Home / Fantasi / Kakak iparku yang terlalu sempurna / Bab 12 - Benih Yang Tumbuh

Share

Bab 12 - Benih Yang Tumbuh

Author: Diky
last update Last Updated: 2025-08-22 09:19:15

Sudah setahun berlalu sejak aku menjejakkan kaki di kota kecil ini. Waktu bergerak pelan, tapi diam-diam memoles semua luka menjadi parut — tetap ada, tapi tak lagi menganga.

Pagi ini, seperti biasa, aku berdiri di dapur warung makan Bu Lastri. Suara panci beradu, aroma sambal terasi mengepul, dan suara para pelanggan yang ribut rebut memesan sarapan — semua ini terasa seperti musik pengiring untuk hidup baruku.

“Ran, ambilkan cabe rawit di belakang, ya!” teriak Bu Lastri sambil membalik tempe goreng.

“Siap, Bu!” jawabku cepat.

Aku berjalan ke belakang warung melewati deretan kursi plastik, menunduk memunguti cabe dari bakul. Suara di warung samar terdengar di telinga, tapi mendadak berhenti saat telingaku menangkap suara lelaki yang bertanya pelan di depan warung.

“Permisi… ada Rani di sini?”

Aku membeku. Nama itu, suaranya — entah kenapa jantungku refleks berdetak lebih cepat. Dengan ragu aku mengintip ke ruang depan. Seorang pria muda berdiri di depan warung. Tingginya semamp
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 39 - Sambal Arsya Menjajal Nusantara

    Minggu pagi itu, aku bangun lebih pagi dari biasanya. Bukan untuk masak sambal, melainkan untuk menyiapkan materi konten. Sejak punya admin baru, Rika, beban balas chat memang berkurang drastis. Sekarang tugasku lebih banyak merancang ide agar Sambal Arsya tidak hanya viral sebentar, lalu hilang ditelan akun-akun saingan.Di dapur, Arga sibuk memotong cabe merah keriting yang segar. Bau pedasnya langsung membuat hidungku gatal, tapi justru itulah aroma kemenangan kami. Sementara Putri, Ibu, dan Rika sudah duduk di ruang tengah, masing-masing dengan HP di tangan, sibuk membalas DM dan memotret botol sambal yang berbaris rapi di meja.“Rika, hari ini tolong bikin reels behind the scene pas masak sambal, ya. Upload di Instagram sama TikTok. Captionnya bikin yang lucu, kasih hashtag #SambalRumahan, #SambalViral, sama #SambalArsya. Target kita biar nyebar ke explore orang-orang luar pulau,” kataku sambil membuka laptop.Rika langsung mengangguk.“Siap, Mbak

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 40 - Dari Dapur Ke Pinggir Jalan Raya

    Pagi itu, aku duduk di ruang tamu dengan secarik kertas penuh coretan. Di situ kutulis daftar mimpi kecilku: Buka Kios Sambal Arsya. Rasanya masih seperti mimpi yang terlalu jauh, tapi setiap langkah yang kulakukan seolah mendorongku ke arah sana.Arga baru saja selesai memasak batch sambal pertama. Ia duduk di sebelahku sambil meneguk kopi panas. Matanya masih sembab karena begadang packing pesanan luar kota semalam.“Ran, kamu yakin mau buka kios di pinggir jalan raya? Bukannya capek kalau harus pegang online sama kios offline barengan?” tanyanya hati-hati.Aku menarik napas panjang.“Capek iya, Ga. Tapi kalau kios ini jalan, kita nggak cuma bergantung sama reseller dan kurir. Orang-orang bisa datang langsung beli sambal, atau makan nasi panas di tempat. Biar warung kecil, tapi aroma sambalnya nyebar sampai jalan raya. Itu iklan gratis!”Arga terkekeh pelan, lalu mengangguk.“Kalau kamu udah niat, aku ikut. Tapi kita harus siap modal. Re

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 37 - Tantangan Di Balik Pesanan Melonjak

    Pagi itu, aroma cabai dan bawang kembali menguar memenuhi rumah. Sejak jam tujuh, dapur sudah ramai. Ibu, Putri, dan dua tetangga datang lebih pagi dari biasanya karena kemarin malam aku sudah mengabari bahwa pesanan sambal melonjak dua kali lipat.Aku duduk di lantai dapur, mencatat daftar pesanan sambil sesekali melirik panci-panci besar di atas kompor. Arga mondar-mandir dari dapur ke teras, mengecek bahan baku yang baru datang dari pasar. Sesekali Arsya menjerit minta digendong, membuat suasana semakin riuh.“Ga, kamu udah cek orderan reseller luar kota? Banyak yang minta dikirim hari ini juga. Bisa nggak kira-kira?” tanyaku sambil merapikan struk pesanan.Arga mengelap keringat di keningnya.“Udah aku list. Tapi jujur, Ran, kalau hari ini harus kirim semua, kurirnya nggak bakal sanggup. Apalagi kita nggak punya kurir khusus. Pakai ekspedisi umum pasti telat, bisa basi kalau kelamaan di jalan.”Aku menggigit bibir, mencoba menahan panik.

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 38 - Menuju Warung Sambal Yang Profesional

    Pagi ini rumah terasa lebih rapi meski aroma sambal tetap mendominasi. Setelah seminggu bertarung dengan ratusan pesanan, aku dan Arga akhirnya sepakat: Warung Arsya tak bisa lagi dikelola berdua. Kami butuh tim kecil.“Ran, kamu yakin sama calon admin yang mau datang interview hari ini?” tanya Arga sambil memeriksa stok botol kaca di teras.Aku mengangguk sambil merapikan jilbab.“Yakin, Ga. Dia tetangga gang sebelah, namanya Rika. Dulu kerja di toko online orang, udah biasa pegang orderan sama packing. Katanya juga bisa bikin konten sedikit-sedikit. Lumayan banget kan?”Arga tersenyum sambil menepuk pundakku.“Baguslah. Nggak apa-apa gaji harian dulu. Kalau cocok, kita ajak dia tetap. Nggak bisa terus-terusan kamu pegang HP sama packing sambal sendiri.”Aku membalas senyum suamiku. Rasanya benar-benar seperti punya anak kedua: Warung Arsya ini tumbuh dan menuntut perhatian yang lebih besar setiap harinya.Pukul sepuluh pagi, Rik

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 36 - Ketika Sambal Kembali Ramai

    Pagi itu aku terbangun dengan dering notifikasi ponsel yang nyaris tidak berhenti. Mataku masih lengket, tapi rasa penasaranku mengalahkan rasa kantuk.Aku meraih ponsel di samping bantal, membuka layar kunci dengan sidik jari yang sedikit gemetar. Puluhan DM Instagram dan notifikasi TikTok menunggu untuk dibaca.“Apa ini beneran? Kenapa rame banget?” gumamku.Arga yang baru bangun ikut mendekat.“Ada apa, Ran?”Aku menunjuk layar.“Lihat ini, influencer yang kemarin kita kirimi sambal udah posting reviewnya tadi malam. Videonya udah 40 ribu views dalam semalam, Ga!”Arga mengucek mata, lalu menatap layar ponsel lebih dekat.“Wah, seriusan? Mana-mana, coba play!”Kami menonton video itu sambil duduk berdempetan di pinggir ranjang. Di video, si influencer—seorang ibu muda yang terkenal suka mukbang sambal—mencicipi sambal kecombrang buatan kami.“Sumpah guys, ini sambal kecombrang paling fresh yang pernah aku

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 35 - Gebrakan Sambal Baru

    Pagi setelah perdebatan panjang itu, aku bangun dengan semangat yang berbeda. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku merasa punya tujuan jelas lagi. Aku menatap Arga yang masih terlelap di kasur, lalu menatap Arsya yang sedang memainkan jari-jarinya sambil ngoceh sendiri. “Nak, doain Mama sama Papa, ya. Kita lagi mau berjuang lagi buat sambal kita,” bisikku sambil mencium pipinya. Arga terbangun tak lama kemudian. Melihat aku sudah sibuk membuka buku catatan dan laptop di ruang makan, dia tertawa kecil sambil mengucek matanya. “Pagi-pagi udah rapat sendiri, Bu Bos?” godanya. “Harus! Aku nggak mau setengah-setengah lagi. Hari ini aku mau mulai riset varian sambal baru. Terus aku mau bikin daftar influencer kuliner lokal yang bisa kita ajak kerjasama review sambal kita. Aku juga mau hubungi reseller lama, siapa tau mereka mau comeback kalau kita punya varian baru.” Arga meraih gelas kopi instan, duduk di sampingku. “A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status