Share

BAB 5-MAIN

Hah hah hah

Jantungku berdegup sangat kencang, keringat dingin membasahi tubuhku hingga membuat pakaianku basah kuyup akibat keringat yang keluar dari tubuhku pada malam itu.

Sudah lima kali aku berlari, mencoba menjauhi tempat yang aku tempati sekarang. Namun, aku kembali lagi ke tempat ini dengan perasaan takut terus-menerus menghantuiku saat ini.

Hutan Gunung Sepuh semakin malam semakin gaduh, suara-suara hewan malam kini saling bersahutan. Mereka saling berirama satu sama lain, memainkan simponi yang mencekam apabila di dengarkan oleh manusia yang terjebak di dalamnya.

Angin malam yang entah dari mana seringkali berhembus ke arahku, menerbangkan daun-daun kering yang berjatuhan di tanah di sekitar pepohonan hutan yang gelap dan menyeramkan itu.

Disaat orang-orang sedang terlelap tidur dengan hangat nya selimut mereka, aku harus merasakan kedinginan dan rasa putus asa yang semakin membuat aku bingung dan sedih di tempat ini.

"Apa mungkin Bapak sengaja membuangku di hutan."

"Apa aku sudah berbuat salah sehingga Bapak tega membuangku. "

“Kenapa Bapak tega meninggalkanku sendirian di tempat ini.”

Aku kini hanya bisa terduduk dengan perasaan takut, wajahku terasa tidak karuan karena lelah dengan rambut yang acak-acakan dan pikiranku yang kini tak tentu arah.

Sudah beberapa kali aku keluar dengan arah yang berbeda. Namun semua akhirnya sama, aku seperti diarahkan oleh para makhluk yang menampakan dirinya kepadaku dari kejauhan agar membuatku mengambil langkah yang salah dan kembali ke tempat ini.

“Bagaimana caranya aku keluar dari tempat ini? ”

Aku menunduk dengan tangan yang menjambak rambutku sendiri, aku dilanda ketakutan yang mendalam setelah ditinggal oleh Bapak di hutan ini sendirian dan tak tahu arah pulang.

Bahkan beberapa kali aku menangis tersedu-sedu ketika aku gagal keluar dan kembali ke tempat ini selepas aku berlari sekuat tenaga. Bahkan, air mata yang aku keluarkan kini tampak mengering. Namun, rasa sedih yang aku rasakan rupanya tidak menghentikan teror yang terjadi padaku saat ini.

Aku masih dibayang-bayangi oleh banyaknya mata yang seringkali muncul di sela-sela pepohonan hutan yang gelap itu.

Apalagi, dengan banyaknya cerita yang beredar tentang Gunung Sepuh. Yang di mana, ketika banyaknya orang-orang yang masuk ke Gunung Sepuh dan tidak pernah keluar.

Mereka membusuk dan menghilang di dalam gunung hingga saat ini, terutama bagi para manusia yang datang ke Gunung Sepuh untuk melakukan ritual tertentu dan tidak tahu medan juga rute Gunung Sepuh yang sering kali menyesatkan manusia yang masuk ke dalamnya.

Sehingga, hal itu sudah menjadi cerita yang lumrah bagi para warga kampung. Ketika ada seseorang yang masuk dan tidak kembali lagi, bahkan mereka hanya mencari satu atau dua hari saja. Sisanya, mereka akan menganggap, orang tersebut sudah menghilang dan ditelan oleh lebatnya Gunung Sepuh.

Aku semakin takut ketika aku teringat lagi akan hal itu, karena aku tahu, kondisiku kini seperti mereka yang hilang di dalam gunung, aku tidak tahu arah untuk pulang, dan aku tidak bisa berdiam diri lama-lama di tempat ini karena akan banyak sekali penampakan yang muncul di depanku.

Aku sungguh bingung, sangat-sangat bingung, aku harus melakukan apa untuk bisa keluar dari hutan ini.

“Tong jigah jelema linglung, mendingan ulin jeung kaula. (Jangan seperti orang yang linglung, mendingan bermain saja denganku. )”

Deg...deg

Tiba-tiba aku merasakan detakan dari denyut nadiku yang tiba-tiba kuat dan terasa oleh tubuhku. Bersamaan dengan sebuah suara seorang wanita yang secara samar-samar terdengar olehku, disaat aku duduk sambil menundukan kepala karena ketakutan ini terus-menerus menghantuiku.

“Kadieu yuk ameng. (ke sini yuk main. )”

Deg...deg

Jantungku kembali berdetak ketika suara itu terdengar, ketika mendengar suara wanita dengan memakai bahasa sunda yang terdengar dengan nada yang cempreng di tengah hutan yang gelap.

Aku sengaja menghiraukan suara ajakan tersebut, tubuhku yang ketakutan hanya duduk dan menunduk. Dan berharap, suara itu akan menghilang kembali di tengah hutan setelah aku tidak merespon atas apa yang dia katakan.

Namun,

Aku merasakan sesuatu yang aneh, ketika aku mencoba menghiraukan suara tersebut. aku merasakan seperti sesosok tangan yang sedang memegang pundakku pada saat itu, juga kuku-kukunya yang tajam terasa ketika tangan itu menyentuhku secara perlahan.

Aku semakin ketakutan, karena tangannya yang terasa sangat kurus dengan kuku-kukunya yang Panjang kini memegang salah satu pundakku, dan menggerakannya secara perlahan hingga ke arah leherku.

Srettttttttt

Tangan tersebut bergerak secara perlahan, aku yang ketakutan hanya bisa terdiam ketika tangan itu bergerak dengan sendirinya. Namun, ketika tangan tersebut hampir saja menyentuh leher.

Plak

Aku reflek menepis tangan itu, aku yang awalnya duduk pun langsung berdiri dan berlari sambil menjauhi pohon tersebut beberapa langkah. Dan ketika aku membalikan badan untuk melihat sesuatu yang memegangku tadi, aku sungguh kaget atas apa yang aku lihat kini.

Aku melihat salah satu sosok wanita yang menggantung terbalik, tepat di salah satu dahan dari salah satu pohon tempat aku duduk tadi.

Tubuhnya menggantung seperti kelelawar, namun tidak terlihat sayap kelelawar yang terlihat di antara tangannya. Yang terlihat hanyalah tubuh yang kering kerontang tanpa pakaian dengan kuku-kukunya yang sangat panjang.

Wajahnya terkekeh-kekeh kepadaku. Rambutnya yang panjang dan terurai hingga kebawah, juga wajah yang terlihat sangat kurus dengan gigi-giginya yang tajam, terlihat dengan jelas olehku pada saat itu.

Kulitnya sangat pucat seperti mayat yang baru dikuburkan. Dan dia kini menggeleng-gelengkan kepalanya kepadaku sambil mengangkat tangannya dan melambaikan tangannya kepadaku seperti ingin mengajaku bermain dengannya di tengah hutan yang gelap ini.

“Naha make ngajauh, kadieu ngen urang ameng jeung kaula. (Kenapa menjauh, ke sini yuk main denganku. )”

Hihihihihihihi

Makhluk itu kembali berbicara kepadaku, bahkan kini dia tertawa dengan lepas ketika aku berdiri dan melihat wujudnya yang begitu menyeramkan. Tidak seperti mata merah dan suara langkah kaki yang mengikutiku tadi. Baru kali ini aku melihat makhluk dengan kedua mataku dengan sangat jelas, dan itu tepat berada di depan mataku.

Bukan kuntilanak, bukan genderuwo, bahkan bukan pocong. Namun sesosok makhluk aneh dan menyeramkan yang aku pun sendiri tidak tahu namanya.

ARGGGGGGGHHHHHHHHHH

Aku reflek berteriak di tengah hutan. Saking kerasnya suara yang aku keluarkan, bahkan sampai membuat burung-burung yang akan tidur di dalam sarangnya mendadak bangun dan terbang menjauh.

Dengan cepat aku melangkahkan kakiku lagi, meskipun rasa sakit yang perih karena terus-menerus berlari dan bekas duri yang melukai tubuhku terasa sangat menyakitkan. Tapi dalam pikiranku saat itu, aku harus segera menjauh dari makhluk yang dengan sangat jelas menampakan dirinya kepadaku.

“Bade kamana, kan urang ameng, ulah kabur! (Mau ke mana, kan mau main, jangan kabur! )”

Hihihihi

Hihihihi

HIHIHIHI

HIHIHIHI

Aku kembali mendengar suara dari makhluk itu ketika berlari menembus lebatnya hutan, bahkan aku sampai beberapa kali terjatuh karena kurangnya penerangan yang menerangi jalanku dan rasa panik yang terasa olehku pada malam itu.

Dan suara tawa yang memekakan telinga kini terdengar jelas olehku ketika aku berlari, meskipun tampaknya makhluk itu tidak mengejarku. Namun tetap saja, suara ketawanya yang sangat keras dan menyeramkan terdengar sangat jelas di telingaku.

Aku terus-menerus berlari tak tentu arah kali ini, aku tidak peduli ke mana aku akan berlari. Yang pasti aku harus berlari lurus dengan sekuat tenaga, agar aku tidak kembali ke tempat itu lagi.

Hingga, kurang lebih sepuluh menit aku berlari dengan ketakutan yang mendalam. Aku akhirnya berhenti di salah satu batu besar di tengah hutan. Dan aku yakin, aku tidak akan kembali ke tempat tadi lagi, karena aku tidak menemukan batu besar ini ketika aku berlari dan kembali beberapa kali ke tempat tersebut.

Hah hah hah

Lagi-lagi aku memegang kaki dengan kedua tanganku, keringat yang muncul dari badanku bercucuran dan menetes ke tanah yang kini berlumpur.

Aku sekarang tidak tahu ada di mana, aku tidak tahu akan bisa keluar dari Gunung Sepuh kapan, bahkan aku tidak tahu aku akan bertahan di hutan ini sampai pagi tiba atau tidak.

Aku benar-benar bingung, sedih, takut, dan pasrah akan keadaan ini.

Akhirnya aku menyenderkan tubuhku ke arah batu tersebut, dan berharap, tidak ada makhluk yang menampakan dirinya lagi di tengah hutan. Apalagi malam semakin larut, dan itu adalah waktu yang pas untuk mereka memunculkan dirinya.

Dengan tubuhku yang sangat kelelahan, aku akhirnya menyenderkan tubuhku di dekat batu tersebut untuk sekedar beristirahat.

Namun rupanya, terror yang aku alami belum selesai. Aku kini melihat setitik cahaya kecil di antara pepohonan hutan, namun cahaya kecil itu terlihat bergerak mendekatiku secara perlahan. Bersamaan dengan suara langkah kaki yang bergerak melewati semak-semak hutan.

Krosak, krosak, krosak

Aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum pasrah akan situasi yang aku alami sekarang. Bahkan aku sedikit memukul-mukul batu yang ada dibelakangku saking pasrahnya akan kondisiku saat ini.

“Ya tuhan, makhluk apa lagi yang ada di depanku itu? ”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dyah Puspa Satya
ikut tegang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status