Share

7 | Alice

Disepanjang jalan menuju Istana, Kyrena mengutuk dirinya sendir. Kenapa sama sekali tidak terpikirkan olehnya bahwa Asteria itu adalah pangeran? 

Maksudnya, pria itu bahkan berkata kalau mereka pasti akan bertemu lagi bukan?

Gadis bersurai hitam itu juga masih kesal dengan tawa mengejek Aron dibelakangnya. Kyrena tidak bisa menyembunyikan wajah yang menahan malu, sepertinya ia harus segera bertemu dengan Asteria dan berterimakasih. Tetapi Aron memberitahukan padanya bahwa Asteria adalah pangeran yang paling jarang berada di istana, dia bisa pergi berbulan-bulan dari istana dan kembali hanya untuk mengambil barang penting saja. Sungguh pangeran yang tidak berbakti pada negara.

"Sudahlah, kamu sudah lebih dari cukup tertawa," ucap Kyrena dengan suara kecil. Aron menggeleng, sebelum matahari terbenam akhirnya mereka sudah sampai di pintu gerbang sebelah timur. Kedua prajurit yang bertugas saat itu tampak sedikit kaget melihat Aron berjalan bersama tuan putri dari Drystan, seorang prajurit berbisik pada Aron kalau Jason mencarinya sejak siang hari saat mereka menyelinap keluar istana, 

"Sst, rahasiakan ini yah." Bisik Aron pada prajurit tersebut. 

"Apa aku telah mencuri waktu berhargamu?" tanya Kyrena.

"Tentu saja tidak, Jason terlalu serius dengan banyak hal."

Kyrena menghentikan langkahnya, dia mengembalikan jubah itu kepada Aron, sungguh dia menikmati hari ini. 

"Terimakasih atas waktumu, aku sangat menikmatinya."

***

Kyrena melangkahkan kaki menuju kamarnya, di sepanjang lorong ada banyak pelayan dan prajurit yang berbisik-bisik tentangnya. Berita tentang datangnya Perwakilan dari Drystan telah menyebar dengan cepat didalam Istana, dan tidak sedikit dari mereka yang takut akan kehadiran Kyrena. 

"Mereka hidup bersamaan dengan monster, kudengar mereka juga membawa monster tersebut ke dalam istana." 

"Ssst!" 

Kyrena memandang ketiga pelayan yang sedang berbicara tentang mereka dengan senyuman tipis, ketiga pelayan itu menundukkan kepala mereka dengan perasaan takut. 

Swosh~

Lucien muncul secara tiba-tiba menggunakan sihir dibelakang Kyrena, hal tersebut membuat ketiga pelayan semakin ketakutan mengingat insiden yang baru-baru ini terjadi dimana Asteria terluka karena menggenggam pedang Lucien. 

"Tuan putri, apakah anda ingin beristirahat?" tanya Lucien dengan sopan. 

Kyrena membalikkan badannya dengan wajah yang murung dia berkata "Kau membuat mereka ketakutan! Gara-garamu aku tidak jadi berbicara pada mereka." Kyrena menghentakkan kaki dan berjalan dengan cepat ke arah kamarnya. 

Lucien terlihat bingung dengan pernyataan Kyrena, begitupula dengan ketiga pelayan yang di tunjuk olehnya. 

Kyrena melompat keatas kasur, kemudian memeluk bantal. Tidak lama setelah itu Luna datang menghampiri Kyrena dengan keranjang yang penuh buah anggur segar. 

"Kyrena lihat apa yang kubawa! Aku yakin kamu pasti menyukainya, ini buah anggur, rasanya manis dan asam. Aku mendapatkannya dari teman baruku tadi siang." Ucap Luna yang membuat Kyrena tampak semakin menyedihkan. 

Berbeda dengan Kyrena, Luna dengan cepat menjadi terkenal di kalangan prajurit dan pelayan. Dia memiliki banyak teman sekarang, bahkan mendapatkan makan-makanan yang enak dan perhiasan dari teman barunya. Setiap kali Kyrena muncul, orang orang akan takut padanya dan meninggalkan dia seorang diri bahkan sebelum dia berbicara. 

Terkadang disaat dia sudah berhasil mendekati satu atau dua orang, entah disengaja atau tidak pria itu—Lucien muncul secara ajaib di belakangnya. Mengatakan hal-hal aneh yang membuat orang-orang takut dan berakhir pergi menjauhi Kyrena. 

"Aku iri padamu," pungkas Kyrena sambil melahap anggur yang dibawakan oleh Luna. 

"Kamu belum mendapatkan teman? Bagaimana jika besok kamu bersama denganku saja?" usul Luna dengan wajah bulat, mulutnya penuh oleh anggur. 

"Bagaimana kalau nanti kamu malah jadi di jauhi karena aku?" Luna menggeleng dan memastikan Kyrena agar percaya padanya. 

***

Hari ini Luna membantu Kyrena mengepang rambutnya menjadi dua bagian dan membentuk gulungan di dua sisi kepala gadis itu. Kyrena mengenakan gaun berwarna Kuning selutut dengan bunga-bunga di pinggangnya, dia tampak sangat segar sekarang. 

Di perjalanan menuju dapur Luna memberikan beberapa saran agar Kyrena dapat memulai topik pembicaraan dengan baik seperti bercerita tentang novel romansa atau jenis pakaian dan perhiasan yang sedang panas di bicarakan oleh para gadis-gadis muda seusia mereka. 

"Luna!" panggil seseorang di hadapan mereka sambil melambaikan kedua tangannya.  

Luna membalas lambaian tangan Amelia dengan senyuman yang penuh. Di samping itu Kyrena mulai merasa gugup saat akan bertemu dengan mereka, sesampainya di hadapan mereka Luna secara langsung berbaur dengan baik sementara Kyrena diam mematung ditempat dia berdiri. 

Sepertinya ini tidak akan berhasil.

Teman Luna yang lain mulai menyadari keberadaan Kyrena dan menjadi sedikit risih, mereka takut pada Kyrena. 

"Kudengar, baru-baru ini perhiasan berbentuk bulan sedang panas di kalangan bangsawan," ucap Amelia pada Luna. 

"Benarkah?" Kyrena bersuara dengankecil, Amelia mengangguk dengan yakin. 

"Ah kalau begitu pas sekali, tiara putri kami berbentuk bulan sabit yang indah. Benarkan putri Kyrena?" sahut Luna dengan semangat. 

"I..iya benar. Aku juga membawa banyak perhiasan berbentuk bulan, di tempat asal kami perhiasan bentuk bulan sangat diminati baik dari kalangan bangsawan maupun masyarakat biasa," Lanjut Kyrena. 

"Kalau dipikir-pikir pita yang tuan putri pakai untuk mengikat rambut juga memiliki motif bulan, Indah sekali!" seru yang lainya. 

Kyrena tersenyum karena suasana mulai mencair, "Kalau kalian menginginkannya aku akan senang hati memberikan beberapa, kebetulan aku memang membawa perhiasan yang cukup banyak,"

"Benarkah!?" Semua orang tampak bahagia dengan perkataan Kyrena. Luna menunjukkan kedua jempolnya pada Kyrena karena telah berhasil mendapatkan teman baru di istana. Tidak lama setelah itu Amelia dan yang lainnya menunduk. Luna dan Kyrena saling menatap, mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi. 

"Salam kepada Matahari yang agung, Yang mulia putri Alice." 

Kyrena memandang gadis itu, yang pertama kali muncul dibenaknya bahwa gadis itu sangat-sangat cantik layaknya dewi yang turun dari kayangan. 

Rambutnya berwarna putih bersih dengan matanya yang keemasan, wajahnya kecil dan senyumannya sangat indah. Sungguh kecantikan yang diluar nalar. Tanpa sadar Alice yang sedari tadi di lihat oleh Kyrena sudah berada di hadapannya. 

"Kamu..., putri Kyrena bukan?" tanya Alice dengan suara yang lembut. 

Kyrena tersadar dari lamunannya dan membenarkan perkataan Alice, "Kudengar semalam kamu menghabiskan waktu dengan kakakku Aron, maaf karena baru berkenalan dengan mu."

"Tidak apa-apa saya bisa mengerti kesibukan Putri Alice." Kyrena membantah hal tersebut. Memang sedikit susah bila berbicara dengan orang yang sangat cantik, Kyrena takut salah bicara dan menyakiti hati Alice. 

Aron menceritakannya semalam, kalau Alice merupakan satu-satunya putri di kerajaan ini dan merupakan anak terakhir dari Raja Allerick. Meskipun Aron, Asteria, dan Alice bersaudara, Alice adalah anak dari seorang selir. Meskipun begitu Aron sungguh menyayangi Alice karena dia adalah adik perempuannya, Kyrena pun akan sependapat dengan Aron jika Alice yang dia maksud secantik dan seimut ini. 

"Sebagai gantinya maukah kamu hadir diacara minum teh ku? Beberapa teman dari keluarga bangsawan yang lain juga akan hadir, aku bisa mengenalkanmu pada mereka." 

Kyrena sungguh tidak bisa menolak permintaan Alice, dia sudah seperti tokoh protagonis yang sangat naif dan polos di mata Kyrena. 

"Tentu saja, saya merasa sangat terhormat untuk menghadirinya." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status