek itu. Tak lama kemudian, dia keluar dan menyerahkannya kepada Ardhan.“Bagaiamana hasilnya?” tanya Ardhan penasaran.“Gak tahu, kamu saja yang lihat,” sahut kienan.Ardhan tampak memperhatikan tespek itu dengan seksama. Tampak sebuah garis merah disana. Namun, perlahan, samar tampak garis merah kedua. Ardhan tersenyum sumringah. Tanpa aba-aba, dia segera memeluk istrinya dari belakang. Kienan yang sedang emlangkah menuju tempat tidur, merasa sangat terkejut.“Mas, kamu ngagetin saja!” ujar Kienan.“He ... maaf, Sayang! Habisnya, aku seneng banget!” ujar Ardhan seraya membalik posisi Kienan agar menghadapnya.“Selamat ya, Sayang! Kita akan punya anak lagi!” ujar Ardhan sambil tersenyum sumringah.“Mas serius?” tanya Kienan tak percaya.“Iya, Sayang! Selamat, ya!” ujar Ardhan sembari memelu