Home / Rumah Tangga / Kakak Ipar Adalah Maut / Bab 4 - Mulai Curiga

Share

Bab 4 - Mulai Curiga

Author: Ratna Fa
last update Last Updated: 2024-08-07 22:26:28

“Calya, segitunya lo benci sama adik ipar lo itu, bahkan udah berapa tahun Calya. Kenapa sih lo masih dendam sama dia.” Suara dari seberang telepon suaranya terdengar merendah.

Mendengar itu Calya merengut, dia terdiam sesaat lalu memikirkan pertanyaan barusan.

‘Kenapa gue benci sama Nala?’

‘Kenapa?’

‘Ah kalau nggak suka, ya nggak suka aja emangnya harus ada alasan. Lagian gara-gara dia juga hidup gue sama Gala jadi berantakan.’

“Calya … Hello … any bdoy home … spada … lo masih di tempat kan?”

“Eh … hum …. Sorry. Emangnya harus ada alasan kalau gue nggak suka sama seseorang?”

Tanya Calya balik.

Di sana, orang yang ditelpon oleh Calya terdiam sesaat lalu setelah jeda ada suara jawaban, tawa keras terdengar setelahnya.

“Hahahaha … bener kata lo, emangnya harus ada alasan. What ever lah ya, sekarang lo bisa transfer ke gue lagi biaya ongkos jalan sama ke orang pintarnya, kan?”

“Nggak masalah, ntar gue transfer, tapi ….”

“Apa? Lo masih punya permintaan?”

“Iya, gue mau lo bilang ke orang pintarnya, bikin adik ipar gue makin parah atau buat dia mampus sekalian.”

“Hm … bisa diatur itu mah, asal ada cuan …”

“Oke, pokoknya gue serahin semuanya sama lo, ingat ya, jangan kayak sebelumnya, gue nggak habis pikir sama si Nala, dia kenapa kek nggak mempan sih diapa-apain sama kita.”

Suara Calya terdengar sedikit keras, ekspresi wajahnya terlihat kesal.

“Calya, jangan khawatir kali ini gue bakal beresin semuanya, lo percaya sama gue kan?”

“Hum … gue selalu percaya sama lo.”

“Sip … jangan lupa, transfer cuan-nya.”

“Oke …”

“Bye Calya …”

“Hum ….”

Setelah itu suara panggilan terputus.

Tidak butuh waktu lama bagi Calya, dia membuka aplikasi M-banking miliknya lalu dengan cepat pula dia mentrasnfer sejumlah uang ke sebuah rekening atas nama seseorang di laman favoritnya.

Setelah terproses Calya mengirimkan bukti transfer yang baru saja dia lakukan.

TERKIRIM 1.000.000

Di tempat lain, seseorang yang menerima pesan dari Calya tersenyum bahagia saat dia mendapati pesan yang berisi bukti transfer dari Calya.

Senyuman di wajah wanita yang usianya tak jauh dari Calya itu terus melebar.

Setelah sekian detik senyuman itu berubah menjadi senyuman sinis, dia bergumam sendiri.

“Aku bahkan bisa hidup tanpa bekerja dengan uang seperti ini, Calya, dia memang wanita menyebalkan tapi … kalau bukan karena uang gue malas berteman sama dia. Wanita menyebalkan.”

….

Kediaman Keluarga Wistara.

Nala dan Bi Darmi sudah berada di halaman belakang rumah.

Halaman itu sangat luas.

Ada banyak pohon di sana, berbagai macam tumbuhan bunga dan rumput yang tertata rapi.

Iya, Nala memang rajin merawat halaman belakang rumah keluarga itu.

Halaman luas itu bisa digunakan untuk bermain bola.

Rumput yang dirawat oleh Nala sangat bagus, begitu juga bunga-bunga yang tertanam di pot berada di pinggiran tembok, mereka tumbuh subur.

Pohon besar yang ada di sana membuat rindang halaman belakang.

Hanya saja, Nala dan Bi Darmi yang sering berada di halaman belakang tersebut.

Bagi Calya dan Gala, halaman belakang adalah tempat yang membosankan dan juga sangat mereka hindari.

Mereka berdua bahkan tidak pernah ke sana, bagi keduanya halaman belakang hanya membuat keduanya mengingat kenangan kedua orang tuanya.

Pernah suatu hari Calya murka, karena Nala sibuk berkebun dan merawat tanaman di sana.

Tapi Bi Darmi menenangkan Calya, kalau semua itu dilakukan karena Bi Darmi juga yang meminta agar halaman belakang tidak terlihat seram dan menakutkan.

Atas permintaan Nala pada Gala.

Akhirnya Calya bisa menerima dan membiarkan Nala dan Bi Darma merawat halaman belakang rumahnya.

Nala dan Bi Darmi membuang bungkus kain putih ke dalam tong sampah kaleng yang ada di sudut halaman.

Bi Darmi bergegas berjalan ke arah dapur mengambil pematik.

Setelah itu dia kembali dan berdiri di sisi kanan Nala.

“Ini Non …”

“Bi, apa karena benda seperti ini juga aku sering mimpi macam-macam.”

Bi Darmi menoleh, menatap nanar wajah wanita yang terlihat lusuh di sampingnya itu.

“Non, emang suka mimpi apa?” tanya Bi Darmi penasaran.

“Aku sering mimpi buruk dan kadang suka dikejar-kejar orang Bi.”

“Ya Allah, Non … ada-ada aja.”

“Menurut Bi Darmi?”

“Apa Non, mau Bibi carikan orang pintar?”

“Hah? Orang pintar? Dukun maksudnya? Bi, biar aku nggak paham agama tapi aku takut kayak gitu-gituan.”

“Bukan Non, maksudnya kek semacam Kyai atau Ustad gitu loh, kayak di tv yang sering Bibi lihat kalau pas senggang.”

“Hm … apa iya Bi?”

Bi Darmi mengangguk lalu menjawab, “Non mau?”

Nala terdiam, dia menoleh ke tong sampah, tepatnya fokus pada bungku kain putih di dalam tong sampah itu.

Bi Darmi mengikuti arah pandang Nala.

Lalu keduanya terdiam.

“Nggak perlu Bi? Aku takut nanti kenapa-kenapa. Selama kita percaya sama Allah, pasti dilindungi kan?”

Nala berkata dengan suara pasrah.

Bi Darmi menatapnya dan berkata, “Kalau Non Nala nggak yakin, ya udah nggak usah, kita berdoa aja semoga dijauhkan dari hal-hal buruk.”

“Aamiin …”

“Jad dibakar nggak Non?” tanya Bi Darmi.

“Iya …”

Setelah itu Nala menyalakan pematik lalu membuang ke tong sampah.

Api mulai menyala dan melahap bungkus kain putih di depan mereka.

Keduanya terdiam menatap api yang menyala di hadapan keduanya.

Nala, dalam diam teringat akan kejadian beberapa tahun yang lalu saat dia jatuh sakit dan dokter menyatakan bahwa Nala tidak memiliki riwayat penyakit apa pun selama dirawat.

Itu artinya, dia tidak sakit tapi tubuhnya lemas selama beberapa bulan dan harus dirawat di rumah sakit.

Bahkan hanya Bi Darmi yang peduli padanya.

Meski Calya dan Gala, suaminya itu hanya merawat Ayunda tanpa mempedulikan dirinya.

Mengingat semua itu Nala semakin yakin, ada seseorang yang berusaha ingin membuat dirinya celaka.

‘Tapi siapa?’

‘Aku tidak pernah menyinggung perasaan orang lain.’

‘Atau …’

‘Ah, Nala jangan mengada-ngada, tidak mungkin!’

Nala menggelengkan kepalanya kuat.

Bi Darmi yang melihat hanya mengerutkan dahinya.

“Non, ayo masuk. Bersih-bersih dulu, Non belum mandi.”

“Hm … Iya Bi.”

Keduanya berbalik setelah api padam. Berjalan masuk ke dalam rumah.

Nala masih memikirkan kejadian yang baru saja dia alami.                  

Lalu dia teringat perkataan sahabatnya saat dia sakit.

“Nala, gue yakin penyakit lo ini nggak bener, ada sesuatu yang mencurigakan. Lagian suami lo kok bisa sih cuek banget, istri sakit dia santai aja di rumah. Jagain kek istrinya.”

Nala berjalan sambil mengingat semua ucapan sahabatnya itu.

Dia selama ini tahu, Gala, suaminya itu memang sudah berubah.

Sejak melahirkan Ayunda, suaminya bahkan sudah tidak peduli dengannya dan mereka sebenarnya sudah pisah ranjang sejak lama.

‘Apa Mas Gala punya wanita lain?’

‘Bungkusan itu … apa jangan-jangan …’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 40 - Rumah Impian Nala - End

    Seminggu kemudian …“Terima kasih Mas Totok atas bantuannya selama ini, kalau nggak ada Mas, saya nggak tahu apa yang terjadi sama keluarga saya.” Ucap Nala, dia duduk bersebelahan dengan Bi Darmi, di depannya Totok duduk dengan posisi tegak dan sopan.Sebelum menjawab Totok tersenyum, “Mbak, semua itu atas pertolongan Allah, saya hanya perantara, Insha Allah kalau kita istiqomah Allah akan kasih kemudahan. Jangan lupa ya selalu tepat waktu sholatnya, kalau bisa.”“Iya, makasih banget Mas.” Lanjut Nala.“Sebenarnya semua ini atas usul Mas Abian loh, saya diminta bantu Mbak Nala dari Mas Abian.”“Abian Diandra?” tanya Nala terkejut.Totok hanya mengangguk lalu menatap Bi Darmi.Reflek Nala menatap Bi Darmi.Perempuan paruh baya itu tersenyum lalu berkata, “Iya, Maaf ya Non Nala, sebenarnya selama ini saya suka curhat sama Mas Diandra, saya jangan dimarahi ya, saya hanya berusaha mau bantu keluarga Non Nala sama Mas Gala.”Nala menarik napas panjang, dia berhutang budi lagi sama Diandra

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 39 - Kebenaran Yang Terungkap

    Saat itu sebuah suara datang dari luar ruangan.“Maaf, Pak Gala, Bapak tidak bisa masuk ke ruangan Pak Adi, karena sedang ada tamu.” Ujar seorang pegawai di sana.Gala tidak peduli, dia sejak tadi sudah mengatakan dengan baik-baik bahwa dia ingin bertemu langsung dengan Adijaya tapi para pegawai terus menghalanginya.Kali ini Gala berkata sambil melotot, “Aku tidak peduli, minggir atau …”Mendapat ancaman dari Gala, si pegawai wanita tidak berani menatap lalu dia dengan enggan minggir dan pada akhirnya membiarkan Gala masuk.Karena semua pegawai di sana juga memberi kode kepadanya untuk membiarkan Gala masuk, mereka tidak ingin kantor mereka kacau, siapa yang tidak kenal keluarga Wistaram terutama Calya, semua pegawai tidak ingin berhubungan dengan keluarga Wistara.Dengan cepat Gala membuka pintu, dia tidak terkejut sama sekali melihat Karina sedang berada di dalam ruangan bersama Adijaya.“Wah, siapa yang datang, Gala Wistara, akhirnya kamu datang sendiri.” Ujar Adijaya, dia berdiri

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 38 - Sebuah Perjanjian

    Festival Pameran Perhiasan Perak sudah sebentar lagi.Di ruangan kerja Diandra …“Pak, ini datanya, semuanya ada di sini, beberapa keleksi perhiasan punya kita yang akan kita pamerkan nanti.”Ujar seorang karyawan pria dengan tubuh kurus, tinggi dan terlihat berwibawa.Dia adalah Lukman, kepala desain di perusahaan Diandra.Sudah lebih dari sepuluh tahun Lukman bekerja bersama Diandra.Dia awalnya seorang pelukis pinggir jalan yang ditemukan Diandra.Saat tidak sengaja Diandra sedang menikmati malam di Malioboro dan melihat bakat Lukman.Meski dia hanya lulusan SMA, seni dan bakat melukis Lukman sangat luar biasa.Diandra menawarkan pekerjaan itu padanya.Awalnya Lukman menolak karena takut tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan Diandra.Tapi, Diandra bukanlah orang yang mudah menyerah.Dia terus mendatangi Lukman dan memberinya semangat, sampai sebulan penuh dan akhirnya Lukman menerima tantangan tersebut.Alhasil semua desain Lukman menjadi yang terbaik.Dia diajari oleh Dian

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 37 - Ancaman Bima

    Calya dan Bima sudah berada di ruangan lain saat Gala masuk lebih dulu ke kamar, semantara Nala dan Bi Darmi masih sibuk berkutat di dapur.Calya yang duduk dengan kaki kanan di silangkan mendekap kedua tangannya di dada dengan wajah angkuh dan ekspresi mencibir berkata pada Bima yang masih berdiri dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.“Kamu nggak usah bikin gara-gara kalau mau menetap di sini Bim.”Bima mengacuhkan ucapan Calya.Ini adalah ruang kerja keluarga Wistara, Bima membayangkan pastinya dulu ini adalah ruangan favorit ayahnya. Meski Bima tidak bisa mengingat semua kenangan masa kecil dengan ayahnya tapi dia bisa merasakannya.Calya kesal diacukan oleh Bima, dia berteriak, “Bima, dengerin aku jangan sok belagu ya. Kamu …”Bima menundukkan pandangannya, ada senyum sinis di sudut bibirnya melihat ekspresi marah Calya.Lalu dia berjalan mendekati Calya, sedikit membungkuk dengan wajahnya yang masih tersenyum Bima menjawab, “Gue emang bakalan stay di rumah ini … sel

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 36 - Dasar Pecundang

    “Oke, kalau begitu, kamu mau kan bantu seseorang?” tanya Diandra, kali ini ekspresi wajahnya terlihat lebih serius dari sebelumnya.Totok yang melihat itu diam sejenak lalu menganggukkan kepalanya dan berkata dengan suara pelan, “Insha Allah Mas, saya akan bantu kalau saya bisa.”“Bagus, ada seseorang yang butuh bantuan kamu, Tok.”“Semoga bisa ya Mas. Karena dulu waktu di pondok ustad saya juga pernah cerita ada banyak kasus serupa yang dia tangani, beberapa bisa berhasil dengan rujuk kembali, banyak sekali Mas kayak gitu.”“Oh, gitu ya. Aku juga tahu dari beberapa teman dan nonton di tv Tok.”“Iya, sekarang sudah banyak yang paham dengan pengobatan metode Ruqyah meski belum semuanya karena banyak yang masih ragu juga, semua tergantung keyakinan di sini Mas.”Totok menekan dadanya saat berkata.Diandra mengangguk.Diandra dalam hatinya merasa senang dan juga tenang, dengan begitu dia bisa membantu masalah Nala, setelah ini dia akan memberi kabar pada Bi Darmi.“Tok, kalau yang mau be

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 35 - Siapa Yang Sakit?

    Di lain tempat ….Diandra yang sudah selesai olahraga mengambil ponsel miliknya di atas meja, melihat ada banyak pesan Whatsapp sejak beberapa jam yang lalu salah satunya ada nama Bi Darmi.Dengan cepat dia menscroll lalu dengan sekali klik pesan dari Bi Darmi terbaca olehnya.[Mas Diandra, ada kejadian aneh pagi ini … tapi Bibi belum pastikan apa yang terjadi, semoga saja Mbak Calya cari orang pintar lagi buat melakukan sesuatu. Oh ya, Mas bisa bantu saya carikan ustad yang bisa bantu Non Nala, dia pengen belajar ngaji katanya.]Lama Diandra membaca pesan itu.Sampai pada akhirnya dia menghapusnya tanpa membalas.Pria bertubuh tinggi dengan wajah kebapakan itu melepaskan kaos yang basah oleh keringat lalu pergi mandi.Setelah memikirkan lebih jauh pesan dari Bi Darmi, Diandra merasa masalah dari semua kejadian di rumah tangga antara Gala dan Nala adalah kakaknya Gala.Meski Diandra masih menyimpan perasaan dan belum menerima sepenuhnya pernikahan mereka berdua tetap saja Diandra suda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status