Share

Kakak Tiri Rasa Pacar
Kakak Tiri Rasa Pacar
Author: Erna Azura

Makan Malam

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-03-29 15:27:21

Shayla Amaradhiva, gadis sembilan belas tahun yang sedang menempuh pendidikan S1 di sebuah Universitas swasta terbaik di Jakarta tiba-tiba terkejut saat mommy memberitahunya kalau beliau mencintai seorang pria dan akan menikah.

Selama ini Shayla hidup berdua dengan sang mommy dan sangat bahagia karena mereka layaknya bestie.

Daddy-nya Shayla dulunya adalah Atase Perdagangan di Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia.

Konon katanya, mommy dan daddy bertemu di sebuah acara yang diadakan oleh pemerintah sewaktu mommy masih magang di sebuah kantor Kejaksaan.

Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama lalu menikah dan lahirlah bayi mungil cantik yang wajahnya lebih mirip Daddy dan diberi nama Shayla Amaradhiva.

Selesai masa jabatan daddy di Indonesia, beliau bermaksud memboyong mommy dan Shayla ke Inggris karena daddy akan melanjutkan karir Politiknya di sana.

Namun saat itu mommy yang sedang melanjutkan kuliah lagi dan meniti karir di suatu kantor konsultan hukum terbaik di Negara tercinta ini langsung menolak mentah-mentah ajakan daddy.

Sempat melakukan Long Distance Relationshiop namun tidak bertahan lama, akhirnya mommy dan daddy memutuskan untuk bercerai.

Daddy memberikan hak asuh Shayla pada mommy dan setelah itu Shayla kehilangan sosok daddy.

Sebenarnya oma dan opa juga menyayangi Shayla tapi sayangnya mommy sering berdebat dengan opa membuat Shayla jarang mendapat ijin bertemu mereka.

Meski sebenarnya Shayla seringkali diam-diam bertemu oma dan opa tanpa sepengetahuan mommy.

Baiklah, kembali pada Shayla yang masih dengan rasa terkejut yang menyelimuti hati dan pikirannya selama beberapa hari terakhir—ditambah setengah jam lalu mommy masuk ke dalam kamar dan memintanya untuk bersiap karena mereka akan makan malam di luar.

Makan malamnya bukan hal yang asing karena setiap malam minggu, Mommy sering mengajak Shayla makan malam di luar bahkan mereka beberapa kali dugem bareng.

Tapi makan malam kali ini adalah makan malam bersama kekasih Mommy.

Demi apa Shayla malas sekali.

Dia yang sedari tadi duduk di tepi ranjang memandangi deretan pakaian di dalam lemari langsung menghempaskan punggungnya ke kasur bersama hembusan napas jengah.

Ada perasaan cemburu dan resah bila Mommy menikah lagi akan melupakannya karena otomatis perhatian mommy terbagi begitu juga waktunya yang sangat sedikit.

Mommy sibuk sekali sebagai Pengacara, mereka terkadang hanya bertemu pagi atau malam hari saja bahkan terkadang bila ada kasus besar, seperti yang terjadi akhir-akhir ini selama beberapa minggu mereka tidak bertemu hanya bertukar pesan singkat atau notes yang ditempel di kulkas.

Tapi tunggu ….

Shayla menegakan punggungnya, dia tampak berpikir.

Beberapa hari lalu mommy mengatakan kalau beliau akan menikahi kliennya.

Apakah klien dari kasus besar yang sedang mommy tangani sekarang?

Shayla merotasi bola matanya.

“Ngapain sih mommy jatuh cinta sama klien? Kalau dia klien mommy berarti orangnya bermasalah donk!” Shayla misuh-misuh sembari menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

Dia bangkit dari sisi ranjang, tangannya terulur menarik satu dress berwarna hitam.

Shayla menempelkannya di depan tubuh sembari menatap cermin seukuran lebih tinggi dari tubuhnya.

Gadis berambut coklat panjang itu mengangguk, mantap menggunakan warna hitam karena menurutnya hari ini adalah hari berkabung lantaran dia akan kehilangan sebagian dari cinta, sayang dan waktunya mommy.

Setelah memakai dress tersebut dan mengaplikasikan blush on juga lip gloss agar wajahnya tidak pucat—Shayla keluar dari kamar kemudian menuruni anak tangga.

Kebetulan mommy baru keluar dari kamarnya dan beliau langsung mendongak ke arah tangga begitu menyadari kemunculan Shayla.

“Kamu mau ke pemakaman?” Mommy menyindir.

Kedua tangan mommy diletakan di pinggangnya yang ramping.

Mata dengan smoke eyes itu memindai dari atas hingga bawah tubuh Shayla.

“Naik … naik!” Mommy mengarahkan telunjuknya ke atas berulang kali meminta Shayla kembali naik ke kamar.

Tanpa berani membantah Shayla memutar badan, tidak ingin membuat mommy marah.

Shayla memang anak penurut.

Mommy sangat cantik menggunakan dress bodycon warna maroon yang membentuk lekukan tubuhnya begitu sempurna.

Rambut model Bob sebahu yang lurus dibiarkan tergerai dengan sedikit poni menutupi kening sempitnya.

Lalu stiletto berwarna senada membuat kaki mulus Mommy kian jenjang.

Selagi mommy mengobrak-abrik lemarinya, Shayla terus memandangi mommy.

Mommy memang sempurna, pintar-sukses-dan cantik.

Beliau adalah manifestasi impian para wanita, pria mana yang tidak menyukai mommy.

“Pake dress ini sama sepatu wedges warna senada, oke?” Mommy menunggu jawaban.

Shayla menatap dress berwarna peach dengan banyak renda dan tile.

Shayla seperti anak SD bila menggunakan itu tapi lagi-lagi Shayla tidak ingin membuat mommy kesal.

“Oke.” Akhirnya Shayla menjawab singkat.

“Good girl!” Mommy memuji, ada senyum sedikit di sudut bibirnya.

Mommy lantas pergi meninggalkan Shayla di kamar.

Mommy bukan ibu yang otoriter, buktinya mereka pernah dugem bareng.

Beliau juga tidak pernah melarang Shayla pacaran tapi Shayla saja yang malas menjalin hubungan dengan seorang pria.

Shayla tidak ingin terjerumus seperti sahabatnya yang bernama Dewi.

Dewi sama seperti dirinya, kehilangan sosok ayah semenjak kecil dan ketika remaja—Dewi selalu menjalin kasih dengan pria yang usianya lebih tua darinya dan berakhir menjadi simpanan om-om.

Menurut buku yang Shayla baca pun seperti itu, seorang anak yang kehilangan sosok ayah sejak kecil akan mencari sosok ayah pengganti pada pria lain.

Walaupun daddy sudah menikah lagi dan memiliki anak kembar perempuan yang lucu—Shayla masih bertukar kabar dengan daddy.

Yaaa, sekitar sebulan sekali lah saat daddy mentransfer uang jajan.

Hak Shayla sebagai anak yang membutuhkan waktu bersama daddy tidak terpenuhi tapi bagi Shayla mommy saja sudah cukup, dia tidak pernah berharap banyak kepada daddy.

Namun itu dulu, sebelum mommy memiliki kekasih.

“Mommy salah ya memutuskan untuk menikah lagi?” Mommy bertanya menguar hening di dalam mobil selama perjalanan.

Shayla menoleh ke samping pada mommy, mungkin mommy bertanya demikian karena melihat ekspresi wajah Shayla yang murung.

Detik berikutnya Shayla merasakan usapan tangan mommy di puncak kepalanya.

“Mommy hanya menikah, kamu tetap menjadi anak mommy … nanti kita akan tinggal di rumah om Abraham.”

“Kenapa mommy enggak minta pendapat Shayla?”

Mata Shayla mulai berkaca-kaca, dulu memilih warna lipstik saja mommy pasti minta pendapat Shayla.

“Karena kamu belum mengerti tentang perasaan bernama cinta, kamu sendiri belum punya pacar.”

Shayla mengembalikan tatapan ke depan lalu hening, dia enggan menanggapi.

“Mommy masih tetap menyayangi kamu, kita masih tinggal bersama dan akan melakukan aktifitas rutin kita bersama … tidak ada yang berubah, hanya saja hidup kita lebih ramai dengan kehadiran om Abraham dan anaknya.”

Tangan mommy menarik pipi Shayla sehingga Shayla kembali menatap wajah cantik mommy.

“Mommy mencintai pria ini setelah sekian lama mommy menutup hati mommy semenjak perceraian dengan daddy kamu … jadi Mommy minta tolong sama kamu, ikut berbahagialah karena mommy sangat bahagia saat ini.”

Suara mommy terdengar memohon, matanya pun mulai menampung buliran kristal.

Shayla tidak tega bila harus menghancurkan kebahagiaan mommy dengan tetap bersikap murung dan menjadi gadis tidak menyenangkan.

Jadi Shayla menganggukan kepala, mengubah sorot matanya menjadi antusias bersama senyum merekah.

“Kalau Mommy bahagia, Shayla juga bahagia.”

Shayla tidak bohong, dia memang akan merasa bahagia bila sang mommy bahagia tapi untuk sekarang dia butuh waktu menerima kalau harus berbagi mommy dengan pria lain.

“Makasih ya sayang.” Mommy merentangkan tangan merangkul pundak Shayla, memeluk sang putri yang sudah beranjak remaja.

Shayla balas memeluk mommy yang pelukannya selalu hangat dan menenangkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kakak Tiri Rasa Pacar   Kabar Buruk

    Papa Abraham sudah kembali dari perjalanan bisnisnya, Mommy juga sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Ryuga bebas tugas Negara sekarang jadi memiliki waktu untuk mencari Shayla.Jadi setiap hari, Ryuga habiskan waktu beberapa jam untuk mencari Shayla di setiap penjuru kota setelah pulang kerja.Dia pergi ke Mall dan pusat perbelanjaan lainnya sebelum pulang ke apartemen.Ryuga sudah melakukannya semenjak Shayla menghilang.Dan yang membuat Ryuga resah adalah dia tidak lagi menemukan bunga di makam Sakura semenjak menghilangnya Shayla.Itu berarti Shayla tidak pernah mengunjungi makam Sakura.“Sebenarnya kamu ke mana, Sel? Please … pulang, meski kita enggak bisa bersama tapi seenggaknya aku tahu kalau kamu baik-baik aja.” Ryuga bergumam dengan mata berbagi fokus antara kemudi dan pinggir jalan siapa tahu dia beruntung bisa bertemu Shayla.Ryuga sampai membuka peta Jakarta, dia melingkari area yang sudah ditelusuri agar merata mencari Shayla sampai ke perbatasan kota di sekitarnya.Nam

  • Kakak Tiri Rasa Pacar   Belum Luluh

    “Mom … Ryu pulang dulu ya, Ryu harus ketemu klien jam satu nanti … kalau papa belum pulang, nanti Ryu ke sini lagi.” Ryuga berdiri di sisi ranjang mommy untuk pamit, meski mommy masih enggan menatap matanya tapi Ryuga bersyukur mommy tidak tantrum dan mengusirnya sampai detik ini.“Opa dan oma akan menginap di sini, kamu istirahat aja … tadi malam kamu yang jaga di sini, kan?” Opa berujar memberi keringanan kepada Ryuga.Ryuga hanyalah anak tiri Marie yang cintanya kepada Shayla pun ditentang habis-habisan oleh Marie, tidak sepatutnya Marie membebani Ryuga meski opa tahu kalau kebersediaan Ryuga adalah demi papanya.Menurut opa justru Ryuga anak yang baik dan pantas menjadi calon cucu menantunya.“Justru opa dan oma harus istirahat, udara malam dan begadang enggak baik untuk orang tua.” Ryuga menyahut.Opa dan oma tertawa. “Belum lah, kita belum tua-tua amat …,” kata oma penuh percaya diri menghasilkan senyum Ryuga.Marie menundukan kepala menyembunyikan ekspresi wajahnya melihat kea

  • Kakak Tiri Rasa Pacar   Belum Berhenti Mencintai Shayla

    “Ryu, makasih ya udah mau bantu Papa … Papa enggak tahu mau minta tolong siapa … Papa harus pergi … kamu ‘kan tahu urusan ini penting banget buat, Papa.” “Iya, Pa … Ryu ngerti, Papa pergi aja … biar Ryu yang jaga mommy.” Abraham menatap sang putra lekat, anaknya selalu bisa diandalkan, selalu mau mengikuti keinginannya.Beliau telah melupakan kesalahan Ryuga yang telah menghamili Shayla karena banyak yang telah Ryuga lakukan untuk menyenangkan hatinya.“Tapi Ryu, sebenarnya mommy kamu enggak setuju waktu Papa bilang kamu yang akan nungguin dia.” Abraham meringis.Menurutnya Ryuga harus tahu agar bisa menyiapkan mental menghadapi Marie.Ryuga mengembuskan napas panjang tapi bibirnya tersenyum kecut.“Ya udah enggak apa-apa, Ryu udah tahan banting kok.” Abraham menepuk-nepuk pundak Ryuga kemudian masuk ke dalam kamar rawat Marie.Mommy tirinya Ryuga itu sering sekali keluar masuk rumah sakit karena memikirkan keadaan Shayla.Marie menyesal telah berniat menyekolahkan Shayla ke Singap

  • Kakak Tiri Rasa Pacar   Cinta Sejati

    Berkali-kali Adelia menghubungi sang kakak melalui sambungan telepon tapi tak juga mendapat jawaban padahal dia akan berkunjung ke rumahnya sekarang.Taksi online yang Adelia tumpangi sudah berhenti di depan rumah sang kakak, dia turun dan melangkah menyebrangi halaman parkir mobil yang luas.Mengetuk pintu sebanyak tiga kali tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana.Adelia mengembuskan napas kecewa, tapi kemudian tangannya iseng menekan handle pintu dan pintu pun terbuka.Pintu utama rumah kakanya ternyata tidak terkunci.“Baaang!” Adelia memanggil, dia langsung pergi ke lantai dua menuju kamar kakaknya karena di lantai satu tampak sepi.Begitu sampai di depan kamar sang kakak yang terbuka sedikit pintunya, dia mendengar suara air shower di dalam kamar mandi.“Oooh, lagi mandi.” Adelia bergumam.Setiap weekend memang tidak ada asisten rumah tangga, jadi tidak akan ada yang membukakan pintu tapi beruntung pintu depan tidak dikunci.Adelia pergi ke dapur, tenggorokannya kerin

  • Kakak Tiri Rasa Pacar   Mama

    “Kak Ryu?” Kedua alis Dewi terangkat mendapati Ryuga ada di loby apartemennya. “Dew ….” Ryuga bangkit dari sofa menghampiri Dewi. “Lo tahu enggak Shayla di mana?” Ryuga meremat pundak Dewi cukup kencang. “Enggak tahu, Kak … ini ‘kan libur semester … kita enggak ketemu juga enggak chat-chatan.” Sudah dua orang selama dua hari ini yang menanyakan Shayla kepadanya dan Dewi sungguh tidak tahu Shayla ada di mana. Dia juga khawatir. “Coba lo telepon dia, gue udah coba telepon dia tapi hapenya enggak aktif … siapa tahu nomor gue diblok sama dia.” Ryuga pun menjauhkan tangannya dari pundak Dewi. “Waktu om Abraham telepon gue dan ngabarin Shayla kabur, gue udah coba telepon dia tapi enggak aktif … sebentar ya, gue telepon lagi… siapa tahu dia kemarin kehabisan batre.” Dewi mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Dia lantas menempelkan ponsel ke teling

  • Kakak Tiri Rasa Pacar   Benar-benar Hilang

    “Loh … Shayla belum turun dari kamarnya seharian ini ya?” Marie yang sedang membaca majalah di kamar hanya mengangkat bahunya tidak peduli ketika sang suami berujar demikian.Abraham mengembuskan napas berat, beliau keluar dari kamar lalu menaiki anak tangga menuju kamar Shayla.Dia ketuk beberapa kali tapi tidak ada jawaban lantas membuka pintu dan ruang kosong yang dia dapati.Tidak ada Shayla di sana.“Sel … Shayla.” Abraham memanggil sembari melangkah menuju kamar mandi.Namun dia menemukan kamar mandi dalam keadaan kosong.Abraham kembali ke lantai satu untuk menemui asisten rumah tangganya.“Bi, Shayla mana?” “Saya belum liat dari pagi, Pak.” Abraham menghela napas panjang lagi, dia pergi ke kamarnya.“Sayang, coba kamu telepon Shayla … kayanya dia enggak pulang tadi malam, di kamarnya enggak ada dan bibi juga enggak liat dia dari pagi.” Abraham tampak panik.Marie mengangkat pandangannya. “Palingan anak kamu bawa Shayla pergi lagi.”Dengan entengnya Marie menuduh Ryuga.“Ka

  • Kakak Tiri Rasa Pacar   Menghilang

    Pak Zidan sampai harus menepikan kendaraannya karena Shayla tidak kunjung memberitahu alamat rumah.Tadi Shayla menceritakan semuanya yang sebagian sudah Pak Zidan ketahui tentang hubungan Shayla dengan Ryuga beserta janin yang akhirnya gugur dan menyebabkan mereka berpisah. Shayla juga menceritakan keegoisan sang mommy dan bagaimana hancurnya perasan Shayla saat ini.Banyak air mata menyertai cerita Shayla barusan dan pak Zidan tidak bisa berbuat apa-apa selain mendengarkan.Berulang kali pak Zidan mengembuskan napas kasar apalagi setelah mendengar Shayla mengungkapkan keinginan untuk kabur demi membuat sang mommy menyesali perbuatannya.“Jadi kamu mau ke mana sekarang?” Pak Zidan akhirnya bertanya.Dia sudah memberikan nasihat panjang lebar agar Shayla pulang dan sabar menghadapi sang mommy tapi Shayla bersikeras tidak mau pulang.“Ya udah, Shayla turun di sini aja, Pak.” Zidan menahan pundak Shayla yang tangannya hendak menarik handle pintu.“Terus kamu mau ke mana?” Pak Zidan m

  • Kakak Tiri Rasa Pacar   Kecewa Yang Besar

    Merasa ada yang memperhatikan, Shayla mendongak dari layar MacBooknya.Shayla memindai sekeliling coffeshop tempat di mana dia berada sekarang dan tidak menemukan seseorang yang tengah menatapnya.Pandangannya berhenti pada seorang pria yang duduk sendiri dan tengah sibuk dengan ponselnya, wajah pria itu tampak familier tapi Shayla lupa di mana pernah melihatnya.“Sel!” Dewi berseru dari pintu.Shayla menoleh lalu tersenyum tapi kemudian senyumnya pudar saat melihat sosok Kabir berjalan di belakang Dewi.“Hai Sel, apa kabar? Kurusan nih …,” sapa Kabir basa-basi lalu duduk di samping Dewi di depan Shayla.“Tadi gue ketemu Dewi di depan, katanya lo di sini dan kebetulan gue juga mau ke sini jadi barengan sama Dewi,” sambung Kabir memberitahu “Kabar baik, Kak … Kak Kabir enggak sama temennya?” Shayla menoleh ke pintu.Harapannya adalah bisa bertemu Ryuga.Shayla ingin tahu bagaimana ekspresi cowok brengsek itu saat bertemu dengannya.“Tadi gue sama Ryu ….”Deg.Jantung Shayla seakan ber

  • Kakak Tiri Rasa Pacar   Momen Sejarah Ryuga

    Shayla menjadi pemurung, dia menghabiskan banyak waktu di kamarnya hanya untuk melamun.Segala perasaan berkecamuk hingga dadanya terasa sesak.Kalau tahu begini akhirnya, Shayla akan ikut daddy saja jadi tidak perlu mengenal Ryuga.Ya, lebih baik tidak pernah mengenal cowok itu dari pada harus menerima kenyataan ditinggalkan oleh Ryuga ketika sedang sayang-sayangnya.Shayla jadi berpikir kalau Ryuga mungkin hanya menyayangi janin itu tapi tidak dengannya.Buktinya, setelah Sakura dinyatakan tidak selamat—Ryuga malah meninggalkannya.Shayla mendengkuskan tawa sumbang sembari menyusut air mata yang tiba-tiba saja mengalir.Betapa bodoh dirinya yang mau saja dirayu oleh cowok brengsek seperti Ryuga.Semestinya Shayla sudah bisa memprediksi masa depannya bila bersama Ryuga setelah mengetahui kalau Ryuga meninggalkan mamanya, cowok itu juga dengan mudah meninggalkan Adelia dengan alasan paling brengsek yaitu sudah tidak mencintainya lagi.Shayla menangkup wajahnya menggunakan kedua tangan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status