Share

Bab 2 Pertemuan

Bayu benar-benar sangat terkejut sebab ternyata sahabat adiknya itu adalah mantan kekasih yang telah meninggalkannya lima tahun yang lalu.

Naila pun sama terkejutnya ia bergumam lirih. "Mas Bay!"

Gadis itu mematung matanya terbelalak lebar bagai melihat hantu, jantungnya berdetak kencang, lelaki itu berjalan dengan langkah lebar menghampirinya.

"Tidak usah mempertahankan rumah ini jika keselamatanmu yang menjadi taruhannya!" ucapnya sambil meraih dan menarik tangan gadis itu melangkah pergi keluar dari rumah itu. Kemudian, ia menoleh pada segerombolan pria sangar itu.

"Katakan pada Bosmu, gadis ini tidak memerlukan rumah ini, silakan saja ambil!"

Sementara itu jelita berjalan dibelakang mereka dengan membawa koper Naila yang baru diambilnya dari dalam rumah.

Bayu membuka pintu mobil dan mendorong gadis itu dengan pelan ke

dalam. Ia pun duduk di belakang kemudi lalu menoleh keluar. "Ayo cepat masuk!" perintahnya pada Jelita yang masih di luar setelah menyimpan koper Naila di bagasi.

"Aku tidak ikut, harus segera ke Surabaya!" teriak jelita sambil berlari dan masuk ke dalam taksi yang telah di pesannya.

Mobil berjalan dengan kecepatan sedang menuju kediaman pria itu. Dalam perjalanan, tidak ada percakapan antara mereka dan saling diam, sampai tiba tujuan.

Bayu keluar mobil dan membawa koper Naila ke dalam kamar, menoleh ke arah gadis yang berjalan di sampingnya dan Mereka saling beradu pandang membuat gadis itu menundukkan kepalanya.

Naila duduk di bibir ranjang dengan gelisah. Sebab, saat ini dia hanya berdua saja dengan Bayu pria yang masih ada dalam hatinya.

"Naila!" panggil Bayu dan gadis itu pun mendongak menatap dengan segan.

"Istirahatlah, kau pasti lelah!" titahnya kembali seraya keluar dari kamar itu.

"Iya," jawab Naila masih menatap kepergian Bayu, pria yang dulu sering menasehati dan menghiburnya saat dia sedih.

Bayu berjalan keluar dari kamar Naila, ia masih tidak menyangka akan bertemu gadis itu lagi setelah, sekian lama berpisah. Pria itu mengukir senyum mengingat kembali pertemuannya dengan Naila. Waktu itu Naila masih berseragam SMU, dengan sangat cerobohnya, gadis itu menabrak dan menumpahkan minuman di kemejanya. Saat itu ia baru saja masuk ke dalam sebuah kafe, untuk menemui temannya. Gadis itu justru memakinya dan marah-marah serta berbicara tanpa jeda kepadanya.

Namun, ketika mengingat perpisahannya dengan gadis itu senyumnya memudar berubah menjadi rasa kecewa, sedih dan marah.

----------------

Malam berganti pagi, Bayu duduk di kursi meja makan dengan menikmati sarapan yang disediakan Naila. Sebab, bik Surti sedang pulang kampung, entah berapa lama Bayu juga tidak tahu dan ia tidak ingin mengganti yang baru.

"Apa kau baik-baik saja sekarang? Bagaimana dengan tidurmu semalam?" tanyanya pada Naila tanpa menatap gadis itu.

"Aku baik-baik saja, trimakasih telah menolongku," ucap Naila menunduk sambil mengaduk makanannya.

"Biasa saja, jika itu bukan kamu, aku juga akan menolongnya," jawab Bayu datar.

Pria itu berdiri dari duduknya setelah menyelesaikan sarapannya lalu ia berjalan pergi sabil berkata, "Anggap rumah sendiri, aku berangkat."

"Iya, terimakasih," jawab Naila dan Bayu hanya mengangguk dan berlalu. Tak lama kemudian, terdengar deru mobil menjauh.

Naila menghembuskan napas, menghilangkan rasa sesak di dadanya. Teringat saat ia menolak untuk dikenalkan pada keluarga kekasihnya sebab saat Bayu berniat serius ingin menikahinya dalam waktu dekat dan bosan dengan hubungan yang disembunyikan. ia malu mempunyai kekasih yang usia jauh lebih dewasa darinya tetapi ia selalu nyaman berada di samping pria itu.

Naila menghapus air matanya, ia sedih karena kepergiannya tanpa pamit lima tahun yang lalu membuat Bayu terluka dan sekarang dia berada di rumah pria itu. Lelaki yang pernah ia sakiti.

Telpon berdering dari saku celananya ia mengambil dan menerima panggilan, ternyata itu dari pengacara almarhum papanya. Ia pun segera membereskan meja bergegas pergi menemui pengacara itu.

----------------

Bayu sampai di rumah jam lima sore dan terlihat sangat sepi. 'Kemana Naila,' pikirnya.

Ia berjalan menaiki tangga dan menoleh pada kamar gadis itu, tertutup rapat. 'Apa dia masih tidur? Ini sudah hampir petang, apa dia baik-baik saja? Kenapa tidak keluar?' batinnya galau.

Ia melangkah ke arah kamar Naila dan mengetuk pintu beberapa kali. Namun, tidak ada jawaban. Ia menghela napas. 'Mungkin dia keluar, ia tidak berubah tak pernah memberi kabar apapun jika ingin pergi,' pikirnya kembali.

Pria itu kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya lalu menutupnya. Lima belas menit kemudian ia keluar dengan tubuh segar habis mandi. ia berjalan menuju dapur melihat ada makanan apa di rumah.

Bosan di dapur, ia ke ruang tamu, menatap keluar pintu, hari semakin gelap dan Naila tidak ada di rumah. Ia cemas, takut dan kawatir kalau gadis itu pergi lagi meninggalkannya seperti lima tahun yang lalu.

Waktu beranjak dengan cepat, ia melirik pergelangan tangannya sudah jam delapan malam belum ada tanda-tanda Naila kembali, ia semakin cemas hingga terdengar suara mobil berhenti lalu berjalan lagi menjauh kemudian Bayu melihat gadis itu masuk ke dalam rumahnya dengan wajah terlihat lelah.

"Dari mana?" tanya Bayu pada gadis itu.

"Eemm ... da--dari pengacara, Mas," jawab gadis itu tergagap karena takut Bayu marah padanya, padahal selama bersama dengannya dulu pria itu tidak pernah marah sama sekali walau dia berbuat ulah.

Bayu tersenyum merangkum bahu gadis itu dan membawanya duduk di sofa, ia menatap dengan sendu.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Bayu tanpa mengalihkan tatapannya.

"Eemm ... iya, maaf tidak pamit Mas Bayu sebab aku tidak tahu nomer teleponmu, Mas," jawabnya menunduk.

"Nomerku tidak pernah berubah, Nai. Bahkan kau bisa menghubungiku kapan pun kau mau," jawab Bayu lembut.

"Maaf," jawab gadis itu sambil menangis .

"Hai, aku tidak marah, kenapa menangis?" tanya Bayu sambil mengusap air mata Naila.

"Maaf, selalu menyusahkanmu," ucapnya.

"Tidak, aku hanya cemas, sekarang kau ada di rumahku, Nai. Itu artinya kau tanggung jawabku, jadi tolong kemana pun kau pergi beri tahu aku," pintanya pada gadis itu.

"Apa kau sudah makan?" tanyanya kembali dan gadis itu hanya mengangguk.

Bayu terkekeh ia tidak mengira gadis yang dia kenal dengan sifat bar-barnya dan sedikit urakan itu, sekarang menjadi gadis pendiam

"Jika melihatmu sekarang, seperti bukan dirimu yang dulu, kemana perginya gadis SMU yang menabrakku dengan jus manganya lalu marah-marah tidak jelas padaku," goda Bayu.

Naila tertawa sambil mengusap air matanya. "Mas Bayu masih mengingatnya," tanyanya.

"Tentu, aku tidak akan lupa pada gadis yang membuat jantungku berdebar untuk pertama kalinya," jawabnya membuat Naila kembali terdiam.

"Pergilah ke kamarmu, dan bersihkan dirimu!" perintah Bayu pada gadis itu.

Naila mengangguk dan beranjak dari duduknya kemudian pergi meninggalkan Bayu sendirian di ruang tamu.

Bayu menatap kepergian gadis itu dengan tatapan sendu. tidak bisa dipungkiri dia masih sangat mencintai Naila, gadis yang sekarang terlihat sangat rapuh. Sungguh jauh sekali dengan Naila yang dulu, penuh dengan keceriaan.

Bayu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya sendiri, ia melihat pintu kamar Naila masih terbuka. Sayup-sayup terdengar olehnya gadis itu sedang bersitegang, dengan seseorang lewat panggilan selulernya. "Siapa kamu? Apa sebenarnya maumu? Tolong jangan ganggu saya!" pintanya dengan mimik ketakutan.

Bayu yang hendak menghampirinya terhenti langkahnya sebab Naila telah menutup pintu kamarnya. Sepertinya gadis itu tidak ingin Bayu tahu masalah yang menimpa dirinya.

Tak lama kemudian, terdengar jeritan melengking dari dalam kamar Naila lalu benda jatuh dengan sangat keras.

Bayu melangkah dengan cepat menuju kamar gadis itu, ia mengetuk pintu, berulang kali. "Nai, ada apa? Tolong buka pintunya, Nai!" teriak Bayu dari luar kamar Naila.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status