Indonesia, 10:49 -
Anggara mengepalkan tangannya saat melihat pemandangan panas antara Al dan Rexi. Ingin rasanya Anggara melayangkan tinjunya kepada Al, tetapi dengan cepat dia meredamkan semua niatnya demi menjaga image di depan Bellina, Barack dan Rexi.
Anggara hanya tersenyum sinis, lalu melipat kedua tangan di depan dadanya.
"Terima kasih karena sudah memberikan saya ilmu untuk praktek. Akan saya usahakan saat menikah dengan Rexi nanti, pembelajaran yang anda berikan kepada saya akan saya laksanakan lebih baik lagi daripada cara anda," kata Anggara dengan nada santai dan berhasil membuat emosi Al memuncak.
"Ang-"
-INDONESIA - APARTEMEN ANGGARA - 20:12 -Anggara melihat Meki yang berbaju rapi turun dengan terburu-buru dari kamarnya."Mau ke mana lo?" tanya Anggara pada wanita berusia tiga puluh tahunan itu."Mama mau pergi ke rumah sakit," jawab Meki."Lo mau jenguk siapa?" tanya Anggara lagi."Papamu," jawab Meki."Ck! Lo stres atau gimana?! Bukannya bokap gue lagi di Singapura?! Sejak kapan rumah sakit yang di Singapura pindah ke Indonesia?!" seru Anggara meremehkan Meki."Papamu dipindahkan d
Apartemen, 06:12 AM -Rexi melangkahkan kakinya berjalan menuruni anak tangga apartemen dua lantai itu.Pandangan kedua bola mata sang ayah mengarah kepada anak perempuan yang sekaligus anak pertamanya, Rexi Alexa. Atau kerap kali disapa dengan panggilan Rexi."Rexi ..." sapa sang ayah sambil tersenyum."Ayo sarapan dulu," tawarnya dengan lembut.Rexi menghentikan langkah kakinya, lalu menatap sang ayah dengan tatapan sinisnya."Tumben sekali Papa ada di apart. Biasanya pagi begini, Papa udah berangkat ke kantor," kata Rexi menyindir."Rexi!" pekik Barack, sang ayah, memperingati."Ah ... Rexi tahu, kenapa Papa bisa ada di apart!" seru Rexi, dia tidak peduli peringatan papanya."Papa enggak berangkat ke kantor karena mau ketemu sama Tante Bellina, kan?" lanjutnya dengan nada suara meremehkan.
"Arggg! Ibu Ina apa-apaan, sih?! Gue cuma telat dua belas menit malah disuruh buat cabut rumput lapangan!" kesal Rexi.Ya. Rexi terlambat masuk kelas saat pelajaran sudah dimulai sehingga dia mendapatkan hukuman yang tak lain adalah mencabut rumput lapangan sekolah.Seseorang tiba-tiba datang dan mendekati Rexi sehingga membuat wanita itu langsung mengangkat pandangannya dengan cepat.Kedua bola mata Rexi menatap kaget ke arah orang itu."Lah! Lo lagi?!" pekik Rexi.Orang itu tidak menanggapi ucapan Rexi dan lebih memilih untuk mencabut rumput yang ada di hadapan Rexi.Rexi mendengkus kesal karena tidak dipedulikan oleh orang itu."Ck ... Berasa ngomong sama rumput gue!" batin Rexi di dalam hatinya.Suasana hening di sekitar lapangan itu karena Rexi lebih memilih untuk fokus mencabut rumput lapangan begitupun dengan pria yang ada di sampingnya.
"Bar ... Udah. Jangan marahin Rexi," kata Bellina memperingati Barack.Rexi tersenyum sinis saat mendengarkan pembelaan Bellina untuk dirinya."Ck ... Cari muka sama gue?" tanya Rexi di dalam hatinya."Dengan drama lo yang mau belain gue dari bentakan papa gue! Jangan harap kalau gue udah mau terima lo di dalam kehidupan gue sebagai pengganti mama gue!" tegas Rexi sambil menatap Bellina dengan tajam.Bellina menatap Rexi dengan nanar sedangkan Barack menatap anaknya dengan geram."Orang asing tetap orang asing! Camkan itu!" lanjut Rexi emosi sambil menunjuk wajah Bellina dengan sarkas."REXI!" bentak Barack keras.Rexi tersentak kaget saat mendengarkan bentakan sang ayah.Kedua bola mata Rexi berkaca-kaca. Rexi mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat di bawah sana karena emosi, lalu kemudian dia berjalan pergi meninggalkan Barack dan Bellina.
Plak!Tamparan keras itu berhasil melayang pada pipi kanan mulus Rexi. Untuk yang kedua kalinya dia mendapatkan tamparan pada pipinya dari sang ayah.Rexi menundukkan kepalanya dengan dalam, dia merasa kehilangan ayahnya yang selama ini dia banggakan."Kenapa kamu begini?!" tanya Barack emosi sambil memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh Rexi."Pakaian kamu bahkan kekurangan bahan, Rexi Alexa!" geram Barack pada pakaian Rexi."..."Rexi bergeming di tempatnya."Sejak kapan Papa mengajar kamu seperti ini?! Ha?! Papa bahkan enggak pernah beli pakaian model seperti ini untuk kamu, Rexi!" bentak Barack lagi dengan emosi."Papa mana ada pernah ajar Rexi pakai pakaian kayak gini? Papa kan cowok," jawab Rexi melantur karena dalam keadaan mabuk karena pengaruh alkohol."Dan sekarang, kamu jawab pertanyaan Papa dengan mudah karena mabuk,"
- Group Chat -- Bang Tamvan Sat -Brave Ice :Lo ke apart gue semuanya.Brave Ice :Ke apartemen gue tanpa terkecuali.Brave Ice :Oke.Deian Elbar Online*Deian Elbar :Lah! Tumben banget?!Deian Elbar :Biasanya juga introver banget.Deian Elbar :Sampai kita dilarang buat datang ke apart-nya.Alvaro Addison Online*Brave Ice :Kesini aja lah ...Brave Ice :Gue bosen gak bisa ngapa-ngapain.Brave Ice :Mana gue baru dateng.Brave Ice :Adek sialan gue udah buat gue langsung darah tinggi pula.Brave Ice :Bikin naik pitam anjir!Alvaro
Rexi melempar gulingnya dengan emosi ke arah Al. Al yang mendapatkan serangan tiba-tiba itu langsung menangkis guling yang dilempar oleh Rexi.“Apaan, sih?!” kesal Al.“Kalau bukan karena Papa! Gue najis banget buat satu kamar sama lo!” sarkas Al.“Yakhh!” teriak Rexi.“Apa?!” sinis Al lalu duduk di samping Rexi.“Mending lo tidur aja, enggak usah banyak bicara,” kata Al, dia berbaring begitu saja di samping Rexi.“Yakhh! Lo nyaman banget tidur di atas kasur gue! Serasa kayak lagi di apartemen lo aja!” teriak Rexi tidak terima.“Keluar lo dari sini!” perintahnya emosi sambil mendorong Al yang berbaring.Al menahan pergerakan Rexi agar berhenti untuk mendorongnya, perlahan dia juga memejamkan matanya."Yakh! Ish!" geram Rexi.Rexi memukul badan Al berkali-kali, berharap pria itu keluar dari kamarnya.Tapi, Al malah berlaku se
Rexi menepis tangan Al dengan kasar, pasalnya Al menarik pergelangan tangannya dengan begitu kuat dan penuh emosi.Hey! Memangnya, anak mana yang tidak emosi bila mamanya dihina dan dicaci maki seperti itu oleh orang lain?! Pasti seorang anak tidak akan terima, kan? Begitulah yang dirasakan oleh Al."Lo apa-apaan, sih?! Ngapain lo narik gue?!" kesal Rexi."Biarin gue ke sana dan labrak pelakor sialan itu!" lanjutnya penuh amarah."Ck ... Perempuan kayak dia miris banget. Suka banget rebut suami orang. Kayak enggak ada ada laki-laki di dunia ini. Miris!" ocehnya."Lo jaga ucapan lo, yah!" sinis Al."Ck ... Harusnya gue yang bilang sama lo. Jagain Mama lo. Jangan ganjen sama Papa gue," ucap Rexi meremehkan."Udah! Stop! Jangan sekali-kali lo hina Mama gue!" seru Al emosi.Rexi tersenyum sinis."Asal lo tahu anak yang sok tahu. Mama gue udah berkali-kali nolak permintaan Papa lo yang mau nikah sama dia. Tapi, apa?! Papa lo yang kaya