Share

Bab 4 Pernikahan Rahasia

Naila terkejut dengan apa yang di lakukan Bayu ia takut sekali kalau pria itu melakukan hal yang tidak seharusnya pada dirinya.

"Mas, jangan lakukan itu, tolong jangan lakukan itu!" pintanya sambil memundurkan tubuhnya kebelakang.

"Seharusnya sejak dulu aku melakukannya, Nai, agar kau tetap berada di sisiku," katanya sambil melepaskan kemejanya dan mulai melepas ikat pinggangnya.

Naila panik ia tidak ingin Bayu melakukannya dalam keadaan marah, sambil menyeka air matanya ia berteriak, "Tunggu, Mas Bay!"

Bayu menghentikan aksinya, ia menunggu gadis itu berbicara bagaimanapun ia tidak mau menyentuh gadis tanpa ikatan pernikahan.

Naila menenangkan dirinya. Setelah, jantungnya dibuat hampir lepas oleh pria itu.

"Baik! Kita akan menikah, dengan satu sarat, rahasiakan kalau kita sudah menikah, dan orang yang terlibat di dalamnya harus bisa menjaga rahasia itu dan Jelita tidak boleh tahu sampai kapan pun!" jelas Naila bernegosiasi.

Bayu menatap sendu wanita yang berurai air mata itu. "Kau tidak membohongiku, 'kan?" tanyanya pada gadis itu.

"Tidak, bukankah Mas Bayu ingin tahu apakah aku mencintaimu atau tidak? Ya, aku mencintaimu, Mas Bay," jawab Naila sambil menangis.

"Baiklah, aku pun punya permintaan padamu jangan tinggalkan aku dan tetaplah ada di sisiku!" pinta Bayu dan Naila mengangguk.

Bayu mengambil kemeja dan memakainya kembali, senyum samar tercetak di bibirnya lalu ia menelpon seseorang.

"Frans, batalkan semua agendaku hari ini dan bawah beberapa orang kantor yang bisa di percaya ke vilaku, kemudian urus pernikahanku di sana, dan tolong rahasiakan ini dari siapa pun!" perintah Bayu

Naila bernafas lega dia mengusap air matanya dan beranjak turun dari ranjang.

"Kau mau ke mana? Tetap di sini!" perintah Bayu dengan tegas, tanpa menatap gadis itu lalu keluar dari kamar dan menguncinya.

Naila menatap nanar pintu yang tertutup rapat. 'Maaf, Mas Bay. Terpaksa aku mengikuti keinginanmu. Setelah, kau mendapatkan milikku yang berharga, aku akan pergi dari kehidupanmu dan kau boleh menikah dengan wanita mana pun, aku ikhlas,' batinnya

Setengah jam kemudian, pintu kamar terbuka Bayu membawa beberapa paper bag dan memberikannya pada Naila.

"Ganti pakaianmu dengan ini!" perintahnya

Naila pun membawa paper bag ke dalam walk in closet dan mengganti pakaiannya di sana.

Setelah selesai, Naila membalikan tubuhnya dan alangkah ia terkejut saat Bayu sudah berada di belakangnya, dengan senyum samar pria itu berjalan menghampirinya dan langsung mengangkatnya kembali ke atas bahunya. Bayu kembali menggendong Naila dengan cara memanggul di bahunya, membawa keluar kamarnya.

"Mas Bay, turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri!" pinta Naila

"Kau pikir aku percaya sepenuhnya padamu setelah, lima tahun yang lalu kau meninggalkanku. Tidak, Nai!" jawab Bayu tegas sambil terus berjalan menuju mobil lalu membuka pintu dan mendudukkan gadis itu di kursi penumpang kemudian dia masuk dan duduk di belakang kemudi serta melajukannya meninggalkan rumahnya.

Dua jam kemudian, mereka pun sampai di sebuah vila yang megah. Kembali Bayu menggendong dengan cara dipanggul, berjalan memasuki ruangan khusus lalu menguncinya.

"Duduklah! Acara akan segera dimulai" pinta Bayu pada Naila setelah menurunkannya. Kemudian, ia menoleh kepada sekretarisnya.

ā€‚"Firda, tolong rias pengantinku!" perintah Bayu

"Baik, Tuan!" Dengan cekatan sang sekertaris mulai merias Naila, tidak butuh waktu lama untuk merias gadis itu sebab pada dasarnya Naila sudah sangat cantik tanpa polesan make up.

Semuanya sudah siap dan Bayu duduk di depan penghulu, mengucapkan ijab kabul atas Nama Naila Maharani yang kemudian, diiringi dengan teriakan 'SAH' oleh seluruh orang yang hadir lalu mereka makan bersama dengan menu yang telah dipesan. Setelah semua selesai, mereka kembali ke kantor dengan mobil jemputan yang sudah di siapkan.

Sekarang di dalam vila itu, hanya ada Bayu dan Naila. Pengurus vila pun pulang ke rumahnya, memberikan waktu kepada mereka berdua.

"Ayo aku tunjukkan kamar kita untuk hari spesial ini," ucap Bayu sambil menggamit pinggang Naila.

Naila menelan salivanya sendiri, mengendalikan debaran jantungnya dan mendongak menatap pria itu.

"Apa kita tidak pulang ke rumah?" tanya Naila cemas.

"Tidak, untuk dua hari kedepan kita di sini, kenapa?" tanya Bayu sambil tersenyum.

Naila menggeleng, tubuhnya terasa lemas mendengar ucapan suaminya itu. Melihat ekspresi Naila membuat Bayu tertawa.

"Kenapa, kau takut?" tanya Bayu lagi sambil mendekatkan wajahnya ke arah Naila. Gadis itu terperanjat dan menggeleng kepalanya lalu tersenyum masam.

Bayu membawa Naila ke kamar yang sudah dihias dengan indah. Naila pun pasrah dan menyambut penuh ketegangan saat pria itu mengunci pintu.

"Bolehkah?" tanya Bayu sambil menatap penuh kerinduan.

Naila mengangguk dan Bayu mulai menyatukan nafasnya, menyentuh dengan lembut lalu melepaskan kain yang menutup tubuh indah istrinya serta membawanya ke peraduan.

Bayu menjamah istrinya dengan cinta. Mereka berbagi pengalaman serta kenikmatan hingga pria itu memasuk lebih dalam serta membawa bidadarinya melayang dengan suka cita. Air mata Naila berderai menyambut rasa sakit, bahagia dan juga cemas, keputusannya sudah bulat, bahkan madu cinta yang baru direguknya tidak bisa membelokkan hatinya.

Naila akan memanfaatkan dua hari ini untuk mengukir senyum, entah esok masih ada atau tidak. Mungkin juga akan berubah menjadi tangis dan kebencian terhadap dirinya.

Nyatanya setiap cinta membutuhkan sebuah pilihan yang teramat berat. Kini pria yang telah menguasai dirinya satu jam yang lalu, tertidur dalam pelukannya dengan senyuman.

Naila menatap tubuh tegap tanpa berbalut kain dan wajah tampan yang mampu membuatnya tidak berkutik. Andai kehidupannya bisa dijalani dengan kata indah mungkin ia memilih untuk tetap berada dalam pelukan suaminya, nyatanya tidak.

Apa jadinya kalau perusahaan yang dibangun dengan susah payah oleh orang tua suaminya runtuh karena dirinya, mungkin dia akan lebih mendapatkan kebencian dari banyak pihak dan ada banyak kehidupan yang harus dia selamatkan yaitu karyawan yang menggantungkan hidup di sana.

Naila menghela nafas, ia mengerakan tubuhnya dan ingin bangun dari tempat tidurnya, tetapi tangan suaminya mencegahnya, bahkan sekarang mulai kembali bergerilya.

"Mas masih sakit, " jawab Naila di antara deru napasnya.

"Tidak apa, sayang. Itu juga salahmu, kenapa lima tahun yang lalu kabur dariku sekarang kau harus membayar hutangmu padaku," katanya dengan tidak menghentikan aksinya.

Naila melebarkan matanya mendengar apa yang dikatakan suaminya itu.

"Eeh, aku hutang apa?" tanya Naila.

"Hutang cinta, waktu dan kasih sayang yang terlambat kau berikan padaku," jawab Bayu sambil memasuki kembali dan menguasai tubuh molek yang beberapa jam tadi sudah sah menjadi miliknya dan sekarang dia bisa memeluknya, menyentuh bahkan menikmati kehangatannya.

Bayu menari di atas tubuh indah itu dan mencari kenikmatan dalam kehalalan. dia sangat bahagia karena penantiannya tidak sia-sia. Sekarang Naila sudah berada dalam dekapan dan kehangatannya.

Setelah menuangkan cairan hangat ke rahim istrinya dia mencium dengan lembut di kening sang istri.

"Trimakasih, telah bersedia menjadi istriku, mari kita berjalan bersama dan bersandarlah padaku selalu, aku ingin menjadi bagian hidupmu selamanya," ungkap Bayu pada istrinya dan Naila hanya mengangguk.

----------------

Setelah menghabiskan waktu dua hari di vila, mereka pun berencana pulang. Bayu menggendong Naila yang masih sangat lemas karena ulahnya.

Dia mendudukkan istrinya di kursi lalu memasangkan sabuk pengaman dan berjalan memutar kemudian membuka pintu serta duduk dibelakang kemudi. Setelah itu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Nai, tidur saja jika lelah, nanti kalau sudah sampai akan kubangunkan!" titahnya.

"Hemm," jawab Naila. Bayu tersenyum dan kembali fokus. Dua jam kemudian, mereka sampai tetapi Naila masih belum bangun juga. Akhirnya pria itu kembali menggendong istrinya hingga sampai ke kamarnya dan membaringkan di ranjangnya.

"Sebentar, sayang, aku masih ada rapat mungkin agak malam," bisik Bayu pada Naila lalu keluar kamarnya tanpa dikunci. Bayu pun pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai mobilnya menuju kantornya.

Ketika mendengar suara deru mobil yang mulai menjauh, Naila membuka matanya. Dia segera pergi ke kamarnya, mengemasi semua pakaiannya.

"Ahh ... kemana semua surat-surat berhargaku? Ck, dia menyimpannya dan aku tidak tahu di mana letaknya. Jika begini caranya, aku tidak bisa kembali ke Jerman." gerutunya sambil terus berpikir.

Naila menemukan handphonenya, dia bersyukur suaminya tidak menyimpannya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu, memasang masker di wajahnya kemudian berjalan keluar. Sesampainya di pintu, dia melihat ke arah pos gardu jaga yang terlihat lengang, Naila segera berjalan melewati gerbang dan masuk kedalam mobil yang menunggunya di seberang jalan. Tak lama kemudian, berjalan meninggalkan rumah itu.

----------------

di tempat lain di ruang rapat, ponsel Bayu berdering berulang kali dan terlihat di layar monitor, nama Jelita memanggil. Dia pun meminta ijin pada jajaran direksi untuk menerima panggilan sebentar.

Ketika mendengar penuturan adiknya, dia mulai panik dan cemas, dia menghampiri asistennya. "Frans, Naila hilang, tolong kau lanjutkan rapatnya aku harus segera menemui Jelita!" perintahnya dan langsung pergi tanpa mendengar jawaban Frans.

Bayu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Beberapa kali dia hampir menyerempet pengendara lain, pikiran begitu kalut ke mana sebenarnya istrinya itu.

Pikirannya berkecamuk hingga tidak menyadari ada mobil di depan berhenti tiba-tiba, dengan cepat ia menginjak rem lalu terdengar suara deritan panjang dan berganti dengan benturan keras.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status