Share

Kak, Kalian Sungguh Kejam
Kak, Kalian Sungguh Kejam
Author: Olive Raven

Bab 1

Author: Olive Raven
Aku meninggal di ruang bawah tanah karena kekurangan oksigen.

Saat aku kembali sadar, aku mendapati arwahku berada di dekat ketiga kakak laki-laki aku.

Mereka baru pulang ke vila. Kakak sulungku, Joseph Handoko, dan kakak keduaku, William Handoko, sedang berbicara dengan nada penuh kasih sayang kepada adik angkatku, Linda Sunardi.

"Untung kali ini cepat-cepat pergi ke rumah sakit, jadi kamu bisa sembuh dengan cepat."

Kakak ketigaku, Albert Handoko, berkata dengan sangat cemas,

"Kata dokter, tubuhmu masih lemah, harus tambah banyak nutrisi."

Sambil berkata, Albert mengambilkan sepotong daging ke piring Linda.

Pelayan yang berdiri di samping mengingatkan, "Tuan Muda, sudah tiga hari Nona Rina di ruang bawah tanah dan nggak ada pergerakan ...."

Joseph mendengkus dan menyeletuk, "Linda baru keluar rumah sakit hari ini. Buat apa sebut-sebut pembawa sial itu?"

Pelayan ingin berbicara lagi, tetapi menjadi diam karena mendapat tatapan mata yang tegas dari William dan Albert.

"Dia pasti sengaja masak bubur seafood karena tahu Linda alergi seafood."

"Aku bahkan mengira dia sudah mulai menerima Linda. Ternyata, dia sudah menyusun rencana dari sebelumnya!"

Linda berpura-pura takut dan berkata,

"Sudah berhari-hari Kak Rina dihukum di ruang bawah tanah sendirian karena aku. Kak Rina nggak akan marah setelah keluar, 'kan?"

Joseph berucap dengan ekspresi cuek,

"Linda, jangan takut. Kami terlalu memanjakannya dari dulu, nggak pernah memberinya pelajaran."

"Setelah kali ini, dia pasti nggak akan berani merundungmu lagi."

Sambil berkata, Joseph mengambil ponselnya dan terus memperbarui kotak dialog denganku. Riwayat percakapan kami berhenti pada tiga hari yang lalu.

Dalam tiga hari ini, aku tidak mengirimkan pesan, bahkan tidak meneleponnya. Tatapan mata Joseph menjadi lebih marah.

"Sialan anak itu. Sudah berhari-hari, dia juga nggak kirim pesan untuk tanyakan kabar Linda!"

Pada saat ini, Linda mengambil inisiatif untuk memegang tangan Joseph dan sengaja berkata dengan sedih,

"Jangan membuat Kak Rina salah paham. Aku hanya ingin menjadi temannya, bukan ingin merebut sesuatu darinya."

Joseph menaruh ponselnya. Dia dengan sedih mengelus kepala Linda, lalu berucap,

"Linda, kamu memang baik hati. Nggak kayak dia, nggak punya hati."

William memikirkanku. Tatapan matanya penuh rasa cuek.

"Iya. Beraninya dia mengincar anggota keluarga demi merebut kasih sayang? Dia terlalu kejam!"

Albert mengangguk karena setuju. Dia mendengkus, lalu berkata,

"Sudah dikurung tiga hari. Kecuali dia mengaku salah, lalu berlutut dan minta maaf pada Linda, aku akan mengusirnya dari rumah!"

Aku berdiri di samping dan mendengarkan percakapan mereka. Aku merasa geli.

Hanya saja, tidak ada orang yang dapat memperhatikan pergerakan arwahku.

Sejak aku kecil, orang tuaku telah meninggal karena sakit. Ketiga kakakku memusatkan semua perhatian padaku.

Suatu hari, aku ingin memiliki teman sebaya. Lalu, ketiga kakakku menemukan Linda di panti asuhan.

Aku bergembira atas kedatangan Linda, tetapi Linda selalu memfitnahku di depan ketiga kakakku. Hal itu membuat ketiga kakakku makin hari makin menjauh dariku.

Begitu pula kali ini. Tanpa menanyakan sebab-akibat, ketiga kakakku mengurungku di ruang bawah tanah yang kecil.

Aku berupaya keras untuk melawan, tetapi udara di dalam ruang bawah tanah yang kecil itu terus menipis.

Aku menggedor pintu ruang bawah tanah dan terus memohon agar mereka mengeluarkan dari sana.

Akan tetapi, ketiga kakakku hanya memarahiku dengan ekspresi cuek.

"Nggak usah teriak-teriak! Ini salahmu sendiri. Kalau bukan karena kamu, mana mungkin Linda menderita karena alergi?"

"Kalau kubilang, kami terlalu baik padamu selama ini sehingga kamu merundung Linda. Kamu di dalam saja!"

Sambil berkata, William memasang rantai, sedangkan Albert menaruh benda berat di atas pintu ruang bawah tanah. Hal itu mematahkan peluang terakhirku untuk menyelamatkan diri.

Sekarang, saat melihat Linda yang berpura-pura senyum terhadap ketiga kakakku, aku sekali lagi menyeringai dengan kecewa.

Kakak-kakakku, adik yang paling mencintai kalian di dunia ini sudah mati karena kalian!
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
kau mati karna ulahmu, ngapain minta yg gak2
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kak, Kalian Sungguh Kejam   Bab 9

    Joseph langsung melempar sebuah ponsel ke William dan Albert.Mereka membuka ponsel itu dengan bingung.Detik berikutnya, ekspresi wajah mereka berubah.Di dalam ponsel itu, ada semua bukti kejahatan Linda.Sejak dibawa ke rumah, Linda sengaja menginjak mainannya, tetapi Linda membuat mereka mengira itu adalah perbuatan Rina sehingga mereka marah besar pada Rina.Sampai pada tiga hari yang lalu, Linda sengaja memberikan alergen pada Rina dan memfitnah Rina lagi.Setiap video merekam adegan di mana Rina dimarahi oleh ketiga kakaknya, sedangkan dia berdiri di samping sambil tersenyum.Albert langsung menendang wajah Linda dengan sekuat tenaga. Matanya merah saat dia berteriak dengan suara melengking,"Kami salah paham terhadap Rina selama ini. Semua itu adalah perbuatanmu?""Jangan lupa, kamu bisa dibawa ke rumah ini karena Rina!""Kenapa kamu melakukan semua itu? Kenapa?"Mulut Linda penuh darah. Tatapan matanya menjadi tegas. Dia menoleh pada ketiga kakakku dengan agresif."Lalu? Aku a

  • Kak, Kalian Sungguh Kejam   Bab 8

    Saat Joseph berpegangan pada dinding, ponselku yang digenggam dengan erat olehnya berdering lagi.Aku meliriknya sekilas. Albert menelepon.Albert adalah seorang pelukis berbakat yang sangat menyukai warna-warna yang indah.Empat hari lalu, aku menemukan sejenis pigmen merah yang sangat langka untuk Albert. Aku percaya Albert pasti akan suka saat melihatnya.Tak disangka, aku sudah mati sebelum Albert menemukan kejutan itu.Joseph menjawab panggilan telepon. Di telepon, nada suara Albert menjadi lembut."Sudah, Rina. Jangan marah lagi.""Kamu memang sudah salah. Di mana pun kamu sekarang, cepat pulang. Kakak akan membelamu."Joseph memotong perkataan Albert dengan suara dingin,"Albert, kamu yang suruh bakar mayat itu?""Itu mungkin adalah adik kita!"Di sebelah sana, Albert tiba-tiba terdiam.Detik berikutnya, terdengar suara Albert yang gemetar."Jangan-jangan, itu benaran ....""Nggak mungkin, Rina nggak mungkin jadi begitu. Baru tiga hari dikurung di ruang bawah tanah, 'kan? Mana m

  • Kak, Kalian Sungguh Kejam   Bab 7

    Linda datang dengan tergesa-gesa. Ketika Linda hendak menyentuh Joseph, Joseph menepis tangannya."Minggir!"Joseph berteriak dengan suara melengking. Linda ketakutan hingga terjatuh ke samping. Dia mengedipkan mata beberapa kali dan air matanya menetes.Hanya saja, kepura-puraan itu tidak mendapatkan rasa simpati dari Joseph.Mata Joseph yang merah menoleh pada pelayan yang berdiri di samping dengan gemetar. Dia membentak,"Mayat di dalam, kalian pindahkan ke mana?"Pelayan-pelayan ketakutan. Salah seorang pelayan memberanikan diri untuk menjawab."Tuan Muda Joseph, Tuan Muda Albert bilang itu terlalu menjijikkan dan menyuruh kami membakarnya!""Baru selesai dibakar ...."Mendengar itu, mata Joseph buram dan kakinya menjadi lemas. Kring ....Tepat saat itu, ponselku yang digenggam dengan erat oleh Joseph berdering.Aku meliriknya sekilas. William menelepon balik.Begitu telepon tersambung, terdengar suara William yang disertai tangisan."Rina, untung kamu angkat telepon. Itu salah pa

  • Kak, Kalian Sungguh Kejam   Bab 6

    Saat Joseph kembali sadar, wajahnya yang galak seperti singa jantan sudah berlinang air mata.Mengapa dia bisa melupakan hal itu?Uangku telah disuntikkan pada perusahaan di saat Joseph menghadapi krisis terbesar untuk membantunya melewati masa tersulit.Joseph terlalu marah sehingga mengira aku kabur membawa uang.Berpikir demikian, hati Joseph tiba-tiba terasa sakit.Rasa sakit yang tiba-tiba di bagian dada meningkatkan kegelisahan di hatinya.Linda berpura-pura sedih saat memungut ponsel yang terjatuh ke lantai dan menyodorkannya pada Joseph.Jari-jemari Joseph gemetar. Dia memegang ponsel itu dengan erat.Joseph membuka riwayat obrolan denganku di ponselnya.Obrolan terakhir kami berhenti pada tiga hari lalu. Saking jengkel, Joseph mengetuk aksesori pelindung ponsel."Kak Joseph, jangan khawatir ...."Linda berpura-pura lemah gemulai, tetapi Joseph langsung mengentakkannya.Joseph bergegas berjalan menuju ruang bawah tanah.Joseph ingin melihat benda apa yang ada di dalam ruang baw

  • Kak, Kalian Sungguh Kejam   Bab 5

    Ketiga kakakku bergegas membawa Linda kembali ke ruang tamu.Sebelum Linda sempat berbicara dengan munafik lagi, Joseph menelepon seseorang."Bekukan semua rekening Rina.""Cetak setiap pengeluaran Rina sebelum ini. Lalu, coba cek rumah lama Ayah dan Ibu.""Aku mau lihat Rina pergi ke mana dalam tiga hari ini dan di mana saja dia bertransaksi."Setelah memberi perintah dengan suara dingin, Joseph mengakhiri panggilan telepon.Dengan mencetak catatan pengeluaran, Joseph dapat mengetahui ke mana saja aku dalam tiga hari ini.Pada saat itu, Joseph pasti akan memberi pelajaran keras padaku!Aku mencibir. Mungkin Joseph sudah lupa.Sebelumnya, perusahaan hampir bangkrut karena keputusannya yang tidak tepat. Banyak pemegang saham menarik dana investasi mereka.Ketika Joseph putus asa, aku menggunakan semua uangku untuk membantu perusahaan bangkit kembali. Termasuk semua uang yang diberikan oleh ketiga kakakku, serta aset yang ditinggalkan padaku oleh orang tuaku.Sekarang, selain status, ak

  • Kak, Kalian Sungguh Kejam   Bab 4

    Cahaya yang masuk dari luar mengusir kegelapan di dalam.Aku maju untuk melihat dengan lebih dekat. Mayatku tergeletak di dalam sana.Dikarenakan ruang bawah tanah tertutup dan suhunya panas, mayatku yang baru mati selama tiga hari menjadi seperti sudah sekitar sepuluh hari.Mayat di dalam membusuh dan menghasilkan banyak serangga kecil yang terus menggeliat.Bagian wajahnya menghitam karena kurang oksigen. Setelah membusuk selama berhari-hari, mayatku sulit untuk bisa dikenali.Aku tiba-tiba merasa panik. Aku bergegas mengadang di depan ketiga kakakku karena tidak ingin mereka melihat mayat yang begitu jelek.Setidaknya, aku masih bisa memiliki sedikit martabat sebelum mati.Hanya saja, semua usahaku sia-sia.Wajah Joseph menjadi pucat pasi. Di tengah keheningan, Joseph dengan panik mundur selangkah. Bibirnya gemetar saat berbicara."Itu ... itu apa?"Bau busuk dan adegan yang mengerikan itu membuat Joseph mundur dengan ekspresi jijik."Cepat singkirkan! Jijik sekali!"Pelayan yang be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status