Rexi melempar gulingnya dengan emosi ke arah Al. Al yang mendapatkan serangan tiba-tiba itu langsung menangkis guling yang dilempar oleh Rexi.
“Apaan, sih?!” kesal Al.
“Kalau bukan karena Papa! Gue najis banget buat satu kamar sama lo!” sarkas Al.
“Yakhh!” teriak Rexi.
“Apa?!” sinis Al lalu duduk di samping Rexi.
“Mending lo tidur aja, enggak usah banyak bicara,” kata Al, dia berbaring begitu saja di samping Rexi.
“Yakhh! Lo nyaman banget tidur di atas kasur gue! Serasa kayak lagi di apartemen lo aja!” teriak Rexi tidak terima.
“Keluar lo dari sini!” perintahnya emosi sambil mendorong Al yang berbaring.
Al menahan pergerakan Rexi agar berhenti untuk mendorongnya, perlahan dia juga memejamkan matanya.
"Yakh! Ish!" geram Rexi.
Rexi memukul badan Al berkali-kali, berharap pria itu keluar dari kamarnya.
Tapi, Al malah berlaku se
Rexi menepis tangan Al dengan kasar, pasalnya Al menarik pergelangan tangannya dengan begitu kuat dan penuh emosi.Hey! Memangnya, anak mana yang tidak emosi bila mamanya dihina dan dicaci maki seperti itu oleh orang lain?! Pasti seorang anak tidak akan terima, kan? Begitulah yang dirasakan oleh Al."Lo apa-apaan, sih?! Ngapain lo narik gue?!" kesal Rexi."Biarin gue ke sana dan labrak pelakor sialan itu!" lanjutnya penuh amarah."Ck ... Perempuan kayak dia miris banget. Suka banget rebut suami orang. Kayak enggak ada ada laki-laki di dunia ini. Miris!" ocehnya."Lo jaga ucapan lo, yah!" sinis Al."Ck ... Harusnya gue yang bilang sama lo. Jagain Mama lo. Jangan ganjen sama Papa gue," ucap Rexi meremehkan."Udah! Stop! Jangan sekali-kali lo hina Mama gue!" seru Al emosi.Rexi tersenyum sinis."Asal lo tahu anak yang sok tahu. Mama gue udah berkali-kali nolak permintaan Papa lo yang mau nikah sama dia. Tapi, apa?! Papa lo yang kaya
Waktu berlalu dengan begitu cepat, bahkan tak terasa kalau ternyata sekarang dua hari telah berlalu.Altar megah sudah terbentuk di dalam apartemen kediaman keluarga Rexi.Susunan demi susunan stand makanan terbentuk dengan begitu mewah. Makanan yang tampak terlihat menggugah selera sudah terpampang dengan jelas.Sungguh dekorasi pesta pernikahan yang begitu mewah dan megah."Ck ... Pembohong!" seru Rexi saat melihat seluruh desain altar itu."Dia bilang kalau dia bakalan bujuk Mamanya biar enggak nikah sama Papa gue. Tapi, nyatanya cuma bohong doang!" serunya lagi dengan emosi.Rexi berjalan dengan emosi sambil mengarahkan pandangan matanya untuk terus memperhatikan dekorasi pesta pernikahan itu."Ck ... Desain macam apa ini?!" tanya Rexi sambil memegang bunga mawar putih yang bertaburan di atas altar."Norak! Alay! Emang desain Pelakor itu beda! Suka desain
Pagi hari telah tiba.Rexi melangkahkan kakinya berjalan turun menuju ruang makan. Kedua bola matanya mencari sesuatu di ruang makan itu."Mama sama Papa pergi ke Maldives. Mereka liburan di sana selama seminggu," kata Al yang paham dengan arah mata Rexi."What?! Mereka berdua liburan tanpa ada minta izin terlebih dahulu sama gue?!" tanya Rexi tak terima.Al hanya diam saja di tempatnya dan tidak menanggapi pertanyaan heboh dari Rexi.Rexi menatap Al dengan tajam karena pria itu tak memperdulikan dirinya."Woy, sialan!" teriak Rexi emosi.Al mengangkat sebelah alisnya sebagai jawaban."Kok, mereka bisa pergi tanpa bilang sama gue, sih?!" tanya Rexi lagi, Al hanya mengangkat bahunya secara bersamaan sebagai jawaban.Rexi mendecih sinis, lalu berjalan pergi dari ruang makan itu.***Rexi berjalan masu
Rexi kaget bukan main saat tahu fakta mengejutkan yang baru saja dia dapatkan."Kok, bisa?!" pekik Rexi kaget."Hum ... Oleh karena itu, gue turutin semua apa mau Mama gue ..." Al menjeda ucapannya."Karena gue tahu kalau suatu saat nanti, kalau bukan Mama yang ninggalin gue, gue yang bakalan ninggalin Mama ..." lanjutnya dengan begitu lirih.Degh!Jantung Rexi seakan terhantam bebatuan besar saat dia mendengarkan nada suara Al yang terdengar begitu sedih dan putus asa."Gue tahu banget, gimana rasanya kehilangan seorang Mama. Rasanya itu sesak banget," batin Rexi, dia kembali mengingat saat dirinya harus kehilangan sosok sang mama untuk selama-lamanya.Grep!Rexi tiba-tiba menghamburkan pelukannya pada tubuh Al, membuat Al langsung kaget, tetapi Al membalas pelukannya secara perlahan."Al ... Tolong bantu gue. Tolong bantu gue biar
Masih dengan rasa malu dan salah tingkahnya, Rexi terus mencaci maki dirinya di dalam hati."Uhm ... Kalau emang lo mikir, gue mau cium lo tadinya. Lo salah besar," kata Deian tiba-tiba, membuat Rexi langsung menatap ke arahnya dengan cepat.Deian tersenyum."Gue juga bakalan lihat suasana, Rex. Apa dia istri gue atau bukan," lanjutnya dengan nada suara lembutnya.Degh!"Jantung gue!" pekik Rexi di dalam hati saat merasakan jantungnya berdetak dengan cepat.Deian tertawa melihat ekspresi wajah Rexi."Hahaha ... Tunggu aja saatnya, yah?" kata Deian, lalu mengelus rambut Rexi dengan lembut.Degh! Degh! Degh!Detak jantung Rexi semakin cepat saat Deian mengelus rambutnya dengan begitu penuh kasih."Jantung gue! Siapapun tolong jantung gue!" teriak Rexi di dalam hati.Deian menarik tangannya, lalu mulai
Rexi langsung terbangun dari tidurnya sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan."Astaga! Mimpi itu lagi?! Padahal, udah lama gue enggak mimpi itu!" serunya kaget."Kok, mimpi itu tiba-tiba muncul lagi?!" tanya Rexi lagi.Rexi berusaha untuk mengingat sesuatu melalui mimpi itu, tetapi dia malah merasakan perih pada kepalanya."Aww!" ringisnya."Kok, sakit, sih?" gumamnya bertanya.Rexi perlahan berdiri dari posisinya dan berjalan sempoyongan menuju dapur. Al yang melihat Rexi masuk dapur hanya menatap perempuan itu dengan santai sambil meneguk air putihnya dengan tenang."Sshh ... Kok, masih sakit, sih?" tanya Rexi pelan.Rexi perlahan kembali bergerak, tetapi dia hampir terjatuh. Untung saja Al menahan pinggangnya dengan cepat.Kedua tangan Rexi tiba-tiba bergerak untuk meraba-raba pipi Al, detik berikutnya Al membulatkan matan
"Gue janji. Pas istirahat nanti, gue bawa lo ke rumah sakit," kata Al lembut saat setelah dia membaringkan Rexi di atas kasur UKS sekolahnya.Muach!Al memberikan kecupan singkat pada ujung bibir Rexi, lalu kemudian berlari keluar kelas karena dia sudah terlambat satu mata pelajaran.Sekitar beberapa menit Al pergi dari UKS itu, Rexi langsung tersadar dari pingsannya.Rexi mengedipkan kedua matanya berkali-kali, lalu kemudian menumpahkan air matanya dengan deras."Alo ... Eci ..." lirihnya pelan sambil menundukkan kepalanya dengan dalam.***Kini waktu istirahat telah tiba. Al kali ini tidak menghabiskan waktu istirahatnya di kantin sekolah, melainkan dia yang ingin menghabiskan waktu istirahatnya untuk menjaga Rexi di UKS.Rexi berbaring dengan cepat saat dia sadar kalau Al akan berjalan masuk UKS untuk menemaninya.Benar dengan ap
Usai mengunci pintu kamar Al. Rexi menatap kakak tirinya itu dengan mata memicing. Dia punya ide jahil."Satu ... Dua ... Tiga!"Usai menghitung di dalam hatinya, Rexi langsung melompat dengan tinggi dan berakhir dia yang menindih tubuh Al."Yakh!" teriak Al kesal. Dia juga menatap Rexi dengan begitu tajam."Lo apa-apaan, sih?!" tanya si tampan kesal."Lo kenapa makin manja gini, sih?!" tanya Al tak habis pikir."Biarin aja! Kan, sama kakak sendiri?!" kesal Rexi.Al terdiam beberapa detik, lalu kemudian menghela napas panjang."Terserah, Rex. Terserah lo aja," kata Al pasrah.Rexi mengeratkan pelukannya pada tubuh Al dan tak butuh waktu lama dia tertidur di atas tubuh sang kakak.Al melirik ke arah Rexi yang tertidur pulas, lalu kemudian dia mengelus lembut puncak kepala adik tirinya itu."Lo enggak