Share

Bab 3 Permintaan Bayu

Bayu mengetuk pintu semakin keras dan memanggil gadis itu berulang kali. Namun, tidak ada sautan. Akhirnya ia mendobrak pintu itu, satu kali, dua kali belum terbuka hingga ketiga kalinya pintu pun terbuka lebar, Naila tergeletak di lantai dengan pergelangan tangan bersimbah darah sebab Naila mencoba menyayat nadinya.

"Naila!" teriak Bayu

Pria itu berlari kedalam kamarnya, untuk mengambil kotak obat. Pria yang pernah kuliah di kedokteran itu mulai melakukan pertolongan pada gadis itu. Setelah selesai, ia baringkan Naila di ranjangnya.

Bayu duduk di bibir ranjang Naila sambil menatap wajah gadis itu yang pucat. "Kenapa kau lakukan ini, Nai? Apa kau tidak percaya bahwa aku bisa melindungimu?" gumamnya lirih.

"Papa, mama, Nai kangen. Tolong bawa aku bersamamu." Naila mengigau.

Bayu menghela napas dan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke sofa dia merebahkan tubuhnya di sana. Ia sengaja tidur di kamar Naila karena ia tidak ingin terjadi apa-apa lagi pada gadis itu.

Malam semakin larut Bayu telah terlelap, setelah ia mencoba terjaga, untuk menunggu Naila bangun dari pingsannya hingga fajar menyingsing.

----------------

Naila terbangun saat Bayu, masuk dalam kamarnya dengan membawa setangkup roti isi dan segelas susu hangat.

saat melihat lelaki itu, ia sadar bahwa dia telah selamat. Ia menghembuskan napas. "Kenapa Mas Bayu menolongku?" tanyanya.

"Karena aku tidak ingin kamu masuk neraka, kasihan ayah dan ibumu, akan susah mencarimu, nanti," jawabnya datar.

"Ck, Kok jawaban begitu sih, Mas," protes Naila.

"Aku harus jawab apa? Kamu saja tidak bisa menyayangi dirimu sendiri. Kau pikir dengan bunuh diri masalah akan selesai, tidak Naila. Justru kau harus bertanggung jawab dengan perbuatanmu di akhirat nanti," jawab Bayu sambil meletakkan meja kecil berisi makanan di depan Naila.

"Maaf," jawab Naila menunduk.

"Kenapa, minta maaf padaku yang kau lukai dirimu sendiri. Jadi mintalah maaf pada dirimu sendiri," jawabnya sambil duduk di bibir ranjang.

"Saya juga punya salah sama, Mas," ucapnya.

"Sudah jangan pikirkan, makanlah lalu istirahatlah. Dengar jangan lakukan hal bodoh lagi, mengerti!" pinta bayu

"Eemm," jawab Naila.

"Nai!" panggil Bayu sebelum ia keluar dari kamar gadis itu.

"Iya." Gadis itu mendongak.

"Kumohon, bagilah masalahmu denganku, bersandarlah padaku Nai!" pinta Bayu dengan tatapan lembut.

"Iya, akan ku coba," jawab gadis itu.

"Baiklah aku pergi dulu, jaga dirimu dan jangan macam-macam, jika kau melakukan hal itu lagi, jangan salahkan aku jika bertindak tegas padamu, Nai. Sekarang kau tanggung jawabku. Mengerti!" kata Bayu lembut sambil membelai rambut Naila kemudian melangkah keluar dari kamar gadis itu.

Naila menatap kepergian Bayu dengan mata berkaca-kaca, ia sangat tahu betapa pria itu mencintanya, hingga berusaha membuat dirinya nyaman di rumah ini.

----------------

Setelah kejadian itu, Bayu berusaha memberikan perhatian penuh dan selalu menjaga perasaan Naila walaupun ia ingin membahas sesuatu yang sudah sangat lama ia pendam, dengan sekuat tenaga ia tahan untuk mengungkapkannya.

Lima hari sudah Naila tinggal di rumahnya, lambat tapi pasti sudah bisa menghilangkan kesedihannya, sudah mulai bisa tertawa, walaupun Bayu kawatir ada seseorang yang akan meneror gadis itu lagi, ia mencoba percaya bahwa Naila bisa mengatasinya.

Malam semakin larut Bayu, menyudahi pekerjaan dan keluar dari ruangan kerjanya ia berjalan menuju dapur untuk menghilangkan dahaganya. Langkahnya terhenti saat melihat Naila berdiri di depan lemari pendingin sedang mengambil sebotol air dingin.

"Kau belum tidur?" tanya Bayu pada gadis itu dengan tiba-tiba membuat Naila terjengkit.

Naila menoleh kebelakang dan tersenyum. "Belum, Mas juga sama, mau minum?" tanya Naila

"Hemm," jawab Bayu.

Naila mengambilkan sebotol air dingin dan memberikan pada Bayu, saat gadis itu hendak melangkah pergi Bayu menahannya.

"Nai, bisa temani aku duduk di sini?" tanyanya saat dia sudah duduk di kursi meja makan.

"Baiklah," jawabnya sambil menarik kursi kemudian duduk di depan Bayu.

"Bagaimana perasaanmu hari ini? Apa merasa lebih baik?" tanyanya pada gadis itu setelah ia meneguk minumannya.

"Iya, aku baik-baik saja, kenapa?" tanya Naila kembali.

"Aku ingin bicara tentang kita, Nai," ungkap Bayu.

"Apa?" tanya Naila sembari menatap pria itu dengan jantung berdetak kencang.

"Nai, mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya, tetapi kau sekarang adalah tanggung jawabku, aku tidak akan bisa melindungimu tanpa status pernikahan," jelas Bayu

"Maksudnya, Mas?" tanya Naila menatap pria itu sambil mengernyitkan dahinya.

"Maukah kau menikah denganku? Biar aku bisa melindungimu segenap jiwa dan ragaku," pinta Bayu

Naila terdiam tidak tahu harus menjawab apa, pikiran dan hatinya berkecamuk saling bertentangan.

"Nai!" panggil Bayu dan gadis itu mendongak menatap pria itu.

"Pikirkanlah baik-baik, Nai. Kita hidup di satu atap tanpa status pernikahan, sementara jelita sering keluar kota dan kita hanya berdua saja di sini. Aku lelaki normal, Nai. Bisa khilaf kapan pun, jika aku tidak bisa mengendalikan diriku, apalagi aku sangat mencintai mu," ungkapnya dengan tatapan sendu.

"Baiklah akan kupikirkan, Mas" jawab Naila sambil menunduk.

"Trimakasih, kembalilah tidur ini sudah larut malam!" perintahnya sambil beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya begitu juga Naila.

----------------

Bayu telah berpakaian rapi pagi ini sebab akan ada rapat dengan klien hari ini. Ia berjalan menuruni tangga, dengan jas yang disampirkan di lengannya lalu tersenyum hangat pada Naila, yang sibuk membuat sarapan pagi untuknya.

Pria itu meletakan jasnya di kursi kosong. Dia duduk sambil menatap gadis yang mengambilkan makanan untuknya.

Naila hanya menggangguk tersenyum lalu pria itu menikmati menu sarapan pagi dengan lahap. Setelah selesai, ia segera berdiri hendak berangkat menuju kantornya sambil mengenakan jasnya dan melewati ruang tamu. Alangkah terkejutnya dia, saat melihat koper Naila berada di sana.

"Apa ini?" tanyanya sambil mengernyitkan dahinya dan menoleh kearah gadis itu.

"Oh, itu ... aku ... sebenarnya hari ini ingin ijin sama kamu, Mas. Aku akan kembali Jerman," jawab Naila sambil menunduk sebab ia takut Bayu akan marah padanya.

Bayu terdiam sesat mengepalkan jemari tangannya dengan kuat lalu meraih koper dan membukanya kemudian dengan kuat, melemparkannya ke udara dan jatuh ke lantai hingga isinya berhamburan keluar.

"Mas Bay," gumam Naila lirih sebab dia sangat terkejut dan air matanya pun berjatuhan tanpa permisi.

Dia berjalan berbalik arah menghampiri Naila dan sekali ayun tubuh gadis itu sudah berada di atas bahunya seperti orang memanggul beras, Bayu membawa Naila menaiki tangga.

"Mas Bay, turunkan aku! Tolong turunkan aku! kau mau apa?! teriak Naila sambil memukul punggung pria itu.

Pria itu tidak menghiraukan rasa sakit di punggungnya. ia masuk ke dalam kamar dan menguncinya lalu membanting tubuh gadis itu di atas ranjang.

"Menurutmu aku harus apa padamu, hah?!" teriak Bayu sambil melepaskan Jasnya lalu membuka kancing kemeja satu persatu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status