Rafael menggaruk sebelah telinga dengan gusar, entah sudah berapa lama dia mendengar ocehan pria yang diikatkan di batang pohon ini. Kalau saja Asteria tidak melarangnya, dia pasti sudah memberikan sedikit arsenik pada pria berambut merah tersebut agar tertidur pulas.
"Katakan padaku bangsat! Kemana dia membawa putri Kyrena!?" cecar Lucien yang mencoba melonggarkan ikatan talinya. Rafael masih tidak memperdulikan ocehan pemuda itu, dia sibuk dengan belati yang sedang diasah. Rafael sudah seperti algojo yang menyiapkan pedangnya agar lebih tajam, mengerikan namun Lucien sama sekali tidak takut.
"Hei! Apa kau tuli, katakan padaku!?" peringat Lucien sekali lagi.
Rafael mulai memanas, dia sungguh terusik dengan suara cempreng milik pria berambut merah ini. Dia mulai bertanya
Tiga pemuda yang berbeda usia duduk di kursi tanpa memulai percakapan sama sekali. Salah satu dari mereka terus mengoceh kesal karena dirinya diikat pada sebatang pohon selama hampir satu hari ini, siapa lagi kalau bukan Lucien si pria pendiam. Entah bagaimana pemuda ini mendapatkan julukan pria pendiam tapi yang jelas, dia sama sekali tidak cocok dengan image yang ditempel orang-orang kepadanya."Lama tidak berjumpa William," sapa Asteria dengan bibirnya yang sedikit miring. Lucien memandang bocah di hadapannya dengan tajam, sapaan seperti itu sudah sangat lama tidak dia dengar semenjak identitas nya diganti. "Aku buka William lagi, Yang Mulia." Lucien yang menolak di panggil William hanya melipat kedua tangannya menantang."Meskipun kau bukan William tapi gaya bicaramu tetap saja informal padaku," sindir Asteria. Sejak awal
Sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya kalau mereka akan bertemu lagi, di waktu yang tidak terduga. Dia masih ingat jelas bagaimana gadis itu tersenyum lebar bermain bersama dengannya saat mereka masih kecil, tanpa beban dan rasa sakit. Bahagia selalu terpancar di wajah tampan nya saat mengingat kenangan-kenangan manis mereka, mengelus lembut pipinya hingga bersemu menjadi merah muda. Perasaan lembut itu tumbuh bersama dia seiring waktu, meskipun dia sudah tahu kalau sejak dahulu dia tidak bisa memenangkan hati gadis tersebut. Hati dan pikirannya sudah milik pria lain, dan dia hanya bisa mencintai di dalam diam. Menyakitkan? Tentu saja. Asteria menatap wajah tidur Kyrena dengan sendu, di tangannya terdapat
"Dari data yang saya kumpulkan, Yang Mulia Aron telah berhasil mengumpulkan sekitar 500 prajurit yang sudah menyebar di area kerajaan Drystan. Beliau juga sudah menjalin hubungan dengan beberapa fraksi yang menentang kerajaan Drystan dari 3 keluarga. Salah satunya adalah tetua dari klan monster tapi sampai sekarang kami belum bisa dengan pasti menyebutkan klan mana, sementara dua keluarga yang lain adalah Count Havardur dan saudara kandung raja Khrysaor yaitu Grand Duke Khattan Conrad." Rafael selesai membacakan laporan yang berhasil di kumpulkan oleh anak buahnya di Drystan. Asteria mendelik saat mendengarkan bahwa saudara kandung raja sendiri bahkan ingin menggulingkan kakaknya, sungguh kehidupan yang menyedihkan.Asteria percaya bahwa tidak ada satupun mulut dari para bangsawan yang dapat di percaya, semua hanya bualan semata dengan pedang bermata dua
Apakah seperti ini rasanya menjadi spesial bagi orang lain? Rasanya nikmat dan bahagia tiap detik seperti hujan yang turun di padang gurun. Hanya bersenggol tangan, berpapasan di jalan, atau mata mereka yang saling bertemu. Kyrena sudah tidak bisa membedakan yang mana dunia nyata dan imajinasi, kepalanya di penuhi oleh sosok Aron saja.Mungkin bumi akan terpecah bila Aron menghilang dari pandangannya, cinta memang sangat ironis. Gadis ini masih mengingat betul bagaimana teman-teman perempuan di akademik nya saat membicarakan pria idaman mereka. Penuh dengan tatapan binar, dan cinta mereka terasa sangat tulus juga naif. Kyrena tidak pernah menyangka kalau dia juga akan mengalami fase yang sama, akan sangat menyakitkan jika pria itu lebih dulu meninggalkan nya. Sejujurnya Aron tidak pernah secara gamblang mengajak dia untuk menjalin hubungan, tapi sikap putra mahkota Alvah men
"Gagak Hitam." Langkah Kyrena terhenti saat mendengar suara kecil Asteria. Alis nya bertaut untuk memastikan indera pendengaran nya, sebutan itu sangat familiar. Kyrena mencoba berpikir keras tapi kepalanya terasa sakit saat mencoba mengingat panggilan itu, kemudian Asteria menepuk bahunya. Gadis itu terserap kedalam netra biru langit indah milik Asteria, mata itu selalu berhasil membuat dia tertegun."Hei? Apa kau baik-baik saja?" tanya Asteria terdengar khawatir. Pria itu melihat Kyrena yang memegang erat kepalanya, tangan gadis itu mengepal di pinggir gaunnya. Kyrena seperti menahan rasa sakit."Aku baik-baik saja""Begitu kah? Baiklah aku akan mengantarmu ke sana," tawar Asteria, tapi ditolak oleh Kyrena."Tidak
Hari ini seluruh keluarga kerajaan Alvah lengkap berkumpul di ruang makan dengan Kyrena. Allerick duduk di kursi kebersarannya dengan Kyrena yang berada di seberang meja panjang. Kyrena adalah tamu spesial, dan tentu saja dia akan terus di perlakukan spesial sampai purtri itu keluar meninggalkan kerajaannya."Bagaimana hidangannya putri? apa kamu menyukainya?" tanya Allerick selaku pemilik rumah. "Tentu saja sangat lezat Yang Mulia, para koki kerajaan menyiapkan hidangan yang luar biasa setiap harinya,"jawab Kyrena tulus."Syukurlah kalau kamu menyukainya. Ini pertama kalinya kita menyantap makanan dimeja yang sama, saya beraharap kamu merasa nyaman dengan kehadian saya.""Tentu saja Yang Mulia, ini suatu kehormatan bagi saya bisa makan semeja dengan Yang Mulia raja. Mohon anda untuk tidak sungkan kepada saya," ujar Kyrena dengan senyuman tipis. Tanpa disadari oleh siapapun Aron memperhatikan Kyrena dengan seksama, tatapannya sangat lembut dan
Kata orang iri hati adalah penyakit yang tidak akan pernah bisa sembuh. Kalau dipikirkan sebenarnya Alice tidak punya alasan yang jelas mengapa dia tidak suka melihat kehadiran Kyrena, tapi saat ini dia sudah punya alasan yang jelas mengapa dia sangat membenci Kyrena. Gadis itu selalu melampaui nya. Bagi Alice, kakaknya yang kedua adalah orang yang paling sulit untuk dia curi hatinya, meskipun Asteria tidak secara gambling menunjukkan nya tapi Alice masih bisa merasakan kalau kakaknya itu tidak begitu senang dengan kehadirannya. Asteria terkadang selalu menjauhinya bahkan disaat pria itu hanya memiliki sedikit waktu di istana, pria itu hanya selalu memberikan hadiah-hadiah kecil dari perjalanannya tapi dia tidak pernah menunjukkan kasih sayang yang didambakan Alice darinya.Tapi melihat interaksi Asteria saat di meja makan bersama dengan Kyrena membuat rasa sakit dihatinya seperti ditaburi garam. Pedih melihat kakaknya yang selalu melempar raut wajah dingin bisa dengan mudah
Saat ini Kyrena duduk di pojok perpustakaan kerajaan Alvah, dengan kacamata yang sudah lama bertengger di hidungnya. Ini sudah tengah hari, entah berapa lama gadis itu menghabiskan waktu hanya dengan tumpukkan buku-buku tebal yang lusuh. Yang pasti Kyrena selalu menikmati waktu seperti ini dengan santai, apalagi belakangan ini dia selalu di ganggu oleh kehadiran Asteria. Kyrena cukup yakin saat ini perpustakaan adalah tempat pelarian yang tepat, walaupun pria itu berhasil menemukannya, dia tidak akan bisa berisik dan riburt di perpustakaan. Ibarat kata sekali dayung dua-tiga pulau terlewati, perpustakaan memang tempat terbaik untuk bebas.“Putri?” suara Alice mengintrupsi Kyrena. Awalnya Alice memang berniat ingin menghabiskan waktunya bersama Aron di perpustakaan seperti yang biasanya mereka lakukan, siapa sangka ternyata dia malah harus bertemu Kyrena. Orang yang paling dia benci saat ini.“Ah putri Alice, maafkan saya karena bersikap kurang sopan,&