Share

Jujur atau Berbohong?

"Jadi kamu senang kalau aku dipecat?" sahut Mas Fahmi.

"Tentu saja aku senang! Biar Mas tahu rasa, mentang-mentang punya jabatan, malah seenaknya saja. Tidak peduli dengan keluarga!"

"Kamu…!" tangannya sudah mulai terangkat.

"Apa! Mau menamparku? Ayo tampar aku biar Mas puas!"

Tangan Mas Fahmi diturunkan dan kami pun saling berdiam diri. Aku segera merebahkan tubuhku dan berusaha untuk tidur. Mata terpejam tapi pikiran mengembara kemana-mana.

***

Minggu pagi suasana rumah sedang tidak bersahabat. Aku masih marah dengan Mas Fahmi. Sepertinya anak-anak juga sangat kesal dengan ayahnya. Aku tetap menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilku. Karena itu merupakan tanggung jawabku sebagai seorang istri dan ibu.

Selesai semuanya, aku dan anak-anak segera makan. Aku sudah tidak mempedulikan Mas Fahmi lagi. Terserah ia mau melakukan apa.

Dari sarapan tadi, kulihat Adiva sangat pucat wajahnya. Mungkin ia kurang istirahat atau karena sedang sakit.

"Dek, masih pusing?" tanyaku pada Adiva.

"Enggak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status