Share

BAB 4

Author: Jw Hasya
last update Last Updated: 2025-10-22 19:43:00

“Ayo, lakukanlah.”

Kedua kaki Kama sudah merenggang. Satu tangannya menarik helai rambut Sutra dengan pelan.

Sutra berlutut di atas lantai, di depan matanya, kedua netra itu telah ternodai dengan sebuah pemandangan yang seharusnya tidak pernah ia saksikan sebelumnya. Batinnya mengumpat! Ternyata berita miring tentang pewaris tunggal keluarga Deodola benar adanya. Ditambah dengan pengaman yang sempat Sutra lihat di dalam laci. Sial!

“Kenapa? Apa perlu kubantu?” Kama mengernyitkan dahinya. Wajahnya merah, akibat pengaruh alkohol yang mungkin terlalu banyak ia konsumsi.

Sutra mulai menegang saat menyentuh benda kenyal milik Kama.

“Ah.” Kama mendesah. Pasrah. Tangannya sedikit lebih kuat menarik rambut Sutra, hingga wajah gadis itu mendongak. “Kulum.” Perintahnya.

Bibir mungil Sutra mendadak ternganga, sebuah benda kenyal membesar saat ereksi seperti ini dengan menyumpal mulutnya yang kecil.

Kama merasakan hangatnya saliva yang menyelimuti miliknya.

“Ah….” Lenguhannya kembali lolos
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Azzurra
Kasian kamu Sutra.
goodnovel comment avatar
Masruroh Masruroh
kayak gak da dosa sih kamu kamaaa,,setelah kamu suruh sutra buat memuaskan hasrat kamu, kamu tidur pulas,,astagaaa,,,,,
goodnovel comment avatar
Lisa Anggraini
wah, sutra rasanya mau cepat² kabur dari sana ya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kama Sutra    BAB 10

    Kama mengerjap-ngerjapkan kedua matanya saat pukul sepuluh pagi. Dia menggeliatkan tubuhnya, dan betapa terkejutnya dia saat mendapati dirinya tengah tertidur di atas lantai beralaskan karpet dengan memakai selimut tebal. Pria itu kemudian duduk, melihat betapa berantakannya setiap sudut ruangan. Sejurus kemudian ujung matanya melirik selimut yang menumpuk di sampingnya. Bergerak. Seketika itu juga, Kama menyibak selimut tebal berwarna putih tersebut. Seorang gadis cantik masih terlelap tidur. Posisinya miring hingga memperlihatkan punggungnya yang sempat ia raba saat Sutra belum pergi dari apartemennya semalam. Bekas luka itu?Kama memukul-mukul kepalanya sendiri dengan pelan, seolah ingin menyingkirkan rasa pusing yang masih mendera. Namun, kedua matanya menangkap sesuatu di atas nakas. Buket bunga lily berwarna putih dengan secumput bunga dandelion berwarna kuning keemasan. Seketika dadanya berdebar. “Kau sudah bangun, Tuan?” Sutra segera bergerak dud

  • Kama Sutra    BAB 9

    Pagi menjelang, Sutra telah menyiapkan beberapa menu makanan di atas meja. Meskipun dirinya setiap hari mengantar makan untuk Kama. Namun, tidak berarti di dalam kulkas tidak ada bahan apa-apa. Semua lengkap. Bahkan … dapat dipastikan kulkas yang berada di kediaman Sutra sebelumnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan isi lemari pendingain milik Kama. Di atas meja bundar tersebut telah berjejer beberapa menu, ada puding tahu, jianbing, dan susu kedelai. Kama berjalan dengan rasa malas. Saat melihat sang pelayan tengah menata piring serta garpu, pikirannya kembali ingat pada rekaman cctv. Ada sesuatu yang bergetar dalam dadanya, hingga tanpa sadar pria itu menekan bagian tersebut. “Tuan, sarapannya sudah siap. Saya akan pergi ke toko rajut seperti yang Tuan katakan semalam. Oh, ya. Saya harus membeli apa ke toko itu?”Kama menyeret kursi, meletakkan bokongnya dengan perlahan. Napasnya terkesan berat, tapi dia diam tak menjawab kata-kata Sutr

  • Kama Sutra    BAB 8

    Sutra berusaha memundurkan langkahnya hingga dia menabrak pintu kamarnya sendiri. Kama mengikuti setiap langkahnya. Dengan menukikkan sebelah bibir, tatapan penuh amarah, bibir pria itu tampak sedikit bergetar. Sutra menutup wajahnya dengan kedua tangannya. “M-maaf, Tuan. Saya tidak sengaja. Tolong jangan lakukan hal itu lagi ….”Kama tiba-tiba menghentikan langkahnya saat mendengar kata-kata terakhir Sutra. “Melakukan apa? Memangnya sebelum ini aku melakukan apa padamu, hmm?”Sutra terperanjat. Apa jangan-jangan pria yang hanya mengenakan kaos oblong tipis di hadapannya itu tidak mengingat kejadian malam lalu?Kama memegang bibirnya sendiri yang ada bekas luka gigitan. “Kau yang melakukan ini?” dengan sedikit mencondongkan kepalanya, Kama memperlihatkan bibirnya pada Sutra. “Katakan padaku!”Sutra mendorong. “T-tidak. Mana mungkin saya berani menggigit bibir Tuan!”Sutra hendak melangkah menjauh, tapi tiba-tiba pergelangan tang

  • Kama Sutra    BAB 7

    Saat ini Sutra tengah berdiri di depan pintu apartemen Kama. Dadanya bergetar, tangan kanannya bergerak lamban, antara ingin memencet kode pin atau memilih untuk memencet bel. Satu yang dia takutkan, gadis itu takut jika Kama kembali mabuk. Bagaimana ini? Hingga beberapa menit dia menatap daun pintu itu, sampai akhirnya pintu terbuka dengan sendirinya sebelum sempat ia sentuh. Sutra terperanjat, kedua bola matanya terbelalak. Langkahnya sedikit bergeser ke belakang. “Kenapa kau melamun di depan pintu? Kenapa tidak kau pencet pinnya?” Kama menyapa Sutra dengan pertanyaan datar, bersedekap dada tanpa mengenakan baju. Sial! Dapat Sutra rasakan, udara yang menyapa dari balik pintu apartemen Kama bukanlah aroma alkohol, melainkan parfum beraroma maskulin yang selalu bisa mendamaikan hatinya. “M-maaf, Tuan.” Kama tak menjawab, pria itu melangkah masuk di iringi oleh Sutra. “Mau makan sekarang?” Sutra menata rantang berisi makanan. Kama mengangguk. “Aku kelaparan,” katanya.

  • Kama Sutra    BAB 6

    "Kenapa tidak ke sini? Apa kemarin malam ada masalah?” Tak ada jawaban, hanya terdengar desah suara yang berat dari Sutra. “Aku tidak mau tahu, nanti malam, kau yang harus mengantar makan untukku. Jika tidak, tidak usah ada yang mengantar makanan ke sini.” Kama kemudian mematikan panggilannya. Pria itu berjalan menuju meja makan. Bukan untuk mencicipi masakan yang telah diantar oleh Lily, akan tetapi Kama memilih untuk menyulut sebatang rokok, mencoba menikmati aroma nikotin sambil mengedar pandangannya ke luar jendela apartemen. Sejenak, pikirannya melambung pada kejadian semalam. Lamat-lamat ia mengingat sesuatu. Kama menyentuh bibirnya. Ada bekas luka di ujung bibir itu. Tak ingin bergelung dengan pikiran yang belum tentu kebenarannya. Kama mematikan puntung rokok lalu menaruhnya di atas asbak. Kemudian pria itu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini, tak ada acara makan siang. Cukup mengkonsumsi sup pereda pengar yang dibuat oleh Sutra pagi tadi sebelum gadis

  • Kama Sutra    BAB 5

    “Kau ke mana saja, Sutra. Nyonya Amira mencarimu dari semalam. Beliau menelpon Tuan Muda tapi tidak diangkat. Jangan katakan kalian sedang—“ Lily menatap wajah Sutra penuh telisik. Sutra menggeleng. “Lily, semalam aku tidak bisa pulang karena Tuan Muda sudah tidur. Aku ingin ke luar dari apartemennya tidak bisa. Karena aku tidak tahu kode pin apartemen Tuan. Mau membangunkannya, tiak berani. Kau jangan berpikir macam-macam.”“Yasudah, sekarang lebih baik kau temui Nyonya di taman belakang. Sepertinya dia marah padamu.”Sutra mengangguk. “Aku akan menemuinya. Tolong kau sampaikan pada ibu, aku sudah pulang.”“Dari mana saja kau, Sutra? Kenapa semalam tidak langsung pulang?” Wajah Amira menegang. “Apa kau menginap di rumah temanmu?” telisiknya kemudian. “Kama tidak bisa kuhubungi. Kata Lini kau tidak membawa ponsel. Ke mana sebenarnya kau semalam?”Sutra mendekat, kepalanya tertunduk takzim. “Mohon maaf, Nyonya. Semalam saya—“ Sutra menggantung kalimatnya. Gadis itu mencoba untuk menc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status