Share

Part 2

Author: Wuri Masruroh
last update Last Updated: 2021-09-12 09:22:37

Bu Susan memanggil pembantunya yang sedang mencuci pakaian. Ia ingin membicarakan sesuatu kepada pembantunya itu.

“Is, jangan sampai kamu mengecewakan, ya. Aku percaya kalau kamu bisa,” kata Bu Susan sambil memberikan sebuah amplop putih.

“Baik, Nyonya,” jawab pembantu tersebut.

Apakah maksud dari percakapan mereka? Apakah Bu Susan sedang menyuruh pembantunya itu untuk melakukan sebuah rencana?

Pak Guntur paham dengan sifat Bu Susan yang ambisius dan nekat. Bu Susan merupakan tipe orang yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Tidak menutup kemungkinan Bu Susan akan melakukan hal yang gila, di luar pemikiran Pak Guntur.

“Dia pasti merencanakan sesuatu yang tidak main-main. Aku paham betul dia orang seperti apa,” ucap Pak Guntur dalam hati.

Dugaan Pak Guntur tepat, membuktikan bahwa Pak Guntur memang begitu mengenal Bu Susan. Bu Susan berencana untuk menyingkirkan Bu Sartika dengan cara menjebaknya. Bu Susan berencana membuat tuduhan palsu seolah-seolah Bu Sartika adalah bandar narkoba.

“Nanti, aku akan pesan ganja ke kenalanku. Setelah aku dapat ganjanya, tolong kamu taruh ganja itu di kamar kamu, jangan sampai Tika tahu.” Bu Susan memberi arahan apa yang harus dilakukan oleh Pak Guntur.

“Aku pastikan Tika enggak akan bisa kembali,” imbuh Bu Susan.

Rencana penjebakan pun dimulai. Pak Guntur menaruh ganja pemberian Bu Susan di kamarnya. Tak lama kemudian, rumah Pak Guntur didatangi oleh seorang wanita.

 “Pak, saya ingin bertemu dengan istri Bapak! Istri Bapak harus bertanggung jawab atas perbuatannya! Adik saya overdosis gara-gara mengonsumsi ganja yang dibeli dari istri Bapak,” seru wanita itu.

Wanita tersebut merupakan Iis, pembantu Bu Susan yang sedang menjalankan skenario penjebakan bersama Pak Guntur.

Bu Sartika pun datang menghampiri mereka yang telah menimbulkan kegaduhan.

“Ada apa ini?” kata Bu Sartika.

“Bu, adik saya meninggal karena ganja dari ibu. Ibu harus tanggung jawab!” seru wanita tersebut.

“Apa maksud Anda?” tanya Bu Sartika yang tengah kebingungan.

Bu Sartika terperanjat saat ia menerima tuduhan kepemilikan narkoba tersebut. Bu Sartika yang tidak tahu bahwa dirinya sedang dijebak terus melakukan pembelaan diri.

Kemudian, Pak Guntur pun membawa Bu Sartika masuk ke dalam kamar. Ganja tersebut ditemukan setelah Pak Guntur mengobrak-abrik seluruh isi kamar.

“Ini apa? Kamu masih mau mengelak?” cecar Pak Guntur sambil memegang bungkusan berisi ganja.

Bu Sartika berada di ujung tanduk, merasa terancam.

“Ya Allah, lindungilah hamba, Engkaulah yang tahu kenyataan yang sebenarnya,” rintihnya dalam hati sambil terus mengeluarkan air mata.

Bu Sartika membujuk suaminya sebisa mungkin untuk tidak melaporkannya ke polisi. “Mas, harusnya kamu percaya sama aku, mana mungkin aku ngelakuin hal sekeji ini,” ujar Bu Sartika.

Namun, usaha Bu Sartika tersebut sia-sia.

“Aku enggak nyangka, ternyata selama ini aku tinggal satu rumah dengan bandar narkoba. Ayo, ikut aku!” Pak Guntur pun membawa istrinya tersebut ke kantor polisi.

“Rencana berhasil dan semuanya berjalan dengan lancar,” ucap Pak Guntur dalam hati.

Bu Sartika akhirnya ditahan atas tuduhan kepemilikan dan pengedaran gelap narkoba. Bu Sartika pun tidak bisa melakukan pembelaan di depan polisi karena bukti yang kuat mengarah kepadanya. Tanpa merasa kasihan sedikitpun kepada istrinya, Pak Guntur justru menginginkan istrinya dihukum yang seberat-beratnya.

“Tega kamu, Mas!” pekik Bu Sartika yang sangat kecewa dengan sikap suaminya.

Setelah semua urusan di kantor polisi selesai, Pak Guntur pun langsung pulang. Sepanjang perjalanan, Pak Guntur dilanda rasa bahagia, lega, bercampur rasa gelisah dan bingung.

“Pasti anak-anak nanti akan menanyakan keberadaan ibunya. Apa yang harus aku katakan kepada mereka?” Pak Guntur bertanya-bertanya dalam hati, sambil terus memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang pasti akan dilontarkan Andre dan Ayu.

Dugaan Pak Guntur pun benar. Andre dan Ayu menanyakan ibunya karena Bu Sartikalah yang selalu menyambut kedatangan mereka sepulang sekolah, bukan Pak Guntur. Pak Guntur jarang berada di rumah saat mereka datang dari sekolah.

 “Yah, kita senang banget Ayah ada di rumah. Tapi ... Ibu mana, Yah? Kok dari tadi Ibu enggak muncul-muncul?” tanya Andre kepada ayahnya.

“Iya, Yah, padahal kita tadi juga udah teriak-teriak manggil Ibu,” imbuh Ayu.

Pak Guntur pun berbohong kepada Andre dan Ayu. Ia berkata bahwa Bu Sartika  sedang berada di luar kota, di rumah temannya.

“Ibu ke luar kota?” tanya Ayu. Ayu pun dibuat penasaran oleh ayahnya, begitu pula dengan Andre.

“Urusan apa sih, Yah, kok mendadak banget?” tanya Andre.

“Ayah juga enggak tahu, Ibu kalian enggak ngasih tahu Ayah. Lebih baik sekarang kalian ganti baju terus makan, Ayah udah siapin makanan buat kalian,” jawab Pak Guntur.

Andre dan Ayu tidak menyadari bahwa mereka sedang dibohongi oleh ayahnya. Mereka bahkan tidak beranjak dari kursi tamu mulai dari sore sampai larut malam untuk menantikan kedatangan ibunya.

“Ya ampun, kalian masih disini? Lebih baik kalian tidur, biar besok kalian enggak kesiangan, ini sudah malam. Tuh, mata kalian udah merah.” Pak Guntur tak habis pikir dengan anak-anaknya, rela menahan kantuk demi menunggu kedatangan ibunya.

“Enggak, Yah, kita mau nungguin Ibu sampai Ibu pulang,” ucap Andre.

“Oh, Ayah lupa belum ngasih tahu kalian. Ibu kalian akan menginap di rumah temannya selama seminggu, soalnya banyak urusan yang harus mereka selesaikan. Jadi, sekarang lebih baik kalian tidur, ya,” ucap Pak Guntur.

Andre dan Ayu merasa kecewa dengan Pak Guntur karena tidak memberi tahu mereka dari awal, mereka juga kecewa karena ibunya belum bisa pulang. Akhirnya, mereka pun bergegas menuju ke kamar masing-masing dengan ekspresi muka penuh kekecewaan.

“Ibu sebenarnya kemana, sih?” tanya Ayu dalam hati.

Hari berganti hari, waktu demi waktu berlalu. Bu Sartika hanya bisa menangis meratapi nasibnya selama di dalam tahanan. Beliau tak pernah berhenti memanjatkan doa agar dirinya mendapatkan keadilan dan dibebaskan.

“Andre, Ayu, Ibu enggak bisa menemani kalian, maafkan Ibu, Nak. Ibu kangen sekali dengan kalian,” ucap Bu Sartika sambil terus meneteskan air mata.

Hari yang dinanti-nanti oleh Pak Guntur dan Bu Susan pun tiba. Hari ini merupakan hari yang sangat menegangkan bagi Bu Sartika. Beliau akan menjalani sidang vonis atas kasus yang menjeratnya. Pak Guntur pun sangat antusias untuk menghadiri persidangan. Iis, pembantu Bu Susan yang turut andil dalam penjebakan Bu Sartika juga datang ke persidangan.

“Gun, sebentar lagi, kita akan mendengarkan kabar gembira,” ujar Bu Susan.

Sidang vonis berjalan dengan kondusif. Tibalah saatnya hakim membacakan putusan. Semua hadirin yang ada tampak begitu fokus mendengarkan putusan yang akan dibacakan. Bu Sartika hanya bisa menunduk menghadap ke bawah, pasrah dengan hukuman yang akan diterimanya. Akhirnya, Bu Sartika dijatuhi hukuman mati.

Suasana pun berubah menjadi riuh. Bagaikan dijatuhi bom molotov, Bu Sartika merasa hancur setelah mendengar vonis hukuman untuknya. Pikirannya langsung tertuju kepada Andre dan Ayu.

“Andre! Ayu!” jerit Bu Sartika dalam hati.

Sungguh, suatu kenyataan pahit yang sangat membuatnya terpukul.

Bye, Tika, selamat menempuh hidup yang baru”. Pak Guntur merasa lega dan senang setelah mendengar pembacaan vonis. Sungguh malang nasib Bu Sartika. Begitupun dengan Andre dan Ayu yang tidak mengetahui bahwa mereka akan berpisah dengan ibunya untuk selamanya. Dimana hati nurani Pak Guntur yang telah membuat anak-anaknya sendiri menderita? Seperti orang yang kehilangan akal sehat, Pak Guntur memecah belah keluarganya sendiri demi wanita pujaannya yang bernama Susan.

Pak Guntur dan Bu Susan pun menari-nari di atas penderitaan anak-anak dan istrinya sendiri. Dirinya seakan sudah tidak peduli lagi dengan nasib Andre dan Ayu. Awal kesengsaraan keluarganya merupakan awal kebahagiaan bagi dirinya. Pak Guntur pun sudah siap menyambut kehidupannya yang baru bersama Bu Susan. Lalu,  bagaimana Andre dan Ayu menjalani hari-harinya setelah ini tanpa kehadiran sosok ibu di samping mereka? Apakah mereka akan ditelantarkan karena Pak Guntur akan memiliki keluarga baru?

           

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kami Bukan Romeo dan Juliet   Part 14

    “Yu, tadi kan lu udah janji sama gue, mau jelasin kronologi kecelakaan lu tadi pagi. Nah ... sekarang, saatnya lu jelasin semuanya,” pinta Kevin, masih dengan rasa penasarannya.“Gue kira, Kevin enggak akan nanya-nanya soal itu lagi. Hhhhh ... terpaksa, gue harus tutup rapat-rapat siapa pelakunya,” ucap Ayu dalam hati.Ia bingung harus menjawab pertanyaan Kevin tersebut dengan kata-kata apa. Ia pun terdiam, berusaha mencari jawaban yang tepat dan aman.“Tadi tuh ada mobil kencang banget dari arah belakang, terus nyerempet gue sama Yongki. Gue heran sih sama tuh mobil, bisa-bisanya nyerempet gue, padahal jalannya tuh lebar dan sepi,” jelas Ayu.“Setelah nyerempet gue sama Yongki, bukannya berhenti terus minta maaf, malah semakin kencang bawa mobilnya,” imbuhnya.Kevin pun semakin penasaran dengan orang di balik mobil yang menyerempet Ayu dan Yongki tersebut. Ke

  • Kami Bukan Romeo dan Juliet   Part 13

    “Halo, Ndre, gimana keadaan lu?” Ayu pun tak lupa untuk menanyakan keadaan kakaknya yang masih berada di rumah sakit.“Gue udah enakan kok, Yu, mungkin besok atau lusa gue udah bisa cabut dari sini,” jawab Andre.“Yu, suara lu kaya beda gitu, lu sakit?” Ayu pun terdiam ketika mendengar perkataan Andre tersebut.Suara Ayu yang tidak terdengar seperti biasanya membuat Andre melontarkan kata-kata tersebut. Tidak mungkin Ayu berkata jujur kepada Andre. Ia tak ingin membuat kakaknya itu khawatir. Ayu berusaha untuk menutupinya.“Emang suara gue kenapa? Gue enggak apa-apa, Ndre,” elak Ayu.“Dik, waktu pulang nanti Adik harus ditemenin sama teman-teman Adik, ya, karena kondisi Adik belum sepenuhnya pulih. Sekarang, waktunya Adik makan dan minum obat dulu.” Perawat UKS menghampiri Ayu sambil membawa nampan berisi makanan, air putih, dan obat.

  • Kami Bukan Romeo dan Juliet   Part 12

    “Siapa, Dit?” tanya Salsa kepada Dito yang sedang memeriksa ponselnya.“Yongki? Ngapain dia telepon?” celetuk Dito.“Halo, Ki, ada apa?” sahut Dito.Dito dan Salsa pun berkonsentrasi mendengarkan jawaban Yongki. Setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, mereka pun bergegas menuju ke UKS untuk melihat kondisi Ayu yang masih belum sadarkan diri.Tak lama setelah itu, Kevin pun datang. Setibanya di kelas, ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ia berkata, “Syukurlah, dikit lagi gue bisa kena hukum, males banget.”Secara spontan, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah bangku 4 serangkai, yaitu Ayu, Salsa, Dito, dan Yongki.“Ayu sama teman-temannya kemana, kok enggak ada? Tapi ... tasnya Salsa sama Dito kok ada di atas meja?” kata Kevin sambil melihat ke arah bangku Ayu dan sahabat-sahabatnya.

  • Kami Bukan Romeo dan Juliet   Pat 11

    Kevin memang tidak melakukan suatu kesalahan yang fatal. Namun, kemarahan Martha tak dapat dikendalikan. Separah itukah kecemburuan Martha kepada Kevin? “Kevin nyebelin banget, sih! Sok baik banget dia sama keluarganya Ayu!” pekik Martha. “Kalau dipikir-pikir, kenapa Kevin bisa seperhatian ini sama Ayu? Ini udah kedua kalinya, lho,” gerutunya. “Sepertinya, ada suatu hal yang gue enggak tahu. Okay, gue enggak boleh tinggal diam,” ujar Martha. Wajar saja, ia memang tidak suka saat melihat Kevin begitu perhatian kepada perempuan lain. Menurutnya, perhatian Kevin kepada Ayu sudah melebihi batas maksimal. Apakah Martha mulai curiga dengan Kevin dan Ayu? Apakah dia mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara Kevin dan Ayu? Bersikap perhatian kepada perempuan selain Martha merupakan suatu tantangan tersendiri bagi Kevin. Telah tersusun rapi sebuah surat perjanjian di antara pasangan kekasih itu. Ap

  • Kami Bukan Romeo dan Juliet   Part 10

    “Hai, Edgar, gue Kevin,” kata Kevin sambil mengulurkan tangan kepada Edgar.Edgar menerima ajakan Kevin untuk bersalaman.“Lu ada kepentingan apa di sini?” tanya Edgar.Kevin pun menjelaskan semuanya kepada Edgar. Lalu, bagaimanakah reaksinya?Pengakuan dari Kevin membuat api kemarahan Edgar tersulut. Ia langsung meraih dan mencengkeram baju Kevin.“Berani-beraninya lu nyelakain saudara gue!” serang Edgar.“Edgar ... hentikan!” seru Pak Erwin sambil menarik tubuh Edgar.Ia tak terima dengan perbuatan Kevin yang telah membuat Andre terbaring lemah.Sama seperti Martha, Edgar terkenal dengan temperamennya. Hal itulah yang membuat ia terkadang berani melakukan hal yang nekat di luar dugaan. Ia akan melakukan apa saja kepada orang yang tidak ia suka. Kali ini, Edgar melakukannya kepada Kevin, orang yang baru saja ia kenal.“Edgar, lu engg

  • Kami Bukan Romeo dan Juliet   Part 9

    Semua mata tertuju kepada Kevin. Ayu, Andre, Salsa, Dito, dan Yongki melihat ke arah Kevin yang sedang memperlihatkan raut muka tegang. Detak jantung Kevin pun makin kencang, dan sangat kencang.“Yu ... gue ... gue mau ... .” Kemudian, Kevin pun terdiam.“Gue minta maaf, Yu, gue enggak sengaja,” lanjutnya.Mereka bingung dengan ucapan Kevin tersebut. Mereka dibuat salah fokus dengan ketegangan Kevin yang sangat terlihat itu.“Kak, aku minta maaf, aku enggak hati-hati dan kebanyakan bercanda sama teman-teman tadi,” sambung Kevin.“Jadi ... lu yang udah bikin Kak Andre kaya gini?” celetuk Yongki.Kevin pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala.“Kok bisa sih, Vin?” tanya Dito.Kemudian, Kevin menceritakan kronologi kejadian tertabraknya Andre. Kevin menceritakan semuanya dengan jujur dan apa adanya. Ia sangat merasa bersalah dan benar-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status