Share

Deian Suka Ice Girl

"Bar ... Udah. Jangan marahin Rexi," kata Bellina memperingati Barack.

Rexi tersenyum sinis saat mendengarkan pembelaan Bellina untuk dirinya.

"Ck ... Cari muka sama gue?" tanya Rexi di dalam hatinya.

"Dengan drama lo yang mau belain gue dari bentakan papa gue! Jangan harap kalau gue udah mau terima lo di dalam kehidupan gue sebagai pengganti mama gue!" tegas Rexi sambil menatap Bellina dengan tajam.

Bellina menatap Rexi dengan nanar sedangkan Barack menatap anaknya dengan geram.

"Orang asing tetap orang asing! Camkan itu!" lanjut Rexi emosi sambil menunjuk wajah Bellina dengan sarkas.

"REXI!" bentak Barack keras.

Rexi tersentak kaget saat mendengarkan bentakan sang ayah.

Kedua bola mata Rexi berkaca-kaca. Rexi mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat di bawah sana karena emosi, lalu kemudian dia berjalan pergi meninggalkan Barack dan Bellina.

"Bar ... Aku pulang aja, yah? Aku chat Varo dulu buat jemput aku di sini," kata Bellina tiba-tiba, dia tidak enak untuk membuat hubungan ayah dan anak itu renggang hanya karena dirinya.

"Aku mau pulang ..." kata Bellina pelan dan sedih.

Grep!

Barack menarik Bellina ke dalam pelukannya, lalu tangan kekarnya mengelus punggung Bellina dengan lembut.

"Tumpahkan. Jangan ditahan," kata Barack, dia tahu kalau kalimat Rexi tadinya menyayat hati Bellina dan ingin membuat janda satu anak itu menangis.

"..."

Bellina hanya bergeming kemudian membalas pelukan Barack dengan begitu berat.

"Apa Rexi benar-benar tidak bisa menerima saya sebagai pengganti ibunya?" tanya Bellina di dalam hatinya.

░░️░░️░░░️░░️░░░️░░️░

Bar -

"Gilak! Tumben banget lo datang ke bar kayak gini, nih?!" tanya Nina yang baru datang saat dia melihat Rexi terduduk di salah satu kursi bar.

Rexi hanya melirik Nina sekilas sambil meminum satu seloki wiski lalu mengangkat kedua pundaknya sebagai jawaban.

Renata tiba-tiba datang dan membuang tasnya sembarang arah dan hal itu hampir mengenai botol alkohol Rexi yang ada di atas meja.

"Ck ... Baru datang udah rusuh aja lo. Ck ... Bagusin dulu aja lah!" kata Rexi sinis.

Renata memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Ck ... Daripada di sini gue cuma gerah aja. Baik gue ke dance floor aja buat disko," kata Renata datar lalu pergi meninggalkan Rexi dan Nina.

"Ya udah lah, gue juga mau ikut sama si Renata," kata Nina pada akhirnya.

"Sialan! Gue undang lo kesini buat temani gue, yah! Ngapain lo malah ninggalin gue, Bangsat?!" tanya Rexi kesal.

"Lo gila, Rex!" ledek Nina lalu berjalan pergi meninggalkan Rexi.

Rexi memutar kedua bola matanya dengan malas saat melihat kepergian Renata.

Tiba-tiba rasa sedih menyeruak di dalam hati Rexi, perlahan dia menenggelamkan seluruh wajahnya di atas meja.

"Mama ... Kenapa mama lebih memilih untuk pergi? Kenapa mama lebih memilih Tuhan daripada aku anak kandung Mama sendiri?" tanya Rexi di dalam hatinya.

"Hiks ... Hiks ... Hiks..."

Tak mampu lagi meredam suaranya, Rexi akhirnya menangis.

"Kenapa mama jadi pembohong?!" tanya Rexi lagi di dalam hatinya.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Mama ... Ambil Rexi, Rexi mau ikut sama mama aja ..." lirihnya di dalam hati.

Rexi perlahan memegang pipinya, pipinya yang tadi mendapatkan tamparan keras dari Barack.

"Hiks ..."

"Sampai papa ingkar janji sama mama demi perempuan itu..." batin Rexi sedih.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

Rexi meminum minumannya dengan sekali teguk dan dia kembali terisak.

Rexi terus menangis sesegukan dan kembali meminum alkoholnya berkali-kali.

"Mama ..." racaunya pelan.

Seseorang tiba-tiba duduk di samping Rexi sehingga membuat wanita itu langsung melirik ke arah pria yang baru duduk di sampingnya.

Seorang pria dengan hoodie berwarna kuning tersenyum lebar kepada Rexi.

"Halo ..." sapanya ramah.

Rexi mengangkat sebelah alisnya.

"Siapa?" tanya Rexi pelan.

Pria itu mendecih kesal.

"Ck ... Cewek aneh. Baru juga kenalan beberapa jam yang lalu, lo udah lupa aja sama gue," sinisnya.

"Sok kenal," kata Rexi datar sambil memutar kedua bola matanya dengan malas.

Rexi kembali meneguk segelas alkoholnya dengan sekali tegukan.

"Lo kuat juga minumnya," puji Deian.

Ya. Pria yang baru saja ikut duduk di samping Rexi adalah Deian.

"Gue hitung-hitung udah ada empat gelas lo minum," lanjutnya.

Rexi meletakkan gelas alkoholnya dengan kasar di atas meja dan sedikit membuat Deian tersentak kaget.

"Ck ... It is not your business. Please, go away from me," kata Rexi.

"Sorry. I wanna be with you and I wanna stay here with you," kata Deian menolak dengan tenang.

Rexi yang mendengarkan jawaban Deian menghela napas kasar.

"Mau ke mana?" tanya Deian.

"Ke mana-mana hatiku senang," jawab Rexi asal lalu berjalan pergi meninggalkan Deian setelah mengambil tasnya dengan kasar di depan Deian.

Deian menatap kepergian Rexi sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Ck ... Ice girl. Tapi, gue suka," gumam Deian sambil tersenyum tipis.

Deian meminum bekas minuman Rexi,  kemudian dia menghela napas panjang sambil menatap gelas alkohol yang ada di depannya dengan intens.

░░️░░️░░░️░░️░░░️░░️░

Usai mengunjungi bar tadinya untuk menetralkan pikirannya yang kacau dengan meminum banyak alkohol, Rexi lebih memilih untuk berjalan-jalan di pinggiran jalan kota itu.

"Let's kill this love! Yeay! Yeay! Yeay! Yeay! Yeay!"

Rexi sudah mulai sedikit mabuk karena pengaruh alkohol dan bahkan jalannya sekarang sudah sempoyongan.

Rexi terus bernyanyi tidak jelas dan juga dia tidak peduli dengan semua tatapan orang yang menatapnya dengan heran.

Tiba-tiba Rexi berjongkok dan kembali memecahkan tangisannya.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ... Papa jahat sama Rexi! Papa jahat banget! Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

Rexi menjambak rambutnya.

"Kenapa papa mau nikah sama perempuan sialan itu?! Emangnya apa yang enggak enak kalau jadi duda?! Hiks ..."

Rexi kembali berdiri dari posisi jongkoknya dan dia kembali berjalan sempoyongan sambil menatap kosong ke depan. Dia benar-benar putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa selain menangis saja.

Tanpa Rexi sadari kalau sedari tadi di belakangnya ada orang yang terus mengikuti dirinya saat dia baru saja keluar dari bar. Dia mengikuti Rexi dengan menggunakan mobil hitam mewahnya.

Ada rasa geram dan marah pada diri pemilik mobil itu saat melihat pakaian yang digunakan Rexi. Ditambah dia yang tak sengaja melihat Rexi yang berjalan keluar dari salah satu bar.

Mungkin sudah lelah melihat pandangan orang-orang yang selama menghina Rexi, pemilik mobil itu menghentikan mobilnya lalu berjalan cepat menghampiri Rexi.

"Rexi!"

Rexi menoleh untuk melihat siapa yang baru saja memanggil namanya. Kedua bola matanya langsung melebar saat melihat siapa yang baru saja memanggil namanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status