KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 9.**POV RATNAWajah Mia terlihat pias saat aku mengatakan itu kepadanya. Aku mau melihat apakah dia mau mengeluarkan uangnya untuk ibu dan yang lainnya."Ratna, kamu kenapa gak sopan begini jadi orang!" kata Ibu mendelik melihatku. Katanya lapar. Di kasih solusi marah pula. Heran dengan pemikiran Ibu. Kenapa aku yang terus dia tekan kek gini. Mia sendiri diam bagaikan tersindir. Bang Hadi menghela napasnya gusar. Merasa mati kutu ketahuan belang nya. "Maaf, Mia. Jangan di dengarkan perkataan Ratna. Akan Abang beli nasi di depan." Dia berusaha menutupi kekurangannya. Dia mengulas senyum menggaruk kepalanya. Bang Hadi dengan isyarat mata menyuruhku ikut bersamanya ke kamar untuk berbicara. Entah apa yang mau dia katakan. Dengan malas aku juga ikut ke kamar. "Ratna. Kenapa kamu begitu nggak sopan sama tamu!" sentak Mas Hadi setelah dia menutup pintu. "Gak sopan? Ibumu yang gak sopan!" sentakku. "Kok kamu jadi nyalahkan Ibu sih." Bang Hadi gak terima. "T
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 10**"Kenapa apa Ratna gak setuju?!" kata Ibu marah ke Bang Hadi. Untuk sementara aku merasa kok malas menanggapi sikap cerewet Ibu yang selalu mau di turuti. "Bukan, Bu. Tapi ..." Bang Hadi sepertinya sulit menyampaikan sejujurnya pada Ibu. Aku melirik dia. Suamiku dengan bola matanya melihat sebentar Mia. Aku merasa jengah. Dia sepertinya malu pada Mia. Malu jika ketahuan sebenarnya dia kere. Walau pegawai, Bang Hadi hanya golongan dua. Karena dia hanya lulusan D3 administrasi perkantoran. Sedangkan aku. Aku lulusan sarjana pendidikan. Pernah mengajar di kampung sebelum akhirnya menikah dengan Bang Hadi dan menjadi Ibu rumah tangga yang hanya berada di rumah. Tetapi, nasib gak selalu mulus. Walau aku akhirnya tak gagal masuk pegawai. Harapan ku pada Bang Hadi karena dia yang lulus. Nyatanya dia gak bisa di andalkan jika aku juga harus turun tangan menutupi uang belanja darinya. "Tapi apa, Hadi?" Ibu sepertinya menunggu jawaban. Bang Hadi masih bingung
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU BAB 11. **"Bolehkah Mia tinggal di sini?" tanya Ibu sebelum Bang Hadi pergi. Bang Hadi menghentikan langkahnya. "Tinggal di sini?" "Ya. Karena dia akan sering manggung di kota. Sebenarnya Mia datang ke rumah sebelum Ibu pergi ke sini. Dia meminta sama Ibu agar mengizinkan kamu memberikan tempat untuk Mia." Aku menghela napas mendengar tutur Ibu yang gak masuk akal. Di mana pikirannya? Mia itu janda? Dia mikir gak sih. "Bu, kenapa harus tinggal di sini. Ibu berpikir apa enggak. Dia kan bisa kos atau sewa rumah!" kataku dengan mata mendelik karena heran dengan pemikiran Ibu. "Hebat benar kamu suruh Ibu mikir. Mia itu saudara sama Hadi. Apa salah kalau saudara saling membantu?" "Tapi Bu ...." "Jelita juga akan tinggal di sini. Kamu gak perlu takut gitu. Jelita akan kuliah dan Mia bekerja. Kalau Mia jadi artis terkenal kamu juga akan bangga!" sungut Ibu padaku. Bertambah lah beban kami. Belum Mia dan Jelita. Mengapa harus tinggal di sini? "Siapa yang ak
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 12.**POV HadiEntah mengapa masalah bertubi-tubi datang silih berganti antara Ibu dan Ratna. Aku juga bingung menghadapi mereka berdua. Ibu segala inginnya harus ku penuhi karena aku adalah anak lelaki satu-satunya. Sedangkan Ratna, bagaimanapun terkadang aku bosan dengan sikap istriku. Tetapi, dia sudah menemani aku selama hampir enam tahun kami menikah. Dalam suka dan duka. Ibu juga datang ke sini membawa Mia. Wanita itu adalah cinta pertamaku. Mia itu saudaraku. Tetapi, kami bisa menikah. Dahulu, dia menolakku demi anak juragan Karsa. Tetapi, kenyataannya dia bercerai juga dengan suami lamanya. Aku gak ngerti mengapa dia mau ke sini. Tapi, kata Ibu. Dia akan sering manggung dia kota. Menjadi penyanyi. Impian Mia dari dulu memang menjadi artis terkenal. "Hadi! Kamu harus tegas ke istri kamu. Izinkan Mia tinggal di sini. Kamu tahu, pakaian kami di rusak Ratna semua!" Ibu manatap sengit istriku. Ratna hanya berkata santai. "Elah, masih aja nyalahkan ak
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 13. **PoV Ratna "Kalian sudah semua bersiap?" tanya Bang Hadi setelah dia selesai mengganti pakaian. "Sudah, dong," sahut Jelita. "Kalian pergi semua terus kami ditinggal?" tanyaku dengan wajah datar ke Bang Hadi. "Gak pergi jauh kok, Rat. Kami cuma beli oleh-oleh dikit buat Ibu saja. Kamu sementara di rumah saja dengan anak-anak ya," katanya dengan lembut. "Lala mau ikut, Yah. Ikut ...," kata Lala memelas diikuti adiknya Lily. Aku merasa gak tega. "Anak-anak gak boleh ikut. Bagaimana menjaga kalian. Sudah di rumah saja!" sentak Ibu dengan kasar ke anak-anakku. "Bawa lah, Bu. Bukankah mereka cucu Ibu!" kataku. "Halah, Ibu gak sanggup membawanya. Kami mau senang-senang dulu dan jangan kamu ganggu. Jaga saja anak-anak di rumah!" sentak Ibu dengan kasar. "Sini, Sayang. Mereka pergi dan kita juga pergi bermain. Lebih seru dari mereka permainan kita," kataku mengajak ke dua anak-anakku. Lala dan Lily menuruti ku. Mia telah selesai berdandan. Dia yang pa
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 14. **PoV RatnaSetelah Ibu pulang ke kampung maka tinggallah kami di sini. Mia dan Jelita menempati satu kamar Seperti yang kemarin. Aku juga sudah mewanti-wanti Bang Hadi agar tidak tebar pesona dengan janda satu itu.Dia harus tahu jika dia adalah seorang suami. Seorang ayah dari kedua anakku. Seperti biasa Setiap pagi aku sudah menyiapkan makanan untuk keluargaku. Hari ini katanya Jelita akan melihat kampusnya, sementara Mia akan pergi ke studio musik nya. Studio musik? Dia mengaku seperti itu. Tetapi aku tidak percaya itu studio musik. Paling juga orkestra keliling. Anakku sedang makan. Lala antusias karena hari ini adalah hari pertama dia sekolah TK. Sedangkan Lily masih tertidur. "Rat, siapa di kamar mandi?" tanya Bang Hadi. "Mia. Dari tadi mandi gak selesai-selesai!" kataku. Bang Hadi menghela nafasnya. dia sepertinya harus segera mandi untuk berangkat bekerja. aku menyuruhnya minggir sebentar untuk mengetuk pintu kamar mandi. Mia memang benar-
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 15. **PoV AuthorJelita tampak tak acuh dengan apa yang Ratna katakan. Jelita memandang sinis Ratna dan pemikirannya yang sangat primitif. Benar kata Mia kalau dia percuma tinggal di kota. Sayang juga melewatkan lelaki sekeren David. Jelita baru masuk kampus dan berkenalan dengan David. David sudah berani memujinya cantik membuat Jelita terbang melayang. "Kamu baru saja jadi mahasiswa. jangan macam-macam di kota di sini banyak orang jahat. Jangan kau samakan di kota dengan di desa!" kata Ratna memperingatkan Jelita. "Percuma kamu tinggal di kota, Mbak. Kalau kamu ini pemikirannya udik. Pantesan kamu nggak berkembang." "Heh, Jelita. Asal tahu saja. Kamu baru datang dan banyak manusia gak bertanggung jawab di sini! Sekarang kamu suruh teman kamu pulang! Atau Mbak akan adukan ke Bang Hadi atau Ibu kamu. Kalau Ibu kamu juga gak dengar nanti aku adukan saja kamu ke Bapak kamu!" ancam Ratna ke Jelita. "Berani kamu, Mbak!" Ratna memandang sengit. "Kenapa aku
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU BAG 16. **PoV Author. "Bisakah aku pulang bersamamu, Bang?" tanya Mia dengan manja. Hadi meringis menatap wanita itu. Menolak juga bagaimana karena Mia juga saudaranya. "Aku duluan kalau gitu, Bro," sahut Benny menepuk bahu Hadi. Benny pergi begitu saja dengan motornya. Hadi terkadang iri dengan Benny. Hidupnya lempeng saja seperti gak ada masalah. Padahal anaknya sudah tiga. Lebih banyak anaknya dari pada anak Hadi. Istri Benny juga cantik sekali. Pantas Benny merasa betah di rumah dan gak mau berpaling ke lain hati. Hadi menghela napas kapan-kapan akan dia tanya mengapa hidupnya bisa sebahagia ini. "Kita pulang bareng kan, Bang?" tanya Mia lagi. Hadi mengangguk. Akhirnya dia pulang bersama Mia dengan sepeda motor. Wanita itu juga sangat menempel padanya ketika di atas motor membuat Hadi tidak konsentrasi berkendara. Tubuh Mia sangat dekat kepadanya bahkan Hadi bisa merasakan gesekan dadanya. Benar-benar menghilangkan konsentrasinya. Belum lagi Mia mem