“Ugh, sialan! Kenapa kepalaku pusing sekali!”
Setelah melangkah dengan sempoyongan melewati koridor kamar hotel akibat pengaruh alkohol, wanita itu berdecak kala menemukan pintu kamarnya terkunci.
Kepalanya masih berdenyut hebat dan pandangannya mulai kabur. Sampai sesaat ia tidak bisa melihat jelas nomor kamar di hadapannya. Wanita itu hanya bisa menekan bel pintu kamar beberapa kali. Berharap ada yang membuka pintu.
“Ck, dasar Aurelyn bodoh. Sudah jelas tidak akan ada yang membuka pintu, di kamar ini hanya aku sendiri yang menempatinya,” gerutunya sambil merogoh tas tangannya mencari kunci di sana, sambil menyandarkan tubuhnya ke pintu agar tidak jatuh. Sebelum tiba-tiba pintunya terbuka dan tubuh Aurelyn yang tidak siap pun terhuyung masuk ke dalam.
“Akh!” pekik Aurelyn saat dia terjatuh ke dalam pelukan kokoh seseorang.
Sungguh, Aurelyn tidak bisa melihat apa pun. pandangannya sudah kabur, seperti layar yang penuh dengan kabut. Dia berusaha mengerutkan dahi, berusaha fokus, tapi semua yang dia lihat hanyalah bayangan samar. Wajah pria di depannya tampak seperti lukisan abstrak. Ada contur, ada warna, tapi tidak ada detail yang bisa dia tangkap. Hanya saat pria itu menggerakkan tangan, Aurelyn bisa sedikit melihat gerakannya. Dia merasa frustrasi, ingin sekali bisa memfokuskan pandangannya dan mengenali siapa yang ada di depannya, tapi sepertinya itu tidak memungkinkan saat ini.
“Ugh, kepalaku sakit sekali?” gumam Aurelyn yang masih tidak sadar dia berada di pelukan kokoh seseorang.
“Ck, apa kau mabuk?” terdengar suara berat dari pria yang masih menahan tubuh Aurelyn.
“Hm ... sepertinya aku minum terlalu banyak. Dan semua ini karena ulahmu!” tuduh Aurelyn menunjuk ke arah pria itu walau tidak tepat sasaran karena kepalanya yang pusing dan bayangan pria itu seakan ada banyak sekali.
“Ulahku?”
“Ya, semua ini karena ulahmu!” ucap Aurelyn dengan wajah memerah dan tatapan kabur. “Uh, sial. Kepalaku sakit sekali.”
“Aku akan mengantar ke kamarmu, kamu salah masuk kamar,” ucap pria itu dengan nada datar.
“Aku salah masuk kamar? Pantas saja tadi aku kesulitan membuka pintu,” ucap Aurelyn masih dengan suara parau.
Pria itu berusaha membawa Aurelyn untuk pergi ke kamarnya tetapi, sebelum pintu kamar terbuka, Aurelyn tiba-tiba saja mencengkeram kerah kemeja pria di depannya dengan kuat dan mendekatkan wajahnya pada pria itu.
“Dengarkan aku! kamu tidak boleh mencintai wanita lain. Dengar, hanya aku, hanya aku yang boleh kamu sukai dan cintai. Aku melarangmu untuk mencintai wanita lain, apa kamu dengar itu!” pekik Aurelyn penuh penekanan.
Pria itu tampak diam cukup lama, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Aurelyn.
“Bagaimana kalau aku menolak?” tanya suara berat dan serak itu.
“Aku akan membunuhmu!” ancam Aurelyn membuat pria itu terkekeh.
“Kenapa kamu tertawa. Aku serius! Aku akan membunuhmu, kalau kamu macam-macam!” ancam Aurelyn penuh ancaman.
Belum sempat pria itu menjawab, Aurelyn sudah berjinjit dan langsung membungkam bibirnya dengan cepat. Dia tahu bahwa momen ini sangat tepat dan tak mau lewatkan. Awalnya, Aurelyn cuma menempelkan bibirnya pelan, seperti mencuri sebuah ciuman di tengah keributan. Tapi pria itu, dengan tiba-tiba, menahan tengkuk Aurelyn, memberikan sedikit tekanan yang bikin suasana jadi lebih panas. Keduanya terjebak dalam momen manis yang nggak bisa mereka abaikan, seolah dunia di sekitar mereka menghilang seketika.
“Kamu beruntung, karena aku suka aromamu meski kamu sedang mabuk.”
Dan tanpa menunggu lama, pria itu membungkam bibir Aurelyn dengan penuh gai_rah dan Aurelyn pun membalasnya dengan intensitas yang sama. Aroma alkohol yang menguar dari napas keduanya pun membuat has_rat mereka membuncah tidak terkendali.
Tanpa melepaskan tautan bibir mereka, pria itu mendorong lembut tubuh Aurelyn hingga wanita itu terbaring di atas ranjang. Bibir dengan jambang tipis pria itu menyapa dan menggelitik kulit Aurelyn sampai wanita itu pun melengkungkan tubuhnya. Memberikan akses lebih pada pria itu untuk menjelajah tubuhnya.
Aurelyn tidak ingat apa yang terjadi dan bagaimana bisa berada di sini. Yang Aurelyn ingat, dia bersama tunangannya Jefrin menghadiri pesta penyambutan kedatangan Kakak tiri Jefrin yang telah lama berada di luar negeri.
Tetapi, Aurelyn diabaikan oleh Jefrin yang sibuk berbicara dan menyapa tamu lain yang merupakan kenalannya. Sampai Aurelyn melihat Jefrin keluar dari gedung pesta menuju taman bersama seorang wanita. Dan tanpa sengaja, Aurelyn melihat Jefrin sedang ber ciu man dengan wanita itu. Hati Aurelyn terluka, sampai tanpa sadar dia minum banyak sekali alkohol sampai dia mabuk.
Lamunan Aurelyn tersadar, saat gaun yang dikenakannya di robek paksa. Dan malam panas yang tidak disadarinya itu pun terjadi bersama pria asing yang wajahnya tidak bisa dilihat dengan jelas oleh Aurelyn.
“Ugh, sakit! Pelanlah sedikit. Kamu menyakitiku!” keluh Aurelyn saat merasakan sakit yang luar biasa di bagian bawahnya.
“Um? Ternyata ini pertama kalinya untukmu,” bisik pria itu.
“Ya, aku hanya ingin memberikannya padamu.”
“Baiklah. Karena kamu sudah mengatakan hal itu, aku akan melakukannya dengan sangat lembut dan membuatmu semakin mabuk kepayang,” bisiknya dan setelah itu rasa sakitpun hilang, berganti dengan kenikmatan yang baru pertama kali dirasakan oleh Aurelyn.
***
Suara dering ponsel mendadak membangunkan Aurelyn di pagi itu. Kepalanya masih berdenyut hebat karena sisa alkohol tadi malam, tetapi dering ponsel membuatnya harus membuka matanya secara paksa. Dia melihat sekitarnya dan asal dering ponsel dari dalam tas tangannya. Aurelyn mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu.
“Halo .... “
“Lyn, kamu ada di mana? Aku berkali-kali menghubungimu. Dan aku juga sudah mencarimu ke kamarmu, tapi kamu tidak ada di sana,” ucap pria dari seberang sana membuat Aurelyn mengernyitkan dahinya.
Aurelyn mengenal suara di seberang sana. Sampai membuat matanya terbuka lebar.
“Aveiro?”
“Ya, ini aku. Kamu pikir siapa lagi, sebenarnya kamu ke mana, Lyn?” tanya Aveiro dari seberang sana.
“A-aku?”
Aurelyn berusaha mengingat jelas kejadian semalam, tapi dari tubuh polosnya, dia tahu kalau percintaan semalam bukanlah mimpi. Aurelyn pikir, yang menghabiskan malam bersamanya adalah Aveiro.
“Kalau ini Aveiro, lalu siapa pria yang bersamaku semalam?” batin Aurelyn.
Detak jantung Aurelyn pun langsung berdetak tidak karuan. Ada yang aneh dengan semua ini, dengan cepat, Aurelyn menoleh ke sisinya, dan di saat itu juga seolah dunia telah runtuh dan menimpanya saat melihat pria yang tidur di sampingnya adalah Zephyr Orion Clovis. Kakak tiri dari Jefrin Clovis, tokoh utama di pesta semalam.
“Ba-bagaimana mungkin?” pekiknya dalam hati sambil menutup mulutnya sendiri.
Tubuh Aurelyn gemetar melihat Zephyr yang masih terlelap untuk sesaat, sampai dia memutuskan untuk segera melarikan diri dari sana dan berharap Zephyr tidak akan mengingat apa yang terjadi semalam, walau kemungkinan itu sangat mustahil.
Aurelyn menggerutu karena gaun yang dikenakannya semalam telah robek oleh Zephyr dan tidak bisa dikenakan lagi.
“Sangat tidak sabaran, apa dia harus merusak gaun seharga 10000 dollar?” keluhnya dan bergegas memungut kemeja milik Zephyr.
Setelah mengenakan kemeja Zephyr, Aurelyn segera memungut tas tangan dan sepatunya. Dia beranjak menuju pintu, tetapi sebelum keluar dari kamar itu, Aurelyn kembali menoleh ke arah Zephyr yang masih terlelap di atas ranjang.
“Aku harap kamu tidak ingat dan melupakan malam ini. Bagaimana pun, aku adalah adik iparmu,” gumam Aurelyn dan langsung pergi dari kamar tersebut.
***
Udara pagi membawa aroma kopi yang menggoda dan suara lonceng kecil berdenting saat pintu kaca dibuka.Aurelyn melangkah masuk ke dalam La Vie Sucrée, café kopi dan dessert yang ia bangun dari nol, dan yang kini menjadi kebanggaannya. Interior bergaya vintage-modern itu langsung memberi kesan hangat. Meja-meja kayu natural, lampu gantung temaram, serta aroma manis dari oven yang baru saja mematangkan cinnamon roll menjadi sambutan yang tak tergantikan setiap pagi.“Hai, Kak Lyn!” sapa Livia, salah satu barista muda dengan senyum semangat.“Pagi, Kak!” ujar Nico, pegawai kasir yang sedang sibuk menyusun struk pesanan.“Pagi, kalian berdua. Udah siap tempur, belum?” Aurelyn tersenyum, meletakkan tas tangannya di balik meja kasir.“Selalu siap kalau bosnya rajin bantuin kayak gini,” goda Livia sambil mengedipkan mata.Aurelyn terkekeh. Walau dirinya pemilik café, ia tak pernah segan membantu. Baginya, menyapa pelanggan, meracik kopi, atau sekadar menerima pesanan di kasir, adalah bagian
“Aku bisa gila karena memikirkan pria itu!” keluh Aurelyn berguling di atas ranjang dengan perasaan kacau.Seharian ini, dia tidak keluar dari kamar karena memikirkan perkataan Zephyr kemarin. Bisa-bisanya pria itu ingin jadi selingkuhan dari tunangan adiknya sendiri.Aurelyn menatap langit-langit kamar yang kosong, lalu mengubur wajahnya ke bantal dengan frustrasi. "Kenapa hidupku jadi serumit ini?" gumamnya.Ponsel di atas nakas terus-menerus bergetar. Sudah puluhan pesan masuk dari Aveiro, bahkan dari sahabatnya yang penasaran ke mana Aurelyn menghilang. Tapi semuanya diabaikan.Yang terngiang justru suara Zephyr."Asalkan hanya aku yang boleh mencium dan tidur denganmu.""Aku tidak keberatan jadi yang kedua.""Kamu milikku, Aurelyn.""Aaaargh!!" Aurelyn berguling sekali lagi dan duduk di pinggir ranjang. Rambutnya berantakan, matanya sembab karena kurang tidur, dan pikirannya tak kunjung tenang.“Aku harus keluar dari kekacauan ini. Harus!” tekadnya mulai muncul. Ia bangkit dan be
Aurelyn kini sudah sampai di depan hotel mewah tempat Zephyr menginap. Langkahnya terasa berat, seolah setiap tapak menuju lobi itu membawanya lebih dekat pada kehancuran. Pukul delapan lewat dua puluh menit. Dia tahu, Zephyr pasti sudah menunggunya.Awalnya, dia benar-benar tak ingin datang. Rasa takut, malu, dan marah bercampur jadi satu membuatnya hampir membatalkan niat berkali-kali. Tapi bayang-bayang pesan terakhir dari Zephyr membuat hatinya ciut. Ancaman itu terlalu nyata untuk diabaikan.Aurelyn tak bisa membayangkan jika foto itu sampai tersebar. Bukan hanya dia yang akan hancur, tapi juga keluarganya. Walau, Aveiro sendiri berselingkuh darinya, tapi tidak ada bukti fisik. Berbeda dengannya, Skandal yang menyebut dirinya pernah tidur dengan kakak iparnya? Itu akan jadi bencana yang tak bisa ditebus.Dengan napas bergetar, dia memasuki lift menuju lantai paling atas.“Tenang, Jesse. Kamu harus bisa hadapi ini dan selesaikan dengan cepat,” gumamnya menarik napas dalam-dalam da
“Aurelyn?”Aurelyn sangat terkejut saat dia membuka pintu kamarnya. Zephyr telah menipunya, ternyata yang ada di balik pintu adalah Aveiro.“Ada apa?” tanya Aveiro di sana menyadarkan lamunan Aurelyn.“Um… Bukan apa-apa,” jawab Aurelyn tersenyum manis di sana.“Kapan kamu pulang? Kenapa tidak menghubungimu? Aku mencarimu sejak tadi,” ujar Aveiro menatap Aurelyn dengan intens.Wanita itu berdehem kecil, jantungnya berdebar kencang karena gugup. Dia pikir, yang tadi datang adalah Zephyr. Dan, apa yang dia pikirkan, tidak mungkin Zephyr nekad datang ke rumahnya.“Aurelyn?”panggil Aveiro kembali menyadarkan lamunan Aurelyn di sana. “Ada apa? Apa kamu sakit?”Aurelyn menggeleng cepat, mencoba menguasai dirinya yang kalut. "Nggak, aku cuma... kurang tidur. Makanya agak linglung," kilahnya sambil menghindari tatapan Aveiro.Namun, Aveiro tak langsung percaya. Ia melangkah masuk tanpa diundang, menutup pintu kamar Aurelyn dan berdiri tepat di hadapannya. Tatapannya tajam, seolah membaca isi h
“Ya Tuhan, aku pasti sudah gila!” Aurelyn yang sudah masuk ke kamar hotelnya menjambak rambutnya sendiri dengan perasaan frustasi. “Ini semua karena ulah Aveiro!”Dia mendaratkan bolongnya di atas ranjang dengan perasaan kacau. Bisa-bisanya dia tidur bersama calon Kakak iparnya yang baru saja kembali dari luar negeri. Pria asing, yang baru dia temui tadi malam.“Gila, Aurelyn! Aku harus bagaimana sekarang? Kalau misalkan dia ingat kejadian semalam. Aku gimana?” Aurelyn benar-benar frustasi dan tidak bisa berpikir jernih.“Bodoh! Kenapa aku harus mabuk dan masuk ke kamarnya. Kenapa aku malah mengira dia Aveiro?”Aurelyn menggigit bibirnya, matanya memandang langit-langit kamar hotel dengan nanar. Detak jantungnya masih belum stabil sejak dia terbangun dan menyadari kesalahannya. Pria itu, calon kakak iparnya bisa saja mengingat semuanya. Lalu bagaimana jika dia menceritakan ini pada Aveiro? Atau lebih buruk lagi, bagaimana jika pria itu justru menuntut tanggung jawab darinya?"Aku haru
“Ugh, sialan! Kenapa kepalaku pusing sekali!” Setelah melangkah dengan sempoyongan melewati koridor kamar hotel akibat pengaruh alkohol, wanita itu berdecak kala menemukan pintu kamarnya terkunci. Kepalanya masih berdenyut hebat dan pandangannya mulai kabur. Sampai sesaat ia tidak bisa melihat jelas nomor kamar di hadapannya. Wanita itu hanya bisa menekan bel pintu kamar beberapa kali. Berharap ada yang membuka pintu. “Ck, dasar Aurelyn bodoh. Sudah jelas tidak akan ada yang membuka pintu, di kamar ini hanya aku sendiri yang menempatinya,” gerutunya sambil merogoh tas tangannya mencari kunci di sana, sambil menyandarkan tubuhnya ke pintu agar tidak jatuh. Sebelum tiba-tiba pintunya terbuka dan tubuh Aurelyn yang tidak siap pun terhuyung masuk ke dalam. “Akh!” pekik Aurelyn saat dia terjatuh ke dalam pelukan kokoh seseorang. Sungguh, Aurelyn tidak bisa melihat apa pun. pandangannya sudah kabur, seperti layar yang penuh dengan kabut. Dia