Naila terkejut saat tiba di rumahnya. Banyak sekali orang berdatangan dan ada mobil ambulan yang baru saja keluar dari pintu gerbang serta ada bendera warna kuning di depan rumahnya.
Hatinya berdegup kencang. 'Apa yang terjadi sebenarnya,' pikirnya. Ia berjalan pelan masuk ke dalam rumah dengan menggeret kopernya. Beberapa mata menatap iba kepadanya.
Naila terpaku melihat dua jenazah yang terbungkus kain kafan dan siap disholatkan. Air mata menetes, tungkai kakinya terasa lemas seperti tidak bertulang. Seorang gadis berlari memeluknya. Dia adalah Jelita sahabat Naila yang telah lama tidak bertemu.
Naila menyibakkan tubuh gadis itu, berjalan dengan gontai menghampiri jenazah kedua orang tuanya ingin melihat wajah dari kedua orang tuanya untuk terakhir kalinya. Namun, tidak diperbolehkan. Gadis itu sedih dan terduduk lemas tidak berdaya, sudah bisa di bayangkan bagaimana bentuk jenazah mereka hingga tidak boleh di buka sama sekali.
Naila menoleh pada sahabatnya, meminta penjelasan. Sang sahabat pun bercerita apa yang terjadi sesungguhnya. Bagai tersengat petir ribuan vol ia pun terkulai pingsan. Beberapa orang wanita berusaha menyadarkannya sampai ia tersadar kembali.
Setelah gadis itu sadar Prosesi pemakaman di laksanakan hinga selesai, semua pengantar jenazah berpamitan pulang. Hanya mereka berdua yang masih berada di sana serta duduk bersimpuh di depan nisan kedua orang tua Naila
Naila belum bisa menerima kejadian ini, ia menyalahkan dirinya sendiri atas kematian orang tuanya dan tidak bisa memaafkan dirinya sendiri seumur hidupnya. Selamanya ia akan dihantui rasa bersalah kepada kedua orang tuanya itu. Jelita berusaha menyadarkan sahabatnya untuk tidak meratap, dan akhirnya Naila mau diajak pulang.
Sesampainya di rumah, Naila dikejutkan kembali oleh keributan di rumahnya. Beberapa gerombolan pria sangar datang dan beradu mulut dengan sekuriti.
"Ada apa, Pak? Kenapa ribut-ribut?" tanya Naila kepada mereka.
"Mereka mencari Nona dan meminta Anda untuk ikut dengan mereka atau segera pergi mengosongkan rumah ini!" jelas sekuriti pada Naila
"Apa? Ini rumah saya kenapa seenaknya saja mengusir saya dari rumah ini dan untuk apa saya harus ikut kalian?" protes Naila dengan tatapan tajam penuh luka. Ia sangat marah baru saja mengantarkan jenazah orang tuanya di peristirahatan terakhir, tiba-tiba saja ada orang yang membuat masalah dengannya.
"Saya pengacara pemilik rumah baru Anda. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Jika Tuan Sutoyo tidak bisa memberikan sesuatu yang diinginkan bos kami, maka semua aset termasuk rumah ini menjadi hak milik Beliau, kecuali jika Anda mau menjadi istri keempat dan bersedia ikut kami sekarang juga maka semua aset akan kembali kepada Anda," jelas pengacara itu pada Naila.
"Perjanjian macam apa ini? pasti kalian semua sudah menjebak orang tua saya untuk menandatangani perjanjian Gila ini!" teriak Naila lantang.
"Terserah Anda Nona, saya hanya menjalankan tugas untuk memerintahkan Anda mengosongkan tempat ini. Jika menolak maka Anda harus ikut kami!" jawab pengacara itu.
"Saya tidak ingin meninggalkan rumah ini dan juga tidak mau ikut kalian! Saya akan selesaikan ini lewat jalur hukum!" gertak Naila
"Kami tidak akan memberikan kesempatan Anda untuk bertindak demikian, Nona. Keluar dari rumah ini atau ikut kami paksa!" bentak pria yang berbadan kekar itu lalu ia bersiul dengan keras maka berdatanganlah beberapa pria sangar keluar dari dalam mobil serta membentuk lingkaran mengepung dua gadis itu.
"Eh, kalian mau apa?" tanya Naila panik begitu juga Jelita berusaha menelpon seseorang tetapi tangannya gemetaran, beberapa kali menekan nomer yang salah dan gerombolan pria itu semakin dekat.
Warga sekitar yang tahu hal itu tidak berani mendekat dan membantu. Mereka takut berimbas buruk pada pada diri mereka sendiri dan akhirnya memilih masuk rumah.
"Jangan mendekat! Kalian mau apa?" teriak Naila dengan suara gemetar, ia semakin ketakutan, begitu juga jelita dengan dengan ketakutan yang luar biasa dia bisa menelpon sang kakak agar bisa menolong mereka berdua.
Sementara itu, seorang pria memacu mobilnya dengan sangat kencang. Setelah, mendapatkan telpon dari adiknya. Suaranya yang terdengar seperti ketakutan membuat pria itu khawatir terhadap sang adik. Dia adalah Bayu Saputra
Hanya beberapa menit saja dia sudah sampai dan langsung menerobos masuk pintu gerbang rumah Naila.
"Hai apa-apaan kalian? Kenapa menghadapi dua gadis saja, kalian harus membawa pasukan sebanyak ini?" tanyanya sambil menarik satu persatu dari mereka dan meninju perutnya hingga terjungkal.
"Itu karena Nona Naila bersikeras tetap tinggal di sini maka ia harus ikut kami sebagai sarat untuk bisa tinggal di sini" jelas pengacara lagi
"Siapa, Naila?" tanya Bayu kaget sebab nama itu sangat terdengar familiar di telinganya. Ia menoleh ke arah gadis yang berdiri di dekat adiknya itu.
Bayu benar-benar sangat terkejut sebab ternyata sahabat adiknya itu adalah mantan kekasih yang telah meninggalkannya lima tahun yang lalu.Naila pun sama terkejutnya ia bergumam lirih. "Mas Bay!"Gadis itu mematung matanya terbelalak lebar bagai melihat hantu, jantungnya berdetak kencang, lelaki itu berjalan dengan langkah lebar menghampirinya."Tidak usah mempertahankan rumah ini jika keselamatanmu yang menjadi taruhannya!" ucapnya sambil meraih dan menarik tangan gadis itu melangkah pergi keluar dari rumah itu. Kemudian, ia menoleh pada segerombolan pria sangar itu."Katakan pada Bosmu, gadis ini tidak memerlukan rumah ini, silakan saja ambil!"Sementara itu jelita berjalan dibelakang mereka dengan membawa koper Naila yang baru diambilnya dari dalam rumah.Bayu membuka pintu mobil dan mendorong gadis itu dengan pelan kedalam. Ia pun duduk di belakang kemudi lalu menoleh keluar. "Ayo cepat masuk!" perintahnya pada Jelita yang masih di luar setelah menyimpan koper Naila di bagasi."A
Bayu mengetuk pintu semakin keras dan memanggil gadis itu berulang kali. Namun, tidak ada sautan. Akhirnya ia mendobrak pintu itu, satu kali, dua kali belum terbuka hingga ketiga kalinya pintu pun terbuka lebar, Naila tergeletak di lantai dengan pergelangan tangan bersimbah darah sebab Naila mencoba menyayat nadinya."Naila!" teriak BayuPria itu berlari kedalam kamarnya, untuk mengambil kotak obat. Pria yang pernah kuliah di kedokteran itu mulai melakukan pertolongan pada gadis itu. Setelah selesai, ia baringkan Naila di ranjangnya.Bayu duduk di bibir ranjang Naila sambil menatap wajah gadis itu yang pucat. "Kenapa kau lakukan ini, Nai? Apa kau tidak percaya bahwa aku bisa melindungimu?" gumamnya lirih."Papa, mama, Nai kangen. Tolong bawa aku bersamamu." Naila mengigau.Bayu menghela napas dan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke sofa dia merebahkan tubuhnya di sana. Ia sengaja tidur di kamar Naila karena ia tidak ingin terjadi apa-apa lagi pada gadis itu.Malam semakin la
Naila terkejut dengan apa yang di lakukan Bayu ia takut sekali kalau pria itu melakukan hal yang tidak seharusnya pada dirinya."Mas, jangan lakukan itu, tolong jangan lakukan itu!" pintanya sambil memundurkan tubuhnya kebelakang."Seharusnya sejak dulu aku melakukannya, Nai, agar kau tetap berada di sisiku," katanya sambil melepaskan kemejanya dan mulai melepas ikat pinggangnya.Naila panik ia tidak ingin Bayu melakukannya dalam keadaan marah, sambil menyeka air matanya ia berteriak, "Tunggu, Mas Bay!"Bayu menghentikan aksinya, ia menunggu gadis itu berbicara bagaimanapun ia tidak mau menyentuh gadis tanpa ikatan pernikahan.Naila menenangkan dirinya. Setelah, jantungnya dibuat hampir lepas oleh pria itu."Baik! Kita akan menikah, dengan satu sarat, rahasiakan kalau kita sudah menikah, dan orang yang terlibat di dalamnya harus bisa menjaga rahasia itu dan Jelita tidak boleh tahu sampai kapan pun!" jelas Naila bernegosiasi.Bayu menatap sendu wanita yang berurai air mata itu. "Kau ti
Bayu terkejut ia termangu sesat, mobil di depan terdorong maju hingga beberapa meter dan Bumper belakang mengalami kerusakan begitu pula bumper depan mobilnya. Ia segera keluar dan menghampiri pemilik mobil itu."Maaf, Pak. Mari kita lihat apa yang rusak dari mobil Bapak, mohon maaf saya tadi buru-buru," ucap BayuBayu bernegosiasi sebentar dengan pemilik mobil itu lalu ia kembali melajukan mobilnya dengan sangat kencang, hingga hanya beberapa menit saja sampai di rumahnya.Bayu berjalan menuju kamarnya yang terlihat kosong dan hanya ada secarik kertas yang berada dia atas bantal lalu ia membaca serta meremasnya dengan sangat kuat. Dia tidak menyangka wanita yang begitu ia cintai meninggalkannya lagi. Setelah, menorehkan lukisan indah di hatinya, yang mungkin tidak akan pernah luntur sampai kapan pun.Pria itu luruh dan terduduk serta memukulkan tangannya ke lantai berulang kali. Jelita yang dari tadi berdiri hanya bisa terpaku melihat kepanikan dan kegusaran kakaknya, langsung menang
Naila terkejut saat tiba-tiba saja gelas air minum yang di pegangnya meluncur jatuh dan pecah berserakan di lantai dan saat ia memunguti pecahan kacanya ia tertusuk dan berdarah."Auw," teriaknya saat jemarinya terluka.Bik Darmi tergopoh-gopoh menghampiri majikannya itu. "Ada apa Nona?"Ia melebarkan matanya saat melihat tangan sang majikan berdarah dan pecahan kaca berserakan tidak jauh dari kaki majikannya."Nona, kemari lewat sini biar saya obati dan setelah itu saya bersihkan lantainya," kata bik Darmi."Maaf entah kenapa tangan saya itu licin dan hati saya juga merasa tidak enak, sebenarnya saya sudah menikah, Bik, tetapi karena saya takut suami saya terkena imbas dari masalah saya jadi saya pergi dari rumah meninggalkan suami saya, sebab lelaki itu selalu menteror saya setiap hari," jelas Naila."Ya, Allah, Nona. Maaf bukannya saya kurang ajar, tetapi sebaiknya ini dibicarakan dulu sama suami Nona, tetapi kalau itu keputusan Nona, saya dan suami saya akan berusaha menjaga Nona,
Lelaki yang berumur 55 tahun itu menatap nyalang kepada anak buahnya ia begitu kecewa karena mereka tidak mendapatkan Naila, padahal sudah hampir seminggu mereka semua mengintai rumah itu tetapi tidak membuahkan hasil."Apa sebenarnya kerja kalian! Cari sampai dapat, bagaimana pun caranya gadis itu harus kalian dapatkan!" teriaknya."Maaf, Tuan. Kami akan segera mencarinya," jawab salah satu dari anak buahnya itu."Pergi, Kalian!" hardiknya pada anak buahnya.Mereka pun dengan cepat keluar dari ruangan tuannya itu sebelum . Pria itu mengepalkan tangannya sangat kuat, ia begitu terobsesi gadis cantik nan cerdas itu. Pria itu tertarik pada Naila pada saat ia menghadiri pertemuan dengan kliennya di Jerman, Gadis itulah yang menjadi penggagas proyek Megah Bintang bersama dengan kliennya itu. Naila mewakili atasannya untuk mempresentasikan dengan sangat piawai dan lugas, membuat hati lelaki itu berdetak sangat cepat padahal dia sudah memiliki tiga orang istri yang sangat cantik -cantik.Po
Dengan tubuh gemetar dan tergopoh-gopoh, ia keluar dari mobil dan menghampiri orang yang ditabraknya. "Apa anda tidak apa-apa?" tanyanya."Ti--tidak, Nona. Saya tidak apa-apa saya yang salah," jawab pria itu."Ayo ikut saya ke dokter! Takutnya Anda terluka parah," jawab Jelita.Lelaki itu mendongak menatap gadis itu dan Jelita pun terkejut."Kau Dron, 'kan?" tanya Jelita."Kamu, Jelita?" tanya lelaki itu padanyaJelita pun menarik lengan pria itu. "Ayo ke rumah sakit jangan membantah lagi!" ajaknya pada gadis itu.Pria itu tidak dapat membantah, ia pun mengikuti gadis itu masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah gadis itu. Jelita pun memutar arah mobilnya kembali kearah rumah sakit."Jelita, sudah tidak perlu ke rumah sakit, aku benar-benar tidak apa-apa," bantahannya."Bagaimana tidak apa-apa? Mobilku menyenggol tubuhmu, Kau sungguh memprihatinkan. Kenapa dengan dirimu? Apa yang terjadi?" tanya Jelita beruntun."Mana yang harus kujawab? Terlalu banyak pertanyaanmu, Jelita," jawabnya
Naila keluar dari kamarnya ia mencari bik Darmi. Namun tidak menemukannya.Dia memandang handponenya yang berdering dari tadi dan tidak berhenti. 'Siapa dia? Aku hanya punya nomer pak Nurhan,' pikirnya mulai gelisah.Dalam keadaan seperti ini dia sebenernya membutuhkan Bayu untuk bisa memeluknya erat, dan membawanya ke dalam dada dekapan pria itu.Dengan tangan gemetar, ia menerima panggilan nomer tersebut tanpa bersuara ia menerimanya."Hello, sayang. Berapa kali pun kamu mengganti nomormu, aku akan bisa menemukanmu," terdengar suara seseorang dari seberang membuatnya terkejut dan terpaku. Tangannya begitu lemas hingga tak sanggup memegang handphone dan akhirnya jatuh di lantai.Suara jatuhan yang keras membuat bik Dar yang baru saja masuk terkejut dan segera menghampiri majikannya."Ada apa, Nona?" teriaknya.Bik Dar melihat sang nona terduduk dengan lemas di lantai lalu ia menghampirinya."Apa Nona baik-baik