Share

Bab 111

Author: Jw Hasya
last update Last Updated: 2025-12-09 22:56:49
Malam ini, Sutra berinisiatif pulang ke rumah Zatulini. Dia harus mengganti pakaiannya. Beberapa hari di rumah sakit, membuat tubuhnya terasa begitu lelah, lengket dan sedikit beraroma asam.

Saat sampai di rumah. Wanita itu duduk di bibir dipan, kedua kelopak matanya masih tampak sembab karena terlalu sering menangis. Menangisi Zatulini yang tak kunjung sadar daei koma, dan memikirkan hubungannya dengan Kama.

Setelah kembali dari kota yang begitu tenang, sekarang dia harus kembali berjibaku dengan kenyataan—jika hidupnya akan selalu diliputi oleh rasa takut. Takut kehilangan sang ibu, takut jika kenyataan tentang Kama benar adanya.

Ponselnya berdering, nama Kama tertera di layar benda pipih tersebut.

Sutra mendiamkannya sampai panggilan itu mati dengan sendirinya.

Di lain tempat, Kama benar-benar merasa kacau, Sutra selalu bertindak di luar ekspektasi. Selalu tidak terduga, selalu semaunya sendiri. Sejak pertemuan mereka di kota kecil itu, wanita berbadan dua itu memang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (10)
goodnovel comment avatar
fatmawati
kamu gk usah meragukan si kama lagi, kasian dia...lagian kamu kan lagi hamil anak dia
goodnovel comment avatar
fatmawati
makanya nerezza jadi orang jangan jahat" bingung sendiri kan
goodnovel comment avatar
Vaizaholshop
......... rupanya kau punya rasa takut juga nerrezza, mkax jngan cari gara2 sama kama
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kama Sutra    117

    Saat kedua tangan Kama masih menangkup geram kerah jas Hans, tiba-tiba ada suara. Bruak. Mereka berdua tersentak. Kama segera melepas cengkeraman tangannya di atas jas Hans, kemudian segera pergi masuk ke dalam ruangan Sutra. Pria itu menyaksinya sang wanita membeliak serta melengkungkan tubuhnya dengan keadaan mulut sudah berbusa. Wanita itu mengejang, pupil matanya menghilang hanya meninggalkan bagian putihnya saja. Tentu bukan hanya Kama saja, Hans pun ikut panik melihat kejadian itu. Pria yang sempat dihajar oleh Kama itu segera berhambur untuk mencari dokter. “Read code! Segera siapkan ruang operasi!” Keadaan begitu kacau, Sutra di bawa ke luar ruangan dengan begitu tergesa-gesa, dan Kama tidak tahu harus berbuat apa. Pria itu ingin memeluk Sutra, tapi para perawat yang membawanya menghalaunya agar lebih baik menenangkan diri serta bedoa saja. Dengan perut yang membola, Kama menyaksikan dengan kedua matanyanya sendiri jika Sutra sedang tersiksa. Jujur itu semua bagia

  • Kama Sutra    Bab 116

    Kama ke luar ruangan dokter, langkahnya begitu berat menuju ruangan di mana Selena tengah di rawat. Tiba-tiba dia teringat dengan ponselnya yang sempat bergetar beberapa jam lalu. Pria itu lantas mengeluarkan benda pipih tersebut dari dalam kantong celananya. Menatap sekilas dengan tatapan terkejut. Sebab, melihat ada sekitar dua belas panggilan masuk yang tak terjawab, atas nama Sutra. Kemudian mengecek pesan masuk. Mendadak tubuhnya semakin lemas saat membaca pesan dari Sutra. “Sial! Kenapa kau bisa melupakan orang terpenting dalam hidupmu ini, Kama! Bodoh!” Pria itu menyumpahi dirinya sendiri. Kama duduk di kursi yang berada di sepanjang koridor rumah sakit. Berusaha menelepon Sutra, tapi tak satu pun yang di angkat. Bahkan, panggilan itu berada di luar jangkauan. Kemudian pria itu mencari nomor Hans. Dia ingat jika beberapa jam lalu dirinya sempat mengutus Hans untuk membawakan makanan ke rumah Sutra. “Hans, apa Sutra baik-baik saja?” Kama langsung bertanya pada

  • Kama Sutra    Bab 115

    “Kau suaminya?” tanya dokter ketika selesai mengobservasi Sutra pada Hans. Hans hanya bergeming. Tidak menggeleng dan tidak mengangguk. “Nyonya Sutra terkena Preeklampsia,” ujar dokter itu setelah memeriksa keadaan Sutra. Kepala yang nyeri, tekanan darah tinggi, mual dan muntah disertai kontraksi dini adalah beberapa cirinya. “Istri Anda harus di obname, karena kondisinya cukup membahayakan.” “Lakukan yang terbaik untuknya, Dokter,” balas Hans tanpa pikir panjang. Penyakit kelainan trofoblast-placenta itu diperparah dengan beban pikiran serts tingkat stres yang berlebih. Itulah yang Sutra langgar selama ini. Alhasil itulah yang mengakibatkan tekanan darahnya selalu naik. Untuk berjaga-jaga, janin kembar dalam perutnya sudah menerima suntikan penguat paru-paru jika diduga nantinya akan lahir sebelum waktunya. Tampak peralatan serta selang dihubungkan ke tubuhnya. Tangan kanan dipasang sebuah manset sphygnomanometer atau tensimeter. Perutnya dipasang CTG alat untuk m

  • Kama Sutra    Bab 114

    Kedatangan Kama ke rumahnya kemarin membuat istirahat Sutra sangat terganggu. Pikirannya berkecamuk, seolah tidak terima dengan kenyataan—jika pria itu memang masih menaruh perhatian pada sosok yang pernah menyelamatkannya delapan belas tahun lalu. Sebetulnya wanita itu sangat ingin sekali bisa mengarungi bahtera rumah tangga dengan pria yang dicintainya. Namun, tampaknya menikah saja tidak akan cukup jika salah satu dari mereka masih memikirkan masa lalunya. Itulah salah satu musabab kenapa sampai detik ini Sutra bersikukuh ingin menjadi seorang ibu tunggal.Memikirkan Kama, membuat pinggangnya tiba-tiba berdenyut, panas hingga menjalar ke area punggung. Sutra merasa nyeri itu hingga di bawah perut. Kulitnya menegang, wanita itu refleks mengusap-usap di sana. Memberikan efek sedikit menenangkan. Namun, ternyata itu tidak bekerja, usapan lembut Sutra tidak membujuk bayinya untuk lebih tenang. “Aaah!” Dia memekik, tampak kedua bibirnya langsung mengatup dan menggigit. Keringat ding

  • Kama Sutra    Bab 113

    Sutra bangun karena tenggorokannya terasa begitu kering. Dia butuh air minum saat ini. Ketika langkahnya menuju ruang dapur, kedua matanya mendapati sebuah bahan makanan bertumpuk di atas meja, pisau yang tergeletak di atas telanan dengan sebuah kentang yang tampak bekas di iris menyerupai dadu. Sontak kedua alisnya bertautan dengan kerutan menyembul sempurna di area dahinya. “Siapa yang melakukan ini?” Sutra kembali mengedarkan pandangannya, menyusuri sudut ruangan, seakan lupa dengan tujuan awalnya, minum. Kemudian, dia mendapati sebuah dompet di atas meja. Kembali dahinya berkerut. Wanita itu kemudian membukanya. Itu dompet Kama. “Jadi, dia yang melakukan ini? Ke mana saat ini? Kenapa tidak dilanjutkan masaknya?” Sutra bicara sendiri. Sejurus kemudian, dia berjalan ke arah kamar, mencari letak ponselnya untuk menghubungi Kama. Sutra meletakkan dompet itu di tepi nakas, lalu dia duduk di tepi dipan dan mulai memencet nomor Kama untuk meneleponnya. “Kau yang akan memasak

  • Kama Sutra    Bab 112

    “Kau punya masalah dengannya?” tanya Tuan Ruddy, tatapannya menelisik penuh kecurigaan. Nerezza gelagapan, bingung harus menjawab apa. Tuan Ruddy kemudian mencekal lengan sang putri agak sedikit kasar. “Jangan-jangan kau yang telah membuat salah satu pelayan keluarga Deodola celaka hingga koma.” Kata-katanya penuh penekanan, cengkeraman tangannya yang begitu erat, membuat Nerezza meringis menahan sakit. “Ayahmu tidak pernah melakukan tindak kriminal, Rezza!” “Ayah, kau salah paham. Siapa yang berbuat hal serendah itu?” tepisnya. “Aku tidak punya urusan dengan keluarga Deodola lagi, aku hanya ingin kembali ke London karena merasa sudah tidak nyaman berada di kota ini. Kenapa ayah malah menuduhku yang tidak-tidak?” Seketika itu juga Tuan Ruddy melepas cengkeramannya. “Kuharap kau tidak sedang berbohong.” Nerezza mencoba untuk menatap kedua bola mata sang ayah agar pria paruh baya itu tidak menaruh kecurigaan. “Apa ayah sudah tidak lagi percaya terhadap putrinya ini?” Seket

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status