Share

Bab 42

Author: Jw Hasya
last update Last Updated: 2025-11-16 20:34:55
“Aku merasa kau sangat aneh hari ini, Sutra. Ada apa sebenarnya?” Mereka berjalan menuju kamar yang telah di pesan. Kamar yang berbeda, tapi berdampingan.

Sutra tersenyum kikuk. “Tidak, ada apa-apa, Pak Nicko. Mungkin itu hanya perasaan Bapak saja.”

“Baiklah. Kau segeralah istirahat. Jika ada sesuatu kau hubungi aku. Kamar kita bersebelahan.”

Sutra mengangguk. “Terima kasih banyak, Pak.”

Alih alih ingin langsung istirahat, nyatanya Sutra tidak bisa memejamkan kedua matanya. Dia bahkan masih begitu mengingat bagaimana pertemuanpertamanya dengan Kama tadi. Bahkan, perlakuan pria itu terhadap dirinya.

Sutra menangis, dia tidak menyangka jika pada akhirnya akan kembali dipertemukan dengan orang yang telah merenggut masa depannya. Apa yang akan dia alami ke depan?

[Kasih tahu, saat ini kau menginap di hotel mana?]

Satu pesan kembali meluncur dalam gawainya. Lama Sutra menekuri pesan tersebut, hingga pada akhirnya memilih untuk mengabaikan.

[Aku tahu, kau masih berada di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Masruroh Masruroh
hheemmm,,,,kama memang tidak bisa membiarkan sutra aman keknya
goodnovel comment avatar
fatmawati
sabar ya Hans sama kelakuan bosmu itu wkwkwk.... Sutra kecapean karena ulahmu kama makanya dia gk bales chat mu
goodnovel comment avatar
Mariati Binti kamarudin
Mana la lanjutan nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kama Sutra    Bab 123 ❤️‍🔥

    “Kuharap setelah ini, kalian berdua benar-benar tidak lagi kembali ke Kota S. Kurasa uang dari Amira cukup untuk kalian bertahan hidup sampai tua.” Nerezza menemui Dito dan satu orang kawannya di London. Benar saja, mereka memang kenal denga Nerezza. Bahkan, wanita itu yang menyuruh Dito untuk memerasa Nyonya Amira karena ternyata tidak sesuai dengan keinginannya. “Saat ini Amira sedang dalam bahaya, anak buah Kama membawanya entah ke mana. Jika kalian tertangkap, kurasa nyawa kalian hanya sampai detik itu juga. Sebab, mereka akan memenggal kepala kalian berdu.” Dito mengangguk takzim bersama satu orang kawannya. “Ganti semua identitas kalian.” Nerezza menyodorkan selembar kertas. Sebelumnya, wanita itu adalah gadis baik dan ramah. Bahkan, Nerezza terkenal sangat lembut kepada setiap orang. Namun, lambat laun ketika cintanya bertepuk sebelah tangan kepada Kama, segala kebaikannya mendadak menjadi sebuah kebencian yang membuncah. Bahkan isi hatinya hanya terbungkus oleh d

  • Kama Sutra    Bab 122

    Kama dan Sutra duduk di beranda rumah tanpa kata. Sebelumnya, Kama telah bermain dengan kedua bayi kembarnya. Setelah Nathan dan Nala tidur, pria itu berhambur ke luar, mendapati Sutra yang tengah duduk melamun sendirian. Awalnya, Kama ingin kembali ke apartemen. Namun, niatnya dia urungkan dan memilih untuk duduk bersama dengan Sutra. “Apa benar, Angsa putih yang kau cari selama ini adalah Selena? Sahabatku?” tanya Sutra tiba-tiba. Kama diam sejenak. “Tepatnya dia penipu. Dia menipuku.” Kedua alis Sutra tampan saling bertautan. “Maksudmu?” “Sutra, aku sedang tidak ingin membahas masalah itu. Karena orang yang tahu segalanya belum dapat kumintai keterangan.” “Siapa? Ibuku?” Kama terdiam, pria itu bahkan tidak mengangguk dan tidak menggeleng. Pria itu takut, jika bercerita tentang masalah itu, Sutra akan kembali merasakan sakit di area kepalanya. “Ada apa sebenarnya? Apa yang kalian sembunyikan dariku?” Kama hanya menatap dalam ke arah Sutra. Hatinya terasa begitu

  • Kama Sutra    Bab 121

    Aroma obat serta bau karbol menyengat di kedua hidung Sutra. Perlahan, kedua kelopak matanya terbuka. Keadaan kepala yang sebelumnya begitu sakit dan ingin pecah, perlahan berangsur mengilang—berganti dengan rasa lemas dan sedikit pusing. “Di mana ini?” Sutra memegangi kepalanya sendiri sambil berusaha duduk. “Sutra, kau sudah sadar.” Kama beranjak dan membantu Sutra untuk duduk. “Tuan, ke-kenapa aku bisa di rumah sakit?” “Tadi kau sempat pingsan,” jelas Kama. “Pingsan?” Setelah itu Sutra mencoba untuk mengingat sesuatu di sela rasa pusing yang masih sedikit bersarang di kepala. “Tuan, apa maksud perkataanmu tadi kepada ibuku?” Rupanya Sutra mengingat kejadian sebelumnya. “Kau sengaja ingin membuatku dan keluargaku retak?” “Sebaiknya kau istirahat saja dulu. Jangan terlalu memforsir energi.” Kama mengelus puncak kepala Sutra. “Lebih baik kau memikirkan Nathan dan Nala, mereka pasti menunggumu di rumah.” “T-tapi, Tuan—“ “Kumohon, Sutra. Perkembangan mereka lebih pe

  • Kama Sutra    Bab 120

    Pagi itu, Sutra berinisiatif akan pergi ke rumah sakit tempat Zatulini di rawat. Dia sengaja tidak memberitahu Hans, karena baginya terlalu banyak merepotkan pria itu tidak baik pada akhirnya. Jujur, Sutra takut jika pada akhirnya Hans kan menagih segala kebaikan yang pernah dilakukan saat ini. Suara langkah sepatu berhak tinggi memecah keheningan koridor rumah sakit. Dengan sedikit tergesa, Sutra menuju ruangan sang ibu. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti tepat di ambang pintu yang sedikit terbuka. Kedua netranya mengintip seseorang tengah berada di dalam ruangan tersebut. “Aku tidak tahu lagi harus mempercayai siapa, Bibi. Sedangkan sampai saat ini kau masih koma.” Suara itu begitu familiar di gendang tekinga Sutra. “Siapa sebenarnya dirimu, benarkah Sutra bukan putrimu? Kuharap kau segera bangun. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Salah satunya tentang angsa putih. Kenapa Selena berani sekali mengaku jika dirinya adalah sosok itu.” Deg! Mendadak hati Sut

  • Kama Sutra    Bab 119

    Satu bulan berselang, Sutra telah pulang ke rumah Zatulini bersama dua orang anak kembarnya. Dengan di antar oleh Hans, wanita itu tampak berdiri mematung di depan pintu. Pikiranya melayang, mengingat saat-saat ketika dirinya masih sekolah. Setiap sampai di ambang pintu, sosok wanita paruh baya itu pasti menyambutnya dnegan senyuman hangat. Namun, kini berbeda. Bahkan, Zatulini belum juga sadar dari komanya. “Terima kasih, Hans.” Sutra tersenyum padanya. Hans mengangguk. “Itu sudah jadi bagian dari tanggung jawabku.” Semenjak hari di mana Sutra sadar dari komanya—sampai detik ini—Kama tak pernah lagi menampakkan batang hidunya. Ada ngelenyar rindu yang memburu dalam dada Sutra, tapi wanita itu sangat pintar menyembunyikannya. “Sutra, aku sudah meminta salah satu suster di rumah sakit, untuk bertugas di rumahmu. Dia yang akan membantumu mengurus anak dan rumah.” Sekali lagi Sutra menyembulkan senyum. “Entah dengan apa lagi aku harus membalas semua kebaikanmu padaku, Hans. Ka

  • Kama Sutra    Bab 118

    Suaranya yang tak dapat di dengar, membuat Sutra menarik selang infus, agar ada seseorang yang mungkin datang menghampiri dirinya. Hans dan Kama serempak menoleh ke arah jendela di mana Sutra tengah berbaring. “Sutra!” Hans melangkah, tapi Kama segera menarik pergelang tangannya. “Kau tidak perlu masuk. Aku akan menemui Sutra. Kuharap kau memberiku satu kali kesempatan untuk memperbaikinya.” Hans melirik tajam. “Aku tidak tahu harus percaya dengan kata-katamu atau justru sebaliknya. Karena kau terlalu banyak membuat hati Sutra terluka. Tapi … aku akan membiarkanmu menemuinya, karena bagaimanapun juga dia ibu dari anak-anakmu, Tuan.” Hans memundurkan langkahnya. Berbalik dan sedikit menjauh dari pintu ruangan tempat Sutra dirawat. Kama masuk dengan langkah berat, kedua bola matanya merah dan berembun. “Maafkan aku.” Dua kata yang terucap dari bibirnya, tidak lantas membuat Sutra terenyuh. Wanita itu hanya menanggapinya dengan senyum datar. “Apa aku sudah melahi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status