Home / Romansa / Kakak Ipar yang Meresahkan / Bab 2 ~ Masalah Besar

Share

Bab 2 ~ Masalah Besar

last update Last Updated: 2025-07-15 22:22:21

“Ya Tuhan, aku pasti sudah gila!” Aurelyn yang sudah masuk ke kamar hotelnya menjambak rambutnya sendiri dengan perasaan frustasi. “Ini semua karena ulah Aveiro!”

Dia mendaratkan bolongnya di atas ranjang dengan perasaan kacau. Bisa-bisanya dia tidur bersama calon Kakak iparnya yang baru saja kembali dari luar negeri. Pria asing, yang baru dia temui tadi malam.

“Gila, Aurelyn! Aku harus bagaimana sekarang? Kalau misalkan dia ingat kejadian semalam. Aku gimana?” Aurelyn benar-benar frustasi dan tidak bisa berpikir jernih.

“Bodoh! Kenapa aku harus mabuk dan masuk ke kamarnya. Kenapa aku malah mengira dia Aveiro?”

Aurelyn menggigit bibirnya, matanya memandang langit-langit kamar hotel dengan nanar. Detak jantungnya masih belum stabil sejak dia terbangun dan menyadari kesalahannya. Pria itu, calon kakak iparnya bisa saja mengingat semuanya. Lalu bagaimana jika dia menceritakan ini pada Aveiro? Atau lebih buruk lagi, bagaimana jika pria itu justru menuntut tanggung jawab darinya?

"Aku harus keluar dari sini sebelum dia bangun dan menyadari semuanya," gumam Jesslyn panik. “Sebisa mungkin aku harus menjauh dan menghindari!”

Dengan cepat, Jesslyn membereskan pakaiannya ke dalam koper, dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia harus keluar dengan tenang, dan bersikap seakan semuanya tidak pernah terjadi.

“Oke, aku harus pergi sekarang!” ucap wanita itu setelah bersiap dan menderek koper meninggalkan kamarnya.

Namun, saat dia baru saja menutup pintu kamarnya, seseorang mengagetkannya.

“Berniat kabur?” ucapan itu berhasil membuat Aurelyn tertegun, tubuhnya menegang seketika. Dia menelan ludah sebelum perlahan menoleh.

Pria itu sudah berdiri dengan bersandar ke dinding tak jauh dari pintu kamarnya. Kedua tangannya dilipat di dada dan dia tampak lebih segar, seperti baru selesai mandi.

“Ubur-ubur ikan lele. Sial! Gagal kabur, Le!” batin Aurelyn mengutuk dirinya yang terlalu lama membuang waktu sampai ketauan.

Wanita itu berdehem kecil sambil berbalik ke arah pria yang masih menatapnya dengan intens dan ekspresinya sulit ditebak. Tatapan matanya mengunci Aurelyn di tempat, membuat napasnya tercekat.

"Sial! Di saat seperti ini dia terlihat begitu tampan!" batin Aurelyn, menghela napasnya. Tapi, gadis itu segera menghilangkan kegugupannya dan berusaha bersikap biasa saja.

“Selamat pagi, Kak Zephyr,” sapa Aurelyn yang berpura-pura polos. “Kakak datang untuk mencari Aveiro, ya? Sayang sekali, Aveiro gak ada di sini. Dia…“ Aurelyn berpikir cukup lama. “Dia sudah pulang duluan. Ya, dia sudah pulang,” jawabnya berusaha tersenyum walau gugup.

“Ka… kalau gitu, aku juga pamit, Kak. Aku harus segera pergi karena ada kegiatan,” pamitnya.

Zephyr tetap bersandar di dinding, tidak bergerak sedikit pun. Bibirnya melengkung tipis, entah senyum mengejek atau hanya ekspresi santai. Tatapan matanya tajam, seolah menelanjangi kebohongan Aurelyn.

"Aveiro sudah pulang duluan?" Zephyr mengulang perkataan Aurelyn dengan nada datar, lalu melirik koper di tangannya. "Dan kau juga kebetulan harus pergi di pagi buta seperti ini?"

Aurelyn menelan ludah, mencoba mempertahankan senyumannya. "Iya, kebetulan banget! Aku ada urusan mendadak."

Zephyr mengangkat alis, lalu mendorong punggungnya dari dinding dan melangkah mendekat. Aurelyn spontan mundur, tapi pintu di belakangnya menghalangi.

"Kau yakin bukan karena kejadian tadi malam?"

Dada Aurelyn semakin sesak. "Ke-kejadian apa?" tanyanya, berpura-pura bingung.

Zephyr tersenyum kecil, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan hingga jarak mereka semakin dekat. Aurelyn bisa mencium aroma segar dari tubuh pria itu, yang baru saja mandi.

"Kau mabuk," kata Zephyr, suaranya rendah tapi jelas. "Lalu kau masuk ke kamarku dan..."

"Cukup!" Aurelyn buru-buru menutup telinganya dengan kedua tangan, wajahnya merah padam. "Aku tidak mau mendengar!"

Zephyr terkekeh pelan. "Jadi kau ingat?"

Aurelyn mendengus, menurunkan tangannya dengan kesal. "Tentu tidak! Aku bahkan tidak ingat apa pun, jadi aku tidak akan ambil pusing. Dan kakak juga jangan mengada-ada!"

Zephyr memperhatikan ekspresi Aurelyn dengan seksama, lalu mengangkat bahu santai. "Baiklah, kalau kau tidak ingat, aku juga tidak akan memaksamu mengingat."

Aurelyn mengerutkan kening, sedikit bingung dengan sikap pria itu.

"Serius?" tanyanya curiga.

Zephyr tersenyum miring. "Serius."

Untuk sesaat, Aurelyn merasa lega. Tapi kemudian, pria itu menambahkan sesuatu yang membuat jantungnya kembali berdegup kencang.

"Tapi kalau suatu hari kau ingin tahu apa yang terjadi semalam... Aku bersedia menceritakannya dengan detail. Dan aku juga akan menagih pertanggungjawabanmu. "

Aurelyn membelalakkan mata, jantungnya hampir melompat keluar. "Me-menagih pertanggungjawaban?" suaranya terdengar gemetar, tapi dia berusaha keras untuk tetap terlihat tenang.

Zephyr menyandarkan satu tangan ke dinding, tepat di samping wajah Aurelyn, membuat gadis itu terjebak di antara pintu dan tubuhnya. "Tentu saja," ujarnya santai, tapi ada nada penuh makna di balik suaranya. "Kau pikir aku tipe pria yang membiarkan sesuatu seperti ini berlalu begitu saja?"

Aurelyn meneguk ludah. "Tapi aku kan nggak ingat! Bagaimana bisa aku bertanggung jawab atas sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak tahu?"

Zephyr menatapnya lebih dalam, seolah menunggu sesuatu. Tapi saat Aurelyn tetap menghindari kontak mata, pria itu tersenyum tipis. "Baiklah, kalau begitu aku kasih waktu."

"Waktu?" Aurelyn mengerutkan kening.

"Waktu untuk mengingat."

Aurelyn semakin panik. "Dan kalau aku tidak ingat?"

Zephyr menepuk pelan dagunya seolah berpikir, lalu menjawab dengan santai, "Maka aku yang akan mengingatkanmu... dengan caraku sendiri." Pria itu menunjukkan seringainya.

Seketika wajah Aurelyn memanas. "Jangan macam-macam!" desisnya sebelum mendorong tubuh Zephyr dan buru-buru menyeret kopernya pergi.

Sementara itu, Zephyr hanya terkekeh pelan, matanya masih menatap punggung Aurelyn yang semakin menjauh.

"Menarik," gumamnya, senyum di wajahnya semakin lebar. "Aku ingin tahu, sampai kapan kau bisa lari dariku, calon adik ipar?"

***

“Nyebelin! Huhu… “ Aurelyn meninggalkan kopernya begitu saja saat dia sampai di kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang empuk miliknya.

“Aku benar-benar sudah gila. Kenapa aku harus berurusan dengan pria itu,” gumamnya meruntuki dirinya sendiri.

Aurelyn memeluk bantal erat-erat, mengubur wajahnya di sana sambil merintih frustasi. "Kenapa harus dia?! Dari sekian banyak pria di dunia ini, kenapa harus calon kakak iparku sendiri?! Huhuhu..."

Dia berguling ke sana kemari di atas ranjang, kepalanya penuh dengan wajah Zephyr dan senyum jahilnya tadi. "Dan yang lebih parah, kenapa aku malah sempat berpikir dia tampan?!" Aurelyn langsung menampar pipinya sendiri. "Sadar, Aurelyn! Sadar! Ini bencana besar!"

Dia menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. "Oke, oke. Aku harus melupakan semuanya. Aku harus bersikap seolah tidak terjadi apa-apa."

Namun, bayangan Zephyr yang berkata "Maka aku yang akan mengingatkanmu... dengan caraku sendiri." kembali terngiang di kepalanya.

Aurelyn langsung bangkit duduk. "Astaga! Jangan bilang dia benar-benar akan mengingatkanku dengan cara yang sama?!"

Dia buru-buru meraih ponselnya dan membuka aplikasi chat, berniat menghubungi Aveiro. "Aku harus tahu seberapa berbahayanya pria itu!"

Tapi sebelum dia sempat mengetik pesan, layar ponselnya tiba-tiba menyala dengan panggilan masuk dari nomor tak dikenal.

Aurelyn menyipitkan mata curiga sebelum akhirnya mengangkatnya. "Halo?"

Suara berat yang sudah terlalu akrab di telinganya terdengar dari seberang.

"Pikirkan baik-baik, Aurelyn. Karena aku benar-benar akan menagihnya."

Aurelyn langsung menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatapnya dengan horor.

Aurelyn menelan ludah, jari-jarinya gemetar saat menggenggam ponsel. "Ka-kak Zephyr?" suaranya bergetar.

Di seberang, tawa rendah pria itu terdengar, membuat bulu kuduk Aurelyn meremang.

"Kau pikir bisa menghindar dariku begitu saja?" suaranya terdengar santai, tapi ada sesuatu di balik nada itu yang membuat Aurelyn semakin waspada.

"Aku... aku tidak tahu apa yang kakak bicarakan," Aurelyn mencoba mengelak, meski jelas terdengar gugup.

"Benarkah?" Zephyr terdengar seperti sedang tersenyum. "Baiklah, kalau begitu..."

Aurelyn menunggu kelanjutan kata-katanya, tapi yang terdengar justru suara ketukan di pintu kamarnya.

Tok. Tok. Tok.

Aurelyn terlonjak, jantungnya seolah berhenti berdetak. Perlahan, dia menoleh ke pintu yang tertutup rapat.

Suara Zephyr kembali terdengar di telepon, kali ini lebih rendah dan menggoda.

"Kenapa tidak membukakan pintu, Aurelyn?"

Degh!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 6 ~ Penguntit

    Udara pagi membawa aroma kopi yang menggoda dan suara lonceng kecil berdenting saat pintu kaca dibuka.Aurelyn melangkah masuk ke dalam La Vie Sucrée, café kopi dan dessert yang ia bangun dari nol, dan yang kini menjadi kebanggaannya. Interior bergaya vintage-modern itu langsung memberi kesan hangat. Meja-meja kayu natural, lampu gantung temaram, serta aroma manis dari oven yang baru saja mematangkan cinnamon roll menjadi sambutan yang tak tergantikan setiap pagi.“Hai, Kak Lyn!” sapa Livia, salah satu barista muda dengan senyum semangat.“Pagi, Kak!” ujar Nico, pegawai kasir yang sedang sibuk menyusun struk pesanan.“Pagi, kalian berdua. Udah siap tempur, belum?” Aurelyn tersenyum, meletakkan tas tangannya di balik meja kasir.“Selalu siap kalau bosnya rajin bantuin kayak gini,” goda Livia sambil mengedipkan mata.Aurelyn terkekeh. Walau dirinya pemilik café, ia tak pernah segan membantu. Baginya, menyapa pelanggan, meracik kopi, atau sekadar menerima pesanan di kasir, adalah bagian

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 5 ~ Makan Malam Bersama

    “Aku bisa gila karena memikirkan pria itu!” keluh Aurelyn berguling di atas ranjang dengan perasaan kacau.Seharian ini, dia tidak keluar dari kamar karena memikirkan perkataan Zephyr kemarin. Bisa-bisanya pria itu ingin jadi selingkuhan dari tunangan adiknya sendiri.Aurelyn menatap langit-langit kamar yang kosong, lalu mengubur wajahnya ke bantal dengan frustrasi. "Kenapa hidupku jadi serumit ini?" gumamnya.Ponsel di atas nakas terus-menerus bergetar. Sudah puluhan pesan masuk dari Aveiro, bahkan dari sahabatnya yang penasaran ke mana Aurelyn menghilang. Tapi semuanya diabaikan.Yang terngiang justru suara Zephyr."Asalkan hanya aku yang boleh mencium dan tidur denganmu.""Aku tidak keberatan jadi yang kedua.""Kamu milikku, Aurelyn.""Aaaargh!!" Aurelyn berguling sekali lagi dan duduk di pinggir ranjang. Rambutnya berantakan, matanya sembab karena kurang tidur, dan pikirannya tak kunjung tenang.“Aku harus keluar dari kekacauan ini. Harus!” tekadnya mulai muncul. Ia bangkit dan be

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 4 ~ Terobsesi

    Aurelyn kini sudah sampai di depan hotel mewah tempat Zephyr menginap. Langkahnya terasa berat, seolah setiap tapak menuju lobi itu membawanya lebih dekat pada kehancuran. Pukul delapan lewat dua puluh menit. Dia tahu, Zephyr pasti sudah menunggunya.Awalnya, dia benar-benar tak ingin datang. Rasa takut, malu, dan marah bercampur jadi satu membuatnya hampir membatalkan niat berkali-kali. Tapi bayang-bayang pesan terakhir dari Zephyr membuat hatinya ciut. Ancaman itu terlalu nyata untuk diabaikan.Aurelyn tak bisa membayangkan jika foto itu sampai tersebar. Bukan hanya dia yang akan hancur, tapi juga keluarganya. Walau, Aveiro sendiri berselingkuh darinya, tapi tidak ada bukti fisik. Berbeda dengannya, Skandal yang menyebut dirinya pernah tidur dengan kakak iparnya? Itu akan jadi bencana yang tak bisa ditebus.Dengan napas bergetar, dia memasuki lift menuju lantai paling atas.“Tenang, Jesse. Kamu harus bisa hadapi ini dan selesaikan dengan cepat,” gumamnya menarik napas dalam-dalam da

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 3 ~ Pria yang Licik

    “Aurelyn?”Aurelyn sangat terkejut saat dia membuka pintu kamarnya. Zephyr telah menipunya, ternyata yang ada di balik pintu adalah Aveiro.“Ada apa?” tanya Aveiro di sana menyadarkan lamunan Aurelyn.“Um… Bukan apa-apa,” jawab Aurelyn tersenyum manis di sana.“Kapan kamu pulang? Kenapa tidak menghubungimu? Aku mencarimu sejak tadi,” ujar Aveiro menatap Aurelyn dengan intens.Wanita itu berdehem kecil, jantungnya berdebar kencang karena gugup. Dia pikir, yang tadi datang adalah Zephyr. Dan, apa yang dia pikirkan, tidak mungkin Zephyr nekad datang ke rumahnya.“Aurelyn?”panggil Aveiro kembali menyadarkan lamunan Aurelyn di sana. “Ada apa? Apa kamu sakit?”Aurelyn menggeleng cepat, mencoba menguasai dirinya yang kalut. "Nggak, aku cuma... kurang tidur. Makanya agak linglung," kilahnya sambil menghindari tatapan Aveiro.Namun, Aveiro tak langsung percaya. Ia melangkah masuk tanpa diundang, menutup pintu kamar Aurelyn dan berdiri tepat di hadapannya. Tatapannya tajam, seolah membaca isi h

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 2 ~ Masalah Besar

    “Ya Tuhan, aku pasti sudah gila!” Aurelyn yang sudah masuk ke kamar hotelnya menjambak rambutnya sendiri dengan perasaan frustasi. “Ini semua karena ulah Aveiro!”Dia mendaratkan bolongnya di atas ranjang dengan perasaan kacau. Bisa-bisanya dia tidur bersama calon Kakak iparnya yang baru saja kembali dari luar negeri. Pria asing, yang baru dia temui tadi malam.“Gila, Aurelyn! Aku harus bagaimana sekarang? Kalau misalkan dia ingat kejadian semalam. Aku gimana?” Aurelyn benar-benar frustasi dan tidak bisa berpikir jernih.“Bodoh! Kenapa aku harus mabuk dan masuk ke kamarnya. Kenapa aku malah mengira dia Aveiro?”Aurelyn menggigit bibirnya, matanya memandang langit-langit kamar hotel dengan nanar. Detak jantungnya masih belum stabil sejak dia terbangun dan menyadari kesalahannya. Pria itu, calon kakak iparnya bisa saja mengingat semuanya. Lalu bagaimana jika dia menceritakan ini pada Aveiro? Atau lebih buruk lagi, bagaimana jika pria itu justru menuntut tanggung jawab darinya?"Aku haru

  • Kakak Ipar yang Meresahkan   Bab 1 ~ Malam Panas

    “Ugh, sialan! Kenapa kepalaku pusing sekali!” Setelah melangkah dengan sempoyongan melewati koridor kamar hotel akibat pengaruh alkohol, wanita itu berdecak kala menemukan pintu kamarnya terkunci. Kepalanya masih berdenyut hebat dan pandangannya mulai kabur. Sampai sesaat ia tidak bisa melihat jelas nomor kamar di hadapannya. Wanita itu hanya bisa menekan bel pintu kamar beberapa kali. Berharap ada yang membuka pintu. “Ck, dasar Aurelyn bodoh. Sudah jelas tidak akan ada yang membuka pintu, di kamar ini hanya aku sendiri yang menempatinya,” gerutunya sambil merogoh tas tangannya mencari kunci di sana, sambil menyandarkan tubuhnya ke pintu agar tidak jatuh. Sebelum tiba-tiba pintunya terbuka dan tubuh Aurelyn yang tidak siap pun terhuyung masuk ke dalam. “Akh!” pekik Aurelyn saat dia terjatuh ke dalam pelukan kokoh seseorang. Sungguh, Aurelyn tidak bisa melihat apa pun. pandangannya sudah kabur, seperti layar yang penuh dengan kabut. Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status