Hendra juga menghentikan ucapannya. Dia pasti sama terkejutnya denganku melihat siapa yang datang. Aku bahkan belum menutup tubuhku dengan sempurna. Begitu juga Hendra, dia bahkan belum berbusana sama sekali.“Mohon maaf Bapak, Ibu. Kami bermaksud ....”‘Tunggu. Kami akan berpakaian dulu!”Hendra menarikku masuk lalu mengunci pintu kamar. Wajahnya memucat sama sepertiku.“Kok bisa mereka datang. Darimana mereka tahu kalau kita sudah tinggal di sini?”“Aku juga tidak tahu. Mereka pernah menghubungiku lewat ponsel, kalau kita tak melunasi akihr bulan lalu rumah ini akan di sita. Gimana dong?” aku sangat panik. Tak rela rasanya melepas rumah yang dengan susah payah di cicil oleh Hendra.“Tidak ada pilihan lain. Cepat kemasi barang-barang.” Hendra mengambil koper yang belum lama baru digunakan untuk pindah ke rumah ini. Dan sekarang akan kembali digunakan untuk kembali memindahkan pakaian dan entah akan di bawa kemana lagi..Duuh, kenapa hidupku jadi begini sih. Harus berpindah dari satu
“Kau salah, Hendra! Rumah ini sudah menjadi milikku. Dan sebentar lagi kita akan bercerai dan kau harus pergi dari rumahku. Tinggallah bersama selingkuhanmu itu!” jawabku dengan berani. Aku tak boleh terlihat lemah di depannya. Namun aku juga harus lebih berhati-hati menghadapinya.“Kalau ada yang harus keluar, yaitu kau!”Terdengar suara seorang wanita dari arah belakang Hendra. Tak berapa lama si pelakor menyembul dari balik punggung Hendra. Sial. Ternyara Hendra datang bersama wanita licik itu. Mau apa mereka datang ke sini. benar-benar membuatku kesal.“Beraninya kau datang ke rumahku, Wanita Murahan!” sentakku padanya. Aku tak peduli saat wajah wanita itu berubah merah. Dia pasti sangat marah mendengar ucapanku.Benar saja wanita licik itu mengangkat tangan hendak menyerangku.“Kurangajar kamu!”Aku mencoba menghindar dari serangan si pelakor. Namun aku dikejutkan oleh suara Hendra yang menghentikan Clarista.“Berhenti, Clarista!” Hendra memegang tangan Clarista yang hampir saja
“Baiklah, aku akan memberitahumu, supaya kau tak malu jika tetap nekad datang ke kantor esok hari!” aku tersenyum sinis sembari menyilangkan tangan di dada.“Katakan apa yang sudah kau lakukan? Kalau kau berani macam-macam, aku habisi kau!” Hendra hendak mencekikku. Dan aku membiarkan dia untuk melakukannya. Bukannya aku ingin mati konyol, rumah ini terpasang cctv di setiap sudut. Jadi sangat mudah untuk mencari bukti kejahatannya.Namun entah kenapa tiba-tiba Hendra menghentikan aksinya setelah melihat ke atas. Mungkin saja dia menyadari jika ruangan ini terpasang cctv.“Kenapa kau berhenti?” tanyaku dengan tersenyum sinis.Hendra mendengkus kesal. Lalu berkata, “Dengar, Vania! Kau takkan pernah bisa mengalahkanku! Kau hanya wanita rumahan yang tak tahu pekerjaanku! Jadi, jangan coba-coba untuk melawanku kalau kau tak ingin malu di hadapan para pebisnis!” Hendra berkata dengan kesal.“Oke! Aku terima tantanganmu. Dan lihatlah apa yang akan terjadi besok. Selamat malam, Hendra! Tidurl
“Sial! Beraninya dia menghianatiku! Awas kau!”Aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Sesekali melihat keadaan bayiku yang baru berusia tiga bulan tertidur di sampingku. Rasa cemas menghantui. Bagaimana bisa aku membawa putriku untuk menggagalkan pernikahan suamiku.“Kalau bukan karena pelakor itu, suamiku pasti tidak akan menghianatiku!”Ya, hari ini adalah pernikahan kedua suamiku tanpa sepengetahuanku. Informasi akurat yang kudapat dari orang yang terpercaya. Bahkan pernikahan itu akan berlangsung hari ini di villa mewah milikku.Suamiku memberikan villa itu sebagai hadish karena aku akan melahirkan buah cinta kami. Villa itu sudah lebih dahulu diberikan oleh suamiku sebelum bayiku lahir. Sayangnya setelah tahu kalau bayi yang sudah sepuluh tahun kami nantikan berjenis kelamin perempuan. Mas Hendra yang menginginkan anak laki-laki sangat kecewa. Aku menangis saat tahu suamiku tak menginginkan putri kecilku.Kini dengan seenaknya saja dia akan menikah dengan wanita lain set
Bergegas melangkah dengan mengendap-endap dan sangat berhati-hati. Anak buah hendra berada di mana-mana. Bahkan dapur saja tak luput dari penjagaan ketat. Sok merasa menjadi seorang pejabat.Kembali melanjutkan langkah dengan ekstra hati-hati. Tiba-tiba tanpa sengaja kakiku menendang pot bunga kecil hingga hancur berantakan. Walau tak menyebabkan bunyi yang sangat nyaring, tetap saja mengundang perhatian salah satu penjaga dengan pendengaran sempurna.Ah sial. Sebentar lagi dia pasti menuju kemari. Bisa-bisa ketahuan sebelum tujuan tercapai.“Siapa di situ?!”Suara penjaga mengagetkanku. Mencoba menahan napas, lalu merapatkan tubuh ke dinding. Otakku masih terus berpikir apa yang harus dilakukan. Keringat mulai membanjiri wajah. Aku cemas. Apa jadinya kalau sampai ketahuan. Bagaimana nasib anakku kalau mereka menghabisiku di tempat ini.Harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan diri. Demi Raisya putri semata wayangku, harus berani berjuang untuk melawan mereka.Penjaga sudah semakin
“Lepaskan!” aku berusaha melepaskan diri. Pria ini mengunci tubuhku sangat erat hingga membuatku kesulitan bernapas.“Diam. Atau kutembak kepalamu!” ucap pria itu dengan menodongkan senjata di samping kepalaku.“Beraninya kau menangkapku! Awas, akan aku laporkan pada suamiku. Akan kuperintahkan dia untuk memecat dan menghukummu dengan berat!” mencoba mengancamnya. Semoga saja mereka takut dengan ancamanku.“Justru Boss akan memberiku imbalan yang sangat besar jika aku berhasil menghentikanmu! Karena hanya kaulah yang harus ditendang dari sini! Menyerahlah. Aku akan melepaskanmu! Tapi kalau kau melawan, aku tak segan-segan menarik pelatuk senjata ini dan memecahkan kepalamu!”Pria itu terlihat serius dengan ucapannya. Para penjaga pasti lebih mementingkan pekerjaannya daripada diriku. Aku harus mengatur strategi. Lebih baik berpura-pura mengalah saja. Biarlah otakku berpikir untuk mengatur strategi kembali.“Oke. Aku menyerah. Tolong lepaskan aku.” Suaraku sengaja merendah. Lalu mengan
Saat aku sedang asik melihat anak buah suamiku mengusir para wartawan membuatku lengah. Hingga tak menyadari saat seseorang menarik tangan dan memaksaku untuk menjauh.Badannya yang tinggi besar membuat tenaganya sangat kuat. Percuma berusaha untuk melepas cengkeramannya. Semakin berusaha lepas, tanganku terasa semakin sakit.“Lepaskan tanganku!” aku berteriak sembari terus berusaha melepaskan tangan. Pria yang menarik tanganku menoleh. Tak membuang waktu segera kutonjok matanya. Walau tangan kiri yang kugunakan tetap bisa membuat pria itu mengaduh sambil memegangi matanya.Lalu kutendang perutnya hingga dia terjatuh dan cengkeraman tangannya terlepas. Kutinggalkan dia dan berlari menuju calon pengantin.Beberapa anak buah Hendra berusaha menghalangi. Aku melawan mereka dengan membabi buta. Menendang, meninju, memukul kepala serta seluruh gerakan yang pernah kupelajari. Beberapa orang berhasil kulumpuhkan. Namun anak buah Hendra sangat banyak. Mereka juga menuju kemari dengan tujuan y
Bugg. “Aw.” Aku memekik kesakitan. Satu tendangan pada punggungku membuat senjata yang berada di tangan terjatuh. Aku limbung dan berusaha menyeimbangkan tubuh sambil terus memegangi si pelakor.Bugg. Kembali satu tendangan mendarat pada punggungku. Kali ini terasa lebih keras dan menyakitkan hingga membuatku jatuh tersungkur. Secara otomatis tubuh wanita menjijikan itu lepas dari genggamanku. Sial. Aku merutuki diri sendiri.Mereka sangat pandai membaca situasi. Jumlah mereka sangat banyak. Pasti bisa membagi tugas dengan baik. Sedangkan aku, terlalu nekat datang seorang diri.Walaupun nantinya mereka bisa melumpuhkan atau bahkan mungkin mengambil nyawaku, tidak akan memberikan kebanggaan apapun. Seluruh dunia akan mengecam saat mengetahui bahwa satu wanita dikeroyok oleh banyak lelaki.“Angkat senjata kalian! cepat habisi dia!” suara teriakan si pelakor membangunkan lamunan. Aku harus segera bertindak kalau tak mau mati konyol.Menyapu pandangan. Anak buah Hendra sudah siap dengan s