Share

Bab 8 Teror

Dengan tubuh gemetar dan tergopoh-gopoh, ia keluar dari mobil dan menghampiri orang yang ditabraknya. "Apa anda tidak apa-apa?" tanyanya.

"Ti--tidak, Nona. Saya tidak apa-apa saya yang salah," jawab pria itu.

"Ayo ikut saya ke dokter! Takutnya Anda terluka parah," jawab Jelita.

Lelaki itu mendongak menatap gadis itu dan Jelita pun terkejut.

"Kau Dron, 'kan?" tanya Jelita.

"Kamu, Jelita?" tanya lelaki itu padanya

Jelita pun menarik lengan pria itu. "Ayo ke rumah sakit jangan membantah lagi!" ajaknya pada gadis itu.

Pria itu tidak dapat membantah, ia pun mengikuti gadis itu masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah gadis itu. Jelita pun memutar arah mobilnya kembali kearah rumah sakit.

"Jelita, sudah tidak perlu ke rumah sakit, aku benar-benar tidak apa-apa," bantahannya.

"Bagaimana tidak apa-apa? Mobilku menyenggol tubuhmu, Kau sungguh memprihatinkan. Kenapa dengan dirimu? Apa yang terjadi?" tanya Jelita beruntun.

"Mana yang harus kujawab? Terlalu banyak pertanyaanmu, Jelita," jawabnya sambil meringis.

"Semuanya, kau harus menjawab semuanya!" jawab jelita masih fokus dengan mengemudi.

"Usahaku bangkrut, rumahku disita sekarang aku tidak punya rumah, uang dan pekerjaan," jawabnya dengan mimik sedih.

Sudah jangan dipikirkan ada apartemen milikku tidak pernah kutempati kau bisa tinggal di sana dan soal pekerjaan akan ku tanyakan pada HRD apa masih ada lowongan di bidangmu," jawabnya enteng.

"Jangan aku tidak enak dengan kakakmu," jawab Dron.

"Tenang saja, ia pasti suka cara kerjamu," jawab jelita.

Mereka pun sampai di rumah sakit. Dron mendapatkan penanganan hanya cedera sedikit di kaki dan tangannya. Setelah itu, Jelita mengantarkan Dron di apartemen yang ia punya.

"Anggap saja ini adalah keberuntunganmu, Dron. Sebab penyewanya baru pindah ketempat lain.

"Trimakasih, Jelita. Kau sangat baik, bagaimana aku membalasmu?" tanya Dron kepada Jelita.

Dengan bekerja yang keras mengembangkan perusahaan dengan. sangat baik, ya sudah aku pulang dulu," pamit Jelita.

Jelita pun pergi meninggalkan Dron, yang menatap gadis itu dengan kesedihan. 'Maaf, Jelita aku memanfaatkan mu," batinnya.

----------------

Di rumah sakit Bayu menatap kosong ruangan hatinya hampa baru dua hari setelah pernikahan sang istri meninggalkannya karena suatu sebab yang ia tidak mengerti. Walaupun awalnya dia memaksa, itu tidak lebih dari ingin melindungi wanita pujaannya itu.

ia memejamkan matanya terasa sakit sekujur tubuhnya juga hatinya. Bayangan kemesraan itu selalu melintas di pikirannya membuat hatinya semakin sakit.

Terdengar langkah kaki memasuki ruangan. Bayu menoleh, terlihat olehnya Frans masuk kedalam ruangannya lalu Bayu melambaikan tangannya kepada Frans.

"Frans, kemarilah, aku ingin bicara denganmu!" pintanya

"Iya, ada apa Tuan?"

"Begini, aku ingin kau hubungi Hugo, suruh datang ke sini aku perlu tahu siapa pria yang menghancurkan Bisnis Ayahnya Naila. dan aku juga curiga kecelakaan orang tua Naila itu tidak wajar," pinta Bayu.

Baik, Sebentar, Tuan," jawab Frans sambil melakukan sebuah panggilan. beberapa menit kemudian panggilan terjawab.

"Tuan Hugo, Tuan Bayu ingin bertemu dengan Anda hari ini, beliau sekarang berada di rumah sakit," ungkap Frans saat sambungan telpon tersambung.

"Baik, saya akan segera kesana," jawab seseorang dari seberang lalu sambungan terputus.

"Sudah, Tuan, dia akan segera kesini," jawab Frans dan Bayu mengangguk pandanganya kosong kembali.

"Frans apa kau punya foto Naila? Aku sudah tidak punya lagi handphone-ku hancur," tanyanya.

"Ada tuan tetapi Foto pernikahan, waktu itu Anda meminta saya untuk mengabadikan momen itu walau hanya satu saja," jawab Frans.

"Apa kau tidak menemukan handphoneku di lokasi kecelakaan?" tanya pada Frans.

"Ada tetapi rusak parah," jawab Frans sambil meringis.

"Apa tidak bisa di ambilnya datanya saja? Semua kenanganku ada di sana," keluhnya risau.

"Nanti Anda bisa bertanya langsung dengan Hugo, Tuan. Dia ahlinya di bidang IT," jawab Frans.

"Coba kau ambilkan handphoneku, Frans separah apa rusaknya?" tanya Bayu.

"Ada di rumah saya, Pak!" jawab Frans.

"Ambil sekarang juga!" perintahnya .

"Tetapi Anda akan sendirian di sini, Tuan. Kita tidak tahu siapa musuh Nyoya, hingga membuat beliau takut berada di sisi Anda," jawab Frans.

Bayu terdiam, lalu menghembuskan napas berat.

"Aku tidak apa-apa, Frans ambil saja jika terjadi hal yang buruk itu lebih baik, aku sudah tidak punya lagi gaira untuk hidup, duniaku sudah dibawanya pergi Frans," jawabnya.

"Jangan begitu, Tuan. Perusahaan masih butuh Anda, bagaimana kalau Nyoya nanti hamil? Anda tidak akan punya kesempatan untuk melihat anak Anda, tetaplah sehat dan berharap Anda memiliki keturunan, Tuan. Bukankah Tuan sudah melakukan itu?" tanya Frans sambil terkekeh.

"Sialan kau!" maki Bayu.

"Cepat pulang dan ambilkan handphoneku!" perintah Bayu.

"Tidak, saya akan menunggu sampai Hugo datang akan sangat berisiko jika saya meninggalkan Anda sendirian atau saya akan menyuruh seseorang mengambil nya, Tuan," tolaknya tegas.

"Terserah kamu asal aku ingin segera tahu kondisi handphone-ku itu sangat berharga bagiku saat ini.

Sementara itu di Vila dan di desa terpencil Naila yang baru saja selesai sholat mendengar panggilan telpon. Ia mengeryitkan dahinya. "Siapa yang menelpon bukankah aku baru saja mengganti nomer telpon ku.

Dilayar handphonenya tertera nomer yang tidak dikenal. ia gemetar takut menerima panggilan itu tetapi terus berdering tidak berhenti.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status