Share

Bab - 5

"Melamun"

Kalila begitu terkejut saat merasakan dingin di salah satu pipinya dan pelaku yang membuatnya terkejut itu hanya tertawa pelan dan mengambil duduk di sampingnya. "Kak Fian?"

Fian, pria itu hanya tersenyum dan memberikan minuman kaleng untuk Kalila yang duduk sendiri di bawah pohon jauh dari gedung sekolahnya. Tadi dia sedang melintas dan melihat Kalila yang tengah sendiri dengan cepat Fian mengambil minuman kaleng di vending machine minuman yang tersedia di sekolahnya untuk diberikan pada Kalila.

"Terimakasih Kak" Kalila tersenyum tipis, menerima pemberian kakak kelasnya itu dengan sedikit perasaan gugupnya, karena mengingat perkataan Fian tempo hari.

"Kenapa tidak dengan sahabatmu itu?"

Kalila menolehkan kepalanya pada kakak kelasnya yang kini sudah mengambil duduk di sebelahnya. "Kama?" Fian mengangguk dan meneguk minuman di tangannya. Kalila memberinya senyum tipis sebelum ia buang pandangannya "Aku sedang menghindarinya, dia sedang mengambil hati Clara, seharusnya dia tak perlu mengirimkan aku pesan itu. Aku tetap akan menjauh namun karena Kama yang memintanya entah kenapa terasa sakit"

Desah napas Kalila keluarkan sebelum ia membulatkan matanya karena telah berucap jujur pada orang lain, karena perasaan kecewa setelah tadi mendapat pesan dari Kama yang memintanya memberi waktu untuk berdua dengan Clara, dia kini tak segan mengeluarkan keluh kesahnya pada orang lain selain Kama yang selalu mendengar gerutuannya.

"Tidak apa Kal, kamu bisa menceritakannya padaku"

Kalila diam sejenak, dia tak dapat berbicara karena dia yang tak pernah bercerita pada orang lain selain Kama dan hal tersebut membuatnya kurang nyaman. Tentu raut wajahnya itu sudah terbaca oleh Fian yang hanya tersenyum tipis karena mulai mengerti apa yang tengah Kalila pikirkan. 

"Kalau memang tak mau memberitahuku tidak apa Kal, jangan menjadikannya sebuah beban"

Kalila meringis pelan "Maaf Kak" Fian tersenyum dan menggeleng "Kamu tidak salah, jangan meminta maaf"

Gadis itu melirik Fian yang duduk di sampingnya dengan wajah menyiratkan rasa penyesalan namun melihat senyum yang Fian berikan entah mengapa membuatnya tenang dan menghilangkan kekhawatirannya tadi.

"Apa kamu mau menyerah dengan perasaanmu pada Kama, Kal?"

Kalila terpaku sejenak pada wajah Fian sebelum dia mengerjap pelan dan kembali membuang pandangannya, dia tak mau membicarakan masalah ini namun dia butuh cerita dengan seseorang dan tentu orang itu bukan Kama.

"Ceritakan saja Kal"

Kalila memutar kaleng minuman yang belum dia buka, dia menatap ragu pada Fian yang masih menunggunya untuk bicara. "Aku... tidak tau kak" Kalila tersenyum tipis pada Fian yang hanya mengangguk pelan. "Kamu masih sulit untuk bercerita padaku ya Kal? Tidak apa Kalila aku tau kamu hanya dekat dengan Kama dan tak mudah untuk membagi cerita ke orang lain"

Kalila menggeleng kuat merasa menyesal mendengar nada yang Fia gunakan untuknya. "Bukan Kak, Kakak jangan salah paham. Ya, sejujurnya memang aku masih terlalu canggung jika berhadapan dengan orang lain selain Kama karena aku yang tak pernah memiliki teman tapi bukan aku sengaja tidak mau bercerita Kak"

Fian terkekeh pelan "Santai Kal, aku tidak marah. Aku mengerti, Aku juga tidak memaksa kamu untuk bercerita, tapi kamu ingat aku siap mendengar jika kamu mau berbagi cerita denganku Kal" Fian tersenyum dan mengusap kepala Kalila sebelum dia beranjak pergi meninggalkan gadis itu.

Fian tau Kalila masih mencoba menerimanya hadir di kehidupan gadis itu dan Fian hanya akan mendekat perlahan sampai Kalila mau melihatnya, dia mau membuat Kalila nyaman dan setelahnya dia bisa bebas mendekat pada gadis ituu kapanpun dia mau.

Ya, Fian hanya cukup memberi Kalila waktu.

Sepeninggal Fian, Kalila hanya menatap kosong kaleng minuman di tangannya. Ia merogoh saku roknya untuk mengambil ponselnya dan kembali melihat pesan yang Kama kirimkan sebelum jam istirahat tadi.

Pria itu memintanya untuk menjauh sebentar karena Kama berniat melakukan makan siang berdua sebegai gantinya malam nanti Kama bersedia mentraktir Kalila untuk makan apapun yang gadis itu mau.

Tentu bukan tentang tawaran Kama yang mau Kalila ambil, dia memberikan Kama waktu untuk lebih dekat dengan Clara. Mendesahkan napas, Kalila membuka minuman yang diberi Fian tadi dan meneguknya dengan cepat.

**

"Kenapa Kalila tidak ikut makan dengan kita?"

Tak berhenti Clara mengedarkan kepalanya di setiap penjuru kantin untuk mencari sosok Kalila yang tak terlihat di pandangannya. "Sudahlah, haruskah kita membahas Kalila? Bukankah kamu mau membuka hati untukku? Kenapa kamu tidak pernah fokus padaku Ra?"

Kama nampak menghela napasnya melihat Clara yang tak pernah mau terjebak berdua dengannya. Padahal dia yang sudah meminta Kalila untuk menyingkir sejenak agar dia bisa makan bersama Clara tapi gadis di depannya selalu membahas Kalila.

"Maaf Kam, aku hanya mau mendekatkan diri pada Kalila, senang bukan memiliki sahabat seperti gadis itu?"

Kama terdiam sejenak sebelum anggukan pria itu beri. "Ya, Kalila sudah menemaniku dari lama sekali dia yang paling mengerti aku dan dia susah untuk kenal orang baru, jadi jika kamu memang mau menjadi temannya biarkan dia nyaman dulu dengan kehadiranmu"

Clara menyunggingkan senyum di bibirnya dan mengangguk "Aku akan membuatnya nyaman"

Kama mendengus pelan dan mengambil kotak bekal yang Clara siapkan untuknya "Boleh aku makan?" Clara kembali memfokuskan pandangannya pada Kama dan mengusir pikirannya sejenak, lalu ia mengangguk membiarkan Kama mencoba masakannya.

Kama menyuap makanan yang Clara buat ke dalam mulutnya. "Ini enak! Kamu ternyata pandai memasak"

Clara tertawa pelan dan ikut menyuap masakannya. "Kamu menyukainya?" Kama mengerlingkan kedipan matanya pada Clara yang sontak gadis itu beri kekehan pelannya "Apanya? Makanan atau kamunya? Karena aku suka keduanya"

Clara menepuk pelan tangan Kama yang ada di atas meja, mereka saling bercanda gurau dan sosok yang berdiri dii depan pintu kantin yang tadi hanya ingin membeli makanan terpaku karena melihat masih ada sosok Kama dan Clara yang di pandangannya mulai akrab dan dekat.

Tidak apa, Kalila pasti bisa menerimanya. Perlahan langkahnya mundur dan pergi dia tak jadi untuk membeli makanan walau dirinya lapar. 

**

Tepat 10 menit sebelum bel masuk berbunyi kehadiran Kama di kelasnya membuat teman-teman Kalila yang saat itu berada di kelas nampak berdecak iri karena Kama hanya memperhatikan Kalila yang fokus dengan novel di tangannya. 

Kama menarik buku yang ada di atas meja Kalila yang tengah gadis itu baca dan mencipta decak sebal Kalila yang ditujukan untuk Kama. "Bisakah jangan ganggu?!" Kama terkekeh pelan dan mengembalikan buku yang ada di tangannya pada Kalila. 

"Sudah makan?"

Kalila menggeleng tanpa menjawab perkataan Kama, dia memang lapar dan belum sempat membeli makanan karena saat mau membelinya kehadiran Kama bersama Clara mengurungkan niatnya. 

"Nih, makan cepat sebelum bel bunyi"

Kama kembali menyingkirkan novel yang sedang Kalila baca dan menggantinya dengan makanan yang dibuatkan Clara untuk Kalila. Kalila yang memang lapar tak menolak dan membuka kotak bekal tersebut dan memakan makanannya dengan cepat. 

Sementara Kama, mengambil  novel yang tadi Kalila baca. "Best Friend In Love Ini cerita tentang apa?" Kedua mata Kalila membulat lebar dan merebut paksa novel yang tengah dibacanya dari tangan Kama. "Jangan rese!" Kalila menundukkan wajahnya dan mencoba menyembunyikannya dari Kama karena kini dia memerah malu. 

Tadi saat asik membaca novel itu, Kalila membayangkan jika kisah cintanya dengan Kama akan semulus novel yang dibacanya, tanpa sepengetahuannya Kama jatuh cinta dan menyatakan cinta padanya karena Kama sudah memendamnya dari lama. 

Tapi kehidupannya tak sesuai atau tak semulus dengan apa yang dibaca dan di bayangannya. "Aku hanya bertanya. Oh iya, terimakasih ya tadi kamu udah kasih aku waktu buat berdua sama Clara"

Kalila tersenyum tipis dan mengangguk "lalu bagaimana? kalian sudah saling mengungkapkan?" Kama menggeleng "dia masih membutuhkan waktu, Ehm... Kal aku sebenarnya membutuhkan bantuanmu"

Kening Kalila bertaut tak mengerti "Aku? Bantuan apa?" 

Tepat saat Kama ingin berbicara bel sekolah sudah berdering membuatnya urung melakukan. "Aku akan katakan nanti saat sudah pulang"

Kama bangkit dan tak lupa mengacak rambut Kalila dengan gemas mencipta debar iri setiap wanita yang melihat apa yang Kama lakukan pada Kalila di dalam kelas. Pria itu pergi meninggalkan Kalila yang masih terpaku di tempatnya. 

Saat bel pulang berbunyi Kalila kembali mendapatkan pesan dari Kama, pria itu izin untuk mengantar Clara terlebih dahulu untuk pulang dan meminta maaf karena dia harus meninggalkan Kalila di sekolah.

Kalila seharusnya tak merasakan kecewa juga rasa sakitnya, tapi kini dia benar-benar lelah dengan perasannya yang terus ikut campur jika apa yang Kama lakukan pada Clara membuatnya terus sakit.

Dia ingin menyudahinya tapi tak bisa dengan mudah!

Setelah seluruh temannya pulang dan meninggalkan Kalila sendiri di dalam kelas, diam-diam Kalila meneteskan air matanya dan memukuli dadanya yang terasa begitu sesak.

"Kenapa harus kamu!" Kalila memaki Kama dalam hati, dia membenci perasannya, juga Kama yang membuatnya terjebak dalam kesesakan hati seorang diri.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan?!"

Mengusap air matanya dengan kasar, Kalila membenturkan kepalanya pada meja di hadapannya dan menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangan untuk meredam isakan menyedihkannya.

Makin hari perasaan yang dia punya untuk Kama makin berkembang besar dan bukan menipis, dia menginginkan Kama untuk dirinya sendiri dan rasa tak rela saat Kama memilih gadis lain selalu terbayang dalam pikirannya.

Di dalam kelas, dia yang masih menangis tak menyadari satu sosok yang memperhatikan dia dari jendela kelasnya dengan pandangan iba.

Fian yang baru saja turun untuk pulang harus terhenti karena melintasi kelas Kalila dan begitu terkejut melihat gadis yang ditaksirnya itu masih terduduk di dalam kelas yang sepi.

"Oi Fian, ikut kumpul gak?" 

Bahu pria itu ditepuk sang teman membuatnya terkejut dan Fian berdecak sebal karena akibat suara keras temanya itu kini Kalila mulai menghapus air matanya dan beranjak pergi setelah mengambil tasnya tanpa menoleh padanya.

"Aku nanti menyusul, kamu duluan aja"

Fian mengabaikan sang teman yang memanggilnya dan dia lebih memilih mengejar Kalila yang diyakininya tengah menangisi sahabat gadis itu.

"Kal!!"

Kalila makin berlari kencang karena sosok yang tak ingin dijumpainya justru mengejarnya, saling terjadi kejar-kejaran di lantai dua sekolah itu hingga membuat Kalila yang nampak lelah dan memilih pasrah saat Fian sudah berdiri di hadapannya.

"Kak, tolong jangan temui aku dulu"

Kalila menundukan wajahnya dan membiarkan rambut panjangnya menutup wajahnya yang memerah karena menangis tadi.

"Kamu pulang sendiri?"

Kalila mengangguk dan mencoba berjalan meninggalkan Fian namun pria itu belum menyerah untuk berbicara dengannya karena Fian ikut berjalan di sampingnya.

"Aku antar pulang ya"

Kalila menggeleng tanpa mengangkat wajahnya membuat Fian menghela napas dan mencengkram kedua bahu Kalila membuat mata merah itu menatap kedua mata Fian yang menatapnya tajam.

"Aku bantu kamu lupain Kama, Kal. Aku tau kamu tersakiti karena sahabat kamu itu kan? Biarkan aku bantu kamu-"

"Kak tolong, ini tidak ada urusannya dengan Kama!"

Kening Fian berkerut dan menatap Kalila dengan pandangan tak percaya "Benarkah?"

"Ya! Jadi tolong lepas"

Kalila melepaskan cengkraman Fian di kedua bahunya dan dia kembali berjalan meninggalkan Fian yang masih terpaku di atas tangga.

Kalila mendesah lega karena dapat terbebas dari Fian, namun sayangnya kebebasan yang ia pikir tak akan diganggu lagi oleh Fian dia salah, laki-laki itu masih mengikutinya dan saat Kalila ingin memesan ojek online tangannya sudah ditarik untuk ikut ke gedung parkir sekolah.

"Aku antar Kal"

"Kak! Kamu kenapa? Kenapa sangat mempedulikanku?"

Fian diam dan fokus melepas sebuah helm yang terikat di jok belakang motornya. Pria itu mendesah pelan dan menghentikan kegiatannya demi menatap Kalila yang menunggu jawabannya. 

"Kamu masih membutuhkan jawaban dariku Kal? Apa kamu tidak ingat perkataanku tempo hari saat aku mengantarmu pulang?"

Kalila mengerjap pelan tentu dia ingat dan dia hanya tak mau memikirkannya lebih jauh "Tapi bukankah Kakak tidak mempunyai perasaan apapun padaku Kakak hanya merasa-"

"Nyaman? Ya aku merasakannya, tapi kamu tentu tau perasaan nyaman juga akan membawa rasa lain ke dalam hati kan?" Fian mendengus dengan diiringi senyuman yang perlahan terbit di bibirnya. 

"Aku menyukaimu Kal"

Kalila berdebar tentu saja, hanya perasaan kaget yang dia rasa karena untuk pertama kalinya ada seseorang yang menyatakan rasa suka padanya tapi dia merasa kurang dan tak puas karena yang menyatakannya bukan dari seseorang yang dia cinta. 

"Kamu tau, kita itu sedang berada di posisi yang sama, aku memiliki rasa terhadapmu namun kamu tidak- maksudku belum memilikinya. Dan kamu, Kamu mencintai Kama namun pria itu mencintai gadis lain"

"Hanya bedanya Kamu tau perasaanku, dan Kama tak tau perasaanmu"

Fian benar. 

Kalila juga memikirkan hal tersebut di otaknya, kata apa yang tepat untuk mendeskripsikan hubungan mereka semua? Entah, Kalila tak tau dan tak mau memikirkannya. 

"Kalau begitu naiklah, tak perlu kamu pikirkan tentang perasaanku Kal, hanya ingat kata-kataku, aku mau membantumu menghilangkan perasaan cinta yang kamu punya untuk Kama-"

"Tapi bagaimana jika kamu membantuku, dan jika memang perasaan cinta untuk Kama itu sudah hilang namun aku masih tak bisa membalas perasaanmu? Apa yang akan kamu lakukan?"

Fian nampak berpikir sejenak sebelum mengendikkan bahunya "Aku masih akan berusaha Kal, namun jika usaha kerasku masih tak membuahkan hasil terpaksa aku harus menyerah"

Kalila menundukan pandangannya, dia takut untuk mencobanya "kalau begitu sama saja aku menyakitimu" Fian mengangguk setuju "jika kamu memang tak bisa membalas perasaanku saat aku sudah berjuang aku memang akan tersakiti Kal, tapi itu semua bisa berubah jika kamu juga mau berusaha menerimaku"

Kalila ragu, bisakah dia?

"Tapi aku takut Kak" 

"Kita belum mencobanya Kal, jangan takut"

Kalila hanya merasa  takut jika dia yang tak bisa menghapus Kama dan nantinya itu bukan hanya menyakiti Fian namun juga dirinya. 

TBC...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status