Bayu benar-benar sangat terkejut sebab ternyata sahabat adiknya itu adalah mantan kekasih yang telah meninggalkannya lima tahun yang lalu.
Naila pun sama terkejutnya ia bergumam lirih. "Mas Bay!"
Gadis itu mematung matanya terbelalak lebar bagai melihat hantu, jantungnya berdetak kencang, lelaki itu berjalan dengan langkah lebar menghampirinya.
"Tidak usah mempertahankan rumah ini jika keselamatanmu yang menjadi taruhannya!" ucapnya sambil meraih dan menarik tangan gadis itu melangkah pergi keluar dari rumah itu. Kemudian, ia menoleh pada segerombolan pria sangar itu.
"Katakan pada Bosmu, gadis ini tidak memerlukan rumah ini, silakan saja ambil!"
Sementara itu jelita berjalan dibelakang mereka dengan membawa koper Naila yang baru diambilnya dari dalam rumah.
Bayu membuka pintu mobil dan mendorong gadis itu dengan pelan ke
dalam. Ia pun duduk di belakang kemudi lalu menoleh keluar. "Ayo cepat masuk!" perintahnya pada Jelita yang masih di luar setelah menyimpan koper Naila di bagasi.
"Aku tidak ikut, harus segera ke Surabaya!" teriak jelita sambil berlari dan masuk ke dalam taksi yang telah di pesannya.
Mobil berjalan dengan kecepatan sedang menuju kediaman pria itu. Dalam perjalanan, tidak ada percakapan antara mereka dan saling diam, sampai tiba tujuan.
Bayu keluar mobil dan membawa koper Naila ke dalam kamar, menoleh ke arah gadis yang berjalan di sampingnya dan Mereka saling beradu pandang membuat gadis itu menundukkan kepalanya.
Naila duduk di bibir ranjang dengan gelisah. Sebab, saat ini dia hanya berdua saja dengan Bayu pria yang masih ada dalam hatinya.
"Naila!" panggil Bayu dan gadis itu pun mendongak menatap dengan segan.
"Istirahatlah, kau pasti lelah!" titahnya kembali seraya keluar dari kamar itu.
"Iya," jawab Naila masih menatap kepergian Bayu, pria yang dulu sering menasehati dan menghiburnya saat dia sedih.
Bayu berjalan keluar dari kamar Naila, ia masih tidak menyangka akan bertemu gadis itu lagi setelah, sekian lama berpisah. Pria itu mengukir senyum mengingat kembali pertemuannya dengan Naila. Waktu itu Naila masih berseragam SMU, dengan sangat cerobohnya, gadis itu menabrak dan menumpahkan minuman di kemejanya. Saat itu ia baru saja masuk ke dalam sebuah kafe, untuk menemui temannya. Gadis itu justru memakinya dan marah-marah serta berbicara tanpa jeda kepadanya.
Namun, ketika mengingat perpisahannya dengan gadis itu senyumnya memudar berubah menjadi rasa kecewa, sedih dan marah.
----------------
Malam berganti pagi, Bayu duduk di kursi meja makan dengan menikmati sarapan yang disediakan Naila. Sebab, bik Surti sedang pulang kampung, entah berapa lama Bayu juga tidak tahu dan ia tidak ingin mengganti yang baru.
"Apa kau baik-baik saja sekarang? Bagaimana dengan tidurmu semalam?" tanyanya pada Naila tanpa menatap gadis itu.
"Aku baik-baik saja, trimakasih telah menolongku," ucap Naila menunduk sambil mengaduk makanannya.
"Biasa saja, jika itu bukan kamu, aku juga akan menolongnya," jawab Bayu datar.
Pria itu berdiri dari duduknya setelah menyelesaikan sarapannya lalu ia berjalan pergi sabil berkata, "Anggap rumah sendiri, aku berangkat."
"Iya, terimakasih," jawab Naila dan Bayu hanya mengangguk dan berlalu. Tak lama kemudian, terdengar deru mobil menjauh.
Naila menghembuskan napas, menghilangkan rasa sesak di dadanya. Teringat saat ia menolak untuk dikenalkan pada keluarga kekasihnya sebab saat Bayu berniat serius ingin menikahinya dalam waktu dekat dan bosan dengan hubungan yang disembunyikan. ia malu mempunyai kekasih yang usia jauh lebih dewasa darinya tetapi ia selalu nyaman berada di samping pria itu.
Naila menghapus air matanya, ia sedih karena kepergiannya tanpa pamit lima tahun yang lalu membuat Bayu terluka dan sekarang dia berada di rumah pria itu. Lelaki yang pernah ia sakiti.
Telpon berdering dari saku celananya ia mengambil dan menerima panggilan, ternyata itu dari pengacara almarhum papanya. Ia pun segera membereskan meja bergegas pergi menemui pengacara itu.
----------------
Bayu sampai di rumah jam lima sore dan terlihat sangat sepi. 'Kemana Naila,' pikirnya.
Ia berjalan menaiki tangga dan menoleh pada kamar gadis itu, tertutup rapat. 'Apa dia masih tidur? Ini sudah hampir petang, apa dia baik-baik saja? Kenapa tidak keluar?' batinnya galau.
Ia melangkah ke arah kamar Naila dan mengetuk pintu beberapa kali. Namun, tidak ada jawaban. Ia menghela napas. 'Mungkin dia keluar, ia tidak berubah tak pernah memberi kabar apapun jika ingin pergi,' pikirnya kembali.
Pria itu kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya lalu menutupnya. Lima belas menit kemudian ia keluar dengan tubuh segar habis mandi. ia berjalan menuju dapur melihat ada makanan apa di rumah.
Bosan di dapur, ia ke ruang tamu, menatap keluar pintu, hari semakin gelap dan Naila tidak ada di rumah. Ia cemas, takut dan kawatir kalau gadis itu pergi lagi meninggalkannya seperti lima tahun yang lalu.
Waktu beranjak dengan cepat, ia melirik pergelangan tangannya sudah jam delapan malam belum ada tanda-tanda Naila kembali, ia semakin cemas hingga terdengar suara mobil berhenti lalu berjalan lagi menjauh kemudian Bayu melihat gadis itu masuk ke dalam rumahnya dengan wajah terlihat lelah.
"Dari mana?" tanya Bayu pada gadis itu.
"Eemm ... da--dari pengacara, Mas," jawab gadis itu tergagap karena takut Bayu marah padanya, padahal selama bersama dengannya dulu pria itu tidak pernah marah sama sekali walau dia berbuat ulah.
Bayu tersenyum merangkum bahu gadis itu dan membawanya duduk di sofa, ia menatap dengan sendu.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Bayu tanpa mengalihkan tatapannya.
"Eemm ... iya, maaf tidak pamit Mas Bayu sebab aku tidak tahu nomer teleponmu, Mas," jawabnya menunduk.
"Nomerku tidak pernah berubah, Nai. Bahkan kau bisa menghubungiku kapan pun kau mau," jawab Bayu lembut.
"Maaf," jawab gadis itu sambil menangis .
"Hai, aku tidak marah, kenapa menangis?" tanya Bayu sambil mengusap air mata Naila.
"Maaf, selalu menyusahkanmu," ucapnya.
"Tidak, aku hanya cemas, sekarang kau ada di rumahku, Nai. Itu artinya kau tanggung jawabku, jadi tolong kemana pun kau pergi beri tahu aku," pintanya pada gadis itu.
"Apa kau sudah makan?" tanyanya kembali dan gadis itu hanya mengangguk.
Bayu terkekeh ia tidak mengira gadis yang dia kenal dengan sifat bar-barnya dan sedikit urakan itu, sekarang menjadi gadis pendiam
"Jika melihatmu sekarang, seperti bukan dirimu yang dulu, kemana perginya gadis SMU yang menabrakku dengan jus manganya lalu marah-marah tidak jelas padaku," goda Bayu.
Naila tertawa sambil mengusap air matanya. "Mas Bayu masih mengingatnya," tanyanya.
"Tentu, aku tidak akan lupa pada gadis yang membuat jantungku berdebar untuk pertama kalinya," jawabnya membuat Naila kembali terdiam.
"Pergilah ke kamarmu, dan bersihkan dirimu!" perintah Bayu pada gadis itu.
Naila mengangguk dan beranjak dari duduknya kemudian pergi meninggalkan Bayu sendirian di ruang tamu.
Bayu menatap kepergian gadis itu dengan tatapan sendu. tidak bisa dipungkiri dia masih sangat mencintai Naila, gadis yang sekarang terlihat sangat rapuh. Sungguh jauh sekali dengan Naila yang dulu, penuh dengan keceriaan.
Bayu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya sendiri, ia melihat pintu kamar Naila masih terbuka. Sayup-sayup terdengar olehnya gadis itu sedang bersitegang, dengan seseorang lewat panggilan selulernya. "Siapa kamu? Apa sebenarnya maumu? Tolong jangan ganggu saya!" pintanya dengan mimik ketakutan.
Bayu yang hendak menghampirinya terhenti langkahnya sebab Naila telah menutup pintu kamarnya. Sepertinya gadis itu tidak ingin Bayu tahu masalah yang menimpa dirinya.
Tak lama kemudian, terdengar jeritan melengking dari dalam kamar Naila lalu benda jatuh dengan sangat keras.
Bayu melangkah dengan cepat menuju kamar gadis itu, ia mengetuk pintu, berulang kali. "Nai, ada apa? Tolong buka pintunya, Nai!" teriak Bayu dari luar kamar Naila.
Bayu mengetuk pintu semakin keras dan memanggil gadis itu berulang kali. Namun, tidak ada sautan. Akhirnya ia mendobrak pintu itu, satu kali, dua kali belum terbuka hingga ketiga kalinya pintu pun terbuka lebar, Naila tergeletak di lantai dengan pergelangan tangan bersimbah darah sebab Naila mencoba menyayat nadinya."Naila!" teriak BayuPria itu berlari kedalam kamarnya, untuk mengambil kotak obat. Pria yang pernah kuliah di kedokteran itu mulai melakukan pertolongan pada gadis itu. Setelah selesai, ia baringkan Naila di ranjangnya.Bayu duduk di bibir ranjang Naila sambil menatap wajah gadis itu yang pucat. "Kenapa kau lakukan ini, Nai? Apa kau tidak percaya bahwa aku bisa melindungimu?" gumamnya lirih."Papa, mama, Nai kangen. Tolong bawa aku bersamamu." Naila mengigau.Bayu menghela napas dan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke sofa dia merebahkan tubuhnya di sana. Ia sengaja tidur di kamar Naila karena ia tidak ingin terjadi apa-apa lagi pada gadis itu.Malam semakin la
Naila terkejut dengan apa yang di lakukan Bayu ia takut sekali kalau pria itu melakukan hal yang tidak seharusnya pada dirinya."Mas, jangan lakukan itu, tolong jangan lakukan itu!" pintanya sambil memundurkan tubuhnya kebelakang."Seharusnya sejak dulu aku melakukannya, Nai, agar kau tetap berada di sisiku," katanya sambil melepaskan kemejanya dan mulai melepas ikat pinggangnya.Naila panik ia tidak ingin Bayu melakukannya dalam keadaan marah, sambil menyeka air matanya ia berteriak, "Tunggu, Mas Bay!"Bayu menghentikan aksinya, ia menunggu gadis itu berbicara bagaimanapun ia tidak mau menyentuh gadis tanpa ikatan pernikahan.Naila menenangkan dirinya. Setelah, jantungnya dibuat hampir lepas oleh pria itu."Baik! Kita akan menikah, dengan satu sarat, rahasiakan kalau kita sudah menikah, dan orang yang terlibat di dalamnya harus bisa menjaga rahasia itu dan Jelita tidak boleh tahu sampai kapan pun!" jelas Naila bernegosiasi.Bayu menatap sendu wanita yang berurai air mata itu. "Kau ti
Bayu terkejut ia termangu sesat, mobil di depan terdorong maju hingga beberapa meter dan Bumper belakang mengalami kerusakan begitu pula bumper depan mobilnya. Ia segera keluar dan menghampiri pemilik mobil itu."Maaf, Pak. Mari kita lihat apa yang rusak dari mobil Bapak, mohon maaf saya tadi buru-buru," ucap BayuBayu bernegosiasi sebentar dengan pemilik mobil itu lalu ia kembali melajukan mobilnya dengan sangat kencang, hingga hanya beberapa menit saja sampai di rumahnya.Bayu berjalan menuju kamarnya yang terlihat kosong dan hanya ada secarik kertas yang berada dia atas bantal lalu ia membaca serta meremasnya dengan sangat kuat. Dia tidak menyangka wanita yang begitu ia cintai meninggalkannya lagi. Setelah, menorehkan lukisan indah di hatinya, yang mungkin tidak akan pernah luntur sampai kapan pun.Pria itu luruh dan terduduk serta memukulkan tangannya ke lantai berulang kali. Jelita yang dari tadi berdiri hanya bisa terpaku melihat kepanikan dan kegusaran kakaknya, langsung menang
Naila terkejut saat tiba-tiba saja gelas air minum yang di pegangnya meluncur jatuh dan pecah berserakan di lantai dan saat ia memunguti pecahan kacanya ia tertusuk dan berdarah."Auw," teriaknya saat jemarinya terluka.Bik Darmi tergopoh-gopoh menghampiri majikannya itu. "Ada apa Nona?"Ia melebarkan matanya saat melihat tangan sang majikan berdarah dan pecahan kaca berserakan tidak jauh dari kaki majikannya."Nona, kemari lewat sini biar saya obati dan setelah itu saya bersihkan lantainya," kata bik Darmi."Maaf entah kenapa tangan saya itu licin dan hati saya juga merasa tidak enak, sebenarnya saya sudah menikah, Bik, tetapi karena saya takut suami saya terkena imbas dari masalah saya jadi saya pergi dari rumah meninggalkan suami saya, sebab lelaki itu selalu menteror saya setiap hari," jelas Naila."Ya, Allah, Nona. Maaf bukannya saya kurang ajar, tetapi sebaiknya ini dibicarakan dulu sama suami Nona, tetapi kalau itu keputusan Nona, saya dan suami saya akan berusaha menjaga Nona,
Lelaki yang berumur 55 tahun itu menatap nyalang kepada anak buahnya ia begitu kecewa karena mereka tidak mendapatkan Naila, padahal sudah hampir seminggu mereka semua mengintai rumah itu tetapi tidak membuahkan hasil."Apa sebenarnya kerja kalian! Cari sampai dapat, bagaimana pun caranya gadis itu harus kalian dapatkan!" teriaknya."Maaf, Tuan. Kami akan segera mencarinya," jawab salah satu dari anak buahnya itu."Pergi, Kalian!" hardiknya pada anak buahnya.Mereka pun dengan cepat keluar dari ruangan tuannya itu sebelum . Pria itu mengepalkan tangannya sangat kuat, ia begitu terobsesi gadis cantik nan cerdas itu. Pria itu tertarik pada Naila pada saat ia menghadiri pertemuan dengan kliennya di Jerman, Gadis itulah yang menjadi penggagas proyek Megah Bintang bersama dengan kliennya itu. Naila mewakili atasannya untuk mempresentasikan dengan sangat piawai dan lugas, membuat hati lelaki itu berdetak sangat cepat padahal dia sudah memiliki tiga orang istri yang sangat cantik -cantik.Po
Dengan tubuh gemetar dan tergopoh-gopoh, ia keluar dari mobil dan menghampiri orang yang ditabraknya. "Apa anda tidak apa-apa?" tanyanya."Ti--tidak, Nona. Saya tidak apa-apa saya yang salah," jawab pria itu."Ayo ikut saya ke dokter! Takutnya Anda terluka parah," jawab Jelita.Lelaki itu mendongak menatap gadis itu dan Jelita pun terkejut."Kau Dron, 'kan?" tanya Jelita."Kamu, Jelita?" tanya lelaki itu padanyaJelita pun menarik lengan pria itu. "Ayo ke rumah sakit jangan membantah lagi!" ajaknya pada gadis itu.Pria itu tidak dapat membantah, ia pun mengikuti gadis itu masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah gadis itu. Jelita pun memutar arah mobilnya kembali kearah rumah sakit."Jelita, sudah tidak perlu ke rumah sakit, aku benar-benar tidak apa-apa," bantahannya."Bagaimana tidak apa-apa? Mobilku menyenggol tubuhmu, Kau sungguh memprihatinkan. Kenapa dengan dirimu? Apa yang terjadi?" tanya Jelita beruntun."Mana yang harus kujawab? Terlalu banyak pertanyaanmu, Jelita," jawabnya
Naila keluar dari kamarnya ia mencari bik Darmi. Namun tidak menemukannya.Dia memandang handponenya yang berdering dari tadi dan tidak berhenti. 'Siapa dia? Aku hanya punya nomer pak Nurhan,' pikirnya mulai gelisah.Dalam keadaan seperti ini dia sebenernya membutuhkan Bayu untuk bisa memeluknya erat, dan membawanya ke dalam dada dekapan pria itu.Dengan tangan gemetar, ia menerima panggilan nomer tersebut tanpa bersuara ia menerimanya."Hello, sayang. Berapa kali pun kamu mengganti nomormu, aku akan bisa menemukanmu," terdengar suara seseorang dari seberang membuatnya terkejut dan terpaku. Tangannya begitu lemas hingga tak sanggup memegang handphone dan akhirnya jatuh di lantai.Suara jatuhan yang keras membuat bik Dar yang baru saja masuk terkejut dan segera menghampiri majikannya."Ada apa, Nona?" teriaknya.Bik Dar melihat sang nona terduduk dengan lemas di lantai lalu ia menghampirinya."Apa Nona baik-baik
Dengan hati berdebar, dan penuh rasa ketakutan ia mengambil handphone tersebut mulai menerima panggilan tersebut yang ternyata panggilan video."Hello Nona, ini bibi dan memakai nomernya Bang Sofyan," sahutnya saat Video call telah tersambung sambil tertawa saat melihat wajah pucat pasih majikannya."Ya, Allah Bibi, kamu mengagetkan saja, jantung saya rasanya mau lepas karena ketakutan," jawabnya kemudian."Maaf, Nona. Saya belum menyimpan nomer suami di handphone saya soalnya saya jarang nelpon dia dan dia memang gak pernah ke mana-mana selain merawat taman di vila dan kebun tuan, Nona," jawabnya terkekeh."Iya, saya mengerti, saya simpankan ya Bi, kasih nama siapa nih? Sayangku, suamiku atau siapa?" tanya Naila menggoda."Nama biasa saja Non, Bang Sofyan," jawabnya tertawa.Iya, Baik nanti aku simpankan, lalu kenapa bibi kok telpon saya apa uangnya kurang," tanyanya pada Bik Darmi.Ini Nona saya bingung mau pilihkan ba